PERCAYA atau tidak: setelah 37 tahun merdeka, masih ada murid
belajar sambil berdiri. Ini terjadi di Desa Pagang Kurao, 9 km
dari Kota Padang.
Alkisah, mulai tahun ini desa tersebut kebagian sebuah SD Inpres
dengan 3 lokal. Masyarakat Kurao bergembira. Anak-anak mereka
jadinya tidak harus bersekolah di desa tetangga.
Namun ternyata sampai tahun ajaran dibuka Juli lalu, gedung SD
yang dibangun tak juga rampung. Bahkan sampai September lalu,
baru setengah siap. Pintu dan jendela belum ada, lantai pun
masih tanah. Peralatan sekolah tak satu pun ada. Padahal 4 guru
wanita sudah siap mengajar 74 murid yang terdaftar.
Merasa bertanggung jaab, para ibu guru itu sejak Juli lalu
mengajar para anak didik mereka. Tentu saja sambil berdiri.
Karena tak ada papan tulis atau alat peraga lain, guru lebih
banyak bercerita, menyanyi dan mendongeng. Berhitung? Gampang,
bukankah ada jari tangan?
Harian Haluan belum lama ini memberitakan kisah tersebut.
Gubernur Sum-Bar Azwar Anas terkejut dan memerintahkan Kepala
Dinas P & K setempat agar menyelesaikannya. Hasilnya, sepekan
kemudian para murid dan guru SD Inpres Kurao dipindahkan ke SD
Inpres Perumnas Siteba Naggalo, 2 km dari Kurao.
Ceritanya belum tamat. Seminggu belajar di tempat baru, dua
orang guru ikut penataran 'pra jabatan' selama 3 pekan. Namun
karena perpindahan tempat penataran, sampai pekan lalu mereka
belum masuk. Seorang guru wanita lainnya cuti hamil. Dengan
hanya satu guru, para murid terpaksa diliburkan.
Adapun pembangunan gedung SD Inpres Kurao sendiri tetap
terhenti. Konon sub kontraktornya bangkrut. "Upah buruh juga
belum dibayar," tutur seorang penduduk setempat. Biaso, carito
lamo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini