Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tren Seni Pertunjukan 2025: Pembacaan Terbatas atas Pertunjukan Mutakhir

Hoirul Hafifi

Hoirul Hafifi

Seorang Doktor penciptaan seni dari Institut Seni Indonesia Surakarta

Tren seni pertunjukan pada 2025. Tak sebatas elaborasi metode artistik dan lintas disiplin seni, juga jelajah ilmu di luar seni.

26 Januari 2025 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pertunjukan "Performatif Sound dan Objek" oleh D. Bulqini. Dok. IG Artjog dan D. Bulqini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Tren seni pertunjukan pada 2025 tak sebatas mengelaborasi metode artistik dan lintas disiplin seni.

  • Proses kreatifnya juga menjelajah ke ilmu di luar seni.

  • Tren itu tampak dalam seni pertunjukan di Yogyakarta, Bandung, Makassar, Bali, dan Padang Panjang.

TREN seni pertunjukan mutakhir seolah-olah makin menghasilkan perluasan yang dimaksudkan bukan untuk menyelesaikan, melainkan mempertanyakan ulang apa yang sedang terjadi dalam hubungannya dengan dunia sosial, politik, dan budaya yang tengah berlangsung. Adakah yang dapat ditarik kembali, yang sudah berlangsung sangat lama, belum terungkap, pahit, dan sulit diatasi? Mereka tidak lagi berusaha menyelesaikan kompleksitas peristiwa yang terjadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mari kita tengok gambar pertunjukan Performatif Sound dan Objek oleh D. Bulqini. Pilihan obyek ini membawa kita pada tren isu. Ia tidak menyelesaikan dan seakan-akan berlarut-larut dalam isu konflik yang tak berujung. Pertanyaan tentang kesetaraan, kebebasan sipil, rasisme, penindasan oligarki, dan keadilan ekonomi yang terus mengemuka mencuat, meskipun dengan menyuarakan semua itu mereka menyadari akan berujung pada proses yang tak selesai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karya tidak lagi dipagari oleh bentuk baku. Mereka mengambil sikap terhadap tren isu dan menantang ketidakselesaian dengan bergulat dalam kerja riset artistik sebagai metode. Ini lebih jelas tergambar dari praktik studio yang melegitimasi karya dengan mencoba berbagai kemungkinan, termasuk mengambil berbagai bidang. Karya tidak lagi terbatas pada seni, tapi masuk ke disiplin nonseni, seperti robotika, geomatika, dan ekologi, sebagai cara untuk memecahkan diri dan memperluas pengetahuan.

Dengan cara itu, seniman seakan-akan lebih bebas memilih atau tanpa penentuan yang matang tentang genre estetik. Bahkan pemahaman seniman tentang dekonstruksi dan rekombinasi ludis (kebermainan) itu pun bersumber dari konfigurasi kulturalnya di setiap wilayah. Tren ini tidak begitu gamblang dan tegas berbicara mengenai seni yang membantu menyelesaikan persoalan. Ada hubungan sangat cair antara proses estetik dengan sosial atau kultural dan metode riset artistik yang makin beragam.

Pertunjukan The (Famous) Squatating Dance: Merayakan Marya oleh Mulawali Institute. Dok. IG @mulawaliinstitute

Hal ini ditegaskan lagi dalam gambar pertunjukan The (Famous) Squatting Dance: Merayakan Marya oleh Mulawali Institute. Gambar itu bukan untuk diuraikan secara rinci. Realitas yang terjadi adalah sejauh mana seni mampu menginformasikan, membentuk, dan menuntun dengan prinsip dasar kehidupan.

Metode penciptaan dalam tren yang terjadi bisa lebih spesifik dan sesuai dengan latar belakang penggunaan teknik pertunjukan. Bagaimana pula seniman menyatukan pengetahuan dengan berbagai audiens, latar, dan sebagainya untuk mempresentasikan, merepresentasikan, mendemonstrasikan, memprotes, atau mendukung tindakan sosial tertentu—tindakan yang dirancang untuk mempertahankan, mengubah, atau menjungkirbalikkan sesuatu.

Impresi dari gambar pentas Mulawali Institute tersebut tidak mengenal satu bidang tertentu. Ini adalah cara lain untuk menyatakan hubungan yang cair dengan mengatakan bahwa setiap pertunjukan, khususnya estetika atau sosial-budaya, cukup efektif mempengaruhi masyarakatnya sehingga tidak lagi didominasi masyarakat seni semata yang menontonnya. Sebab, bidang nonseni juga menjadi sasaran yang cukup berharga.

Setiap pertunjukan mengusulkan sesuatu dan menantang praktik kreatif yang “mapan”, yakni dapat menghasilkan metode penciptaan tertentu yang dapat dipahami, dimengerti, dan tidak terjalin dengan sikap atau gagasan filosofis tertentu. Beban tidak harus diselesaikan dan tidak mutlak bahwa setiap peristiwa harus memberikan kenikmatan bagi yang berpartisipasi di dalamnya atau mengamatinya.

Impresi kedua gambar tersebut menanamkan rahasia kesinambungan untuk terus bertindak. Kalau mau disebut dekonstruksi dan rekombinasi konfigurasi, banyak bidang yang dipertemukan. Itulah justru konfigurasi budaya yang terus bergerak tidak menentu. Hal-hal yang tersembunyi pun terungkap ketika seniman terus intens dan mantap dalam mengeksplorasinya secara berkesinambungan.

Hubungan umpan balik antara bidang seni dan nonseni menjadi penopang yang signifikan. Peristiwa nyata masuk ke ranah pertunjukan. Bentuknya yang khas dalam budaya tertentu, pada waktu dan tempat tertentu, secara tidak sadar atau mungkin prasadar mempengaruhi bukan hanya bentuk, melainkan juga metode pertemuan itu sendiri atau riset artistik yang menjadi cermin aktif dengan meyakini bahwa riset adalah kunci utamanya.

Tren ini, jika dimaksudkan untuk lebih dari sekadar menghibur, meskipun hiburan selalu menjadi salah satu tujuan utamanya, adalah sebuah metakomentar yang eksplisit atau implisit dan sadar atau tidak sadar. Tidak hanya itu, persimpangan yang diuji secara spekulatif itu dapat memberikan umpan balik ke dalam struktur proses komunitas/kreator itu sendiri.

Kerja spekulatif memang membutuhkan keberanian dan mungkin menemukan pengalaman terdalam. Kini seniman cenderung mengutamakan kesetaraan—dalam kerja kolektif biasanya posisinya telah diatur sesuai dengan kemampuan tiap orang. Tampaknya sirkulasi suara atau ide sudah cukup menentukan proses modifikasi timbal balik dan terus-menerus. Apa yang dijanjikan dalam tren mutakhir akan menghasilkan berbagai pola.

Pertunjukan Lusi Pakan Sumbi oleh BPAF. Dok. IG @bpaf

Gambar dari pertunjukan Lusi Pakan Sumbi oleh Bandung Performing Arts Forum (BPAF) melengkapi impresi dua gambar sebelumnya. Memang tidak semua seniman di setiap wilayah atau kota bekerja dengan model seperti itu, tapi inilah yang dilakukan BPAF yang cukup mempengaruhi tren, yang juga dapat ditelusuri ulang ke mata rantai pengetahuannya.

Wilayah yang dimaksud, seperti Yogyakarta, Bandung, Makassar, Bali, dan Padang Panjang/Padang, secara keseluruhan masuk pengamatan terbatas ini dan dapat disebut sebagai model tren mutakhir. Keberanian dan makin besarnya peluang seniman terus memperbanyak ilmu pengetahuan telah mengundang bidang lain untuk terus mengikuti secara serempak dan bersilangan bolak-balik dengan bidang seni.

Jejaring pengetahuan yang terbuka di era mutakhir ini sepenuhnya telah diolah. Kehidupan sosial dan budaya menciptakan waktu, ruang, dan karakter simbolik. Kesadaran akan ekosistem biasanya lebih banyak variabelnya, tidak mempersoalkan hasil yang meragukan, dan menganggapnya seperti permainan.

Kesadaran ekosistem diwujudkan sebagai realitas dan diatur oleh situasi yang berkelindan dengan politik, ekonomi, dan dunia global yang tidak diketahui secara konkret siapa yang berada di balik semua ini. Kesadaran terhadap ekosistem telah memunculkan tren dengan identifikasi tertentu. Itulah sebabnya kajian baru bermunculan dan menyediakan kemungkinan dalam riset artistik terdahulu—yang berhubungan dengan kerja kaum superior, inferior, penjajah, misionaris, dan petualang yang menulis laporan tentang sesuatu yang disebut “masyarakat primitif” atau masyarakat tertinggal.

Bambang Prihadi, Ketua Dewan Kesenian Jakarta dan Direktur Artistik Lab Teater Ciputat, berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Pembacaan Terbatas atas Pertunjukan Mutakhir

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus