Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Syekh Yusuf al-Makassary kerap dianggap mampu memberi mukjizat.
Sejumlah orang mengaku mendapat berkah setelah berdoa melalui perantaraan Syekh Yusuf.
Sirih bekas kunyahan Syekh Yusuf al-Makassary bahkan disimpan dan jadi barang keramat.
MENUNDUKKAN kepala, Agus Mangung mendaraskan doa di hadapan makam Syekh Yusuf al-Makassary pada Jumat siang, 8 Mei lalu. Laki-laki 39 tahun itu lalu menaburkan bunga dan mengoleskan minyak wangi ke nisan makam tersebut. “Saya berdoa minta keselamatan dan rezeki karena akan merantau ke Papua,” kata Agus.
Ziarah ke makam Syekh Yusuf kerap dilakukan Agus dalam sepuluh tahun terakhir. Saat itu, ia mulai bekerja sebagai mekanik di kapal pengangkut barang. Warga Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, ini merasa beroleh kesehatan dan keselamatan saat berlayar di laut. Orang tua Agus pun kerap berkunjung ke makam yang berjarak tempuh sekitar satu jam dari rumah mereka tersebut.
Menurut Agus, sebagian penduduk di sekitar tempat tinggalnya percaya bahwa Syekh Yusuf, yang bergelar Tuanta Samalaka ri Gowa, memiliki kedekatan dengan Sang Pencipta. Arti gelar itu adalah Tuan Guru Penyelamat dari Gowa. “Syekh Yusuf diyakini sebagai perantara dengan Tuhan dan bisa menyampaikan keinginan,” ujar Agus.
Keyakinan serupa disampaikan Asni al-Imran, warga Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Pada 2010, hampir satu bulan sekali ia mengendarai mobil dari rumahnya ke makam Syekh Yusuf, yang berjarak hampir 60 kilometer. Perempuan itu meminta jodoh dan bisa segera menikah.
Pada 2011, Asni menikah. Perempuan 38 tahun itu kini memiliki dua anak. Ia pindah ke Bogor, Jawa Barat, mengikuti suaminya yang bekerja di perusahaan pelayanan dan jasa. “Saya yakin doa saya dikabulkan karena dibantu Syekh Yusuf,” ucapnya.
Pengalaman spiritual juga dirasakan Muhammad Adlin Sila, profesor yang juga peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama. Bersama seorang koleganya, ia bertandang ke rumah seorang guru besar di Bandung, Jawa Barat, pada 2001. Pada pengujung pertemuan, sahibulbait masuk ke kamar. Ia lalu menyerahkan sebotol air mineral kepada Adlin. Ia meminta Adlin dan istri meminum air tersebut.
Menurut Adlin, guru besar itu mengaku “berkomunikasi” dengan Syekh Yusuf di dalam kamar. Dari percakapannya dengan Syekh Yusuf, guru besar itu mengatakan Adlin akan segera mendapat keturunan. Saat itu, Adlin dan istrinya sudah menunggu kehadiran buah hati sekitar delapan tahun. Pada 2002, istrinya hamil dan melahirkan anak pertama setahun kemudian. Meski ia dan istri menjalani pengobatan medis untuk mendapatkan anak, Adlin tak melupakan momen itu. “Ini menjadi pengalaman spiritual saya,” katanya.
Guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, menuturkan bahwa Syekh Yusuf, yang bernama asli Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu al-Mahasin al-Taj al-Khalwati al-Makassary, memang dianggap memiliki karamah. Semasa Syekh Yusuf hidup pada 1627-1699, misalnya, ada orang sakit meminta air yang didoakan. Belakangan, orang itu sembuh dari sakit.
Dalam buku Jaringan Ulama Timur Tengah yang ditulis Azyumardi, karamah Syekh Yusuf terkenal di antara para murid serta pengikutnya. Bahkan sirih bekas kunyahan Syekh Yusuf pun ada yang mengambil. “Disimpan sebagai barang keramat,” begitu tertulis dalam buku tersebut.
Meskipun ada versi lain bahwa kuburan Syekh Yusuf berada di Cape Town, Afrika Selatan, Azyumardi mengatakan makam tersebut masih dikunjungi peziarah. Sebab, selain dianggap memiliki karamah, ia dipandang memperjuangkan agama Islam semasa hidupnya. Juru kunci makam, Mujibur bin Abdul Jalil, menyebutkan makam Syekh Yusuf biasanya lebih ramai sebelum Ramadan dan sebelum masa ibadah haji. Kini, setelah wabah virus corona muncul, kawasan makam selalu dikunci.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo