Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Benci mertua dibalas racun

Mentik, 55 dan sejumlah warga desa babatan, ngawi pingsan. akibat minum racun yang dicampur oleh kasno. berawal keributan antara mentik dan menantunya, kasno, karena dianggap suka bermalas-malasan.

23 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MERTUA dan menantu ribut, orang sebelah-menyebelah ikut semaput. Itu terjadi di Desa Babatan, Ngawi, Jawa Timur, akhir November silam. Alkisah, Nyonya Mentik, 55 tahun, tak terlalu gembira bermenantukan Kasno yang punya mata pencaharian di Lampung. Jauhnya rantau mengakibatkan sang mantu bagai hilang-hilang timbul di mata si mertua. Tapi, lebih dari itu, yang tak kena di hati Nyonya Mentik adalah minimnya buah tangan yang dibawa si mantu, hingga sekalipun sudah dua tahun kawin dengan putrinya, Sukarti, mereka belum mampu mandiri untuk punya rumah sendiri. Namun, belum terlalu mengusik, memang, karena pasangan Sukarti-Kasno masih belum punya anak. Sekitar tiga bulan lalu, Kasno mudik lagi. Mata Nyonya Mentik kian berjentik melihat menantunya yang dianggapnya lebih suka bermalas-malasan. Maka, tak terhindarkan lagi sindir-sampir yang dialamatkan kepada Kasno. Namun, yang 'ditembak' tetap adem-ayem, hingga suatu hari Nyonya Mentik mulai memantik harga diri si mantu. "Kalau begini caranya, lebih baik kau ceraikan saja anakku. Aku tak suka lagi dengan kau," lebih kurang itu yang dikatakannya. Suasana rumah menjadi tegang, sampai pada suatu malam Kasno pulang kelewat larut. Didapatinya pintu terkunci dari dalam. Kasno mengetuk, tak ada sahutan. Lalu, dia menggedor-gedor. Tetap tak ada yang membukakannya, kecuali terdengar suara sang mertua dari dalam, "Apa aku ini buruhmu? Tiap malam harus membukakan pintu. Lelaki, kok, senangnya keluyuran saja...," serunya. Kasno pun menumpang tidur di tetangganya. Keesokan paginya baru Kasno bisa masuk rumah mertuanya itu. Meski dia cinta istri mirip semut cinta madu, toh sosok mertuanya sudah mirip racun di matanya. Ketika mertuanya membersihkan pekarangan, Kasno membubuhkan serbuk cokelat kekuningan ke dalam kendi air. Bubuk itu adalah sejenis racun yang biasa digunakan dalam berburu babi di Lampung. Tak lama kemudian, ia hengkang ke rumah orangtuanya di Desa Patalan. Sesuai dengan maunya Kasno, Nyonya Mentik semaput sehabis mereguk air kendi itu. Melihat ibunya mendadak teler, karuan saja Sukarti alias Nyonya Kasno kalang kabut. Tetangganya, Sumini, Semi, dan Pariyem, datang berhamburan. Nyonya Mentik digotong ke balai-balai. Mata uang logam kuno dan minyak klentik langsung dikeluarkan untuk mengerok punggung Nyonya Mentik. Sepuluh menit berlalu tanpa hasil. Lalu, tiba pula Yamini, Subandi, dan Sulastri dari sawah. Mereka bingung sekali mendapatkan neneknya menggelepar. "Ambil kendi," kata Sainem -- menantu lain Nyonya Mentik -- yang baru datang. "Nanti kalau air sudah masuk perut, pasti sadar," katanya lagi sambil menenggak sebagian isi kendi, yang disusul para tetangga yang kehausan. Cuma Pariyem yang tak ikut minum, sebab air itu habis. Sementara Nyonya Mentik belum siuman, tiba-tiba tujuh lainnya menyusul ambruk. Pariyem panik. "Tolooong, toloong," pekiknya terbirit-birit ke luar rumah. Penduduk kian merubung. Ada yang berinisiatif memanggil dukun. Tak mempan. "Ini pasti penyakit luar biasa," kata si dukun angkat tangan. Baru akhirnya korban digotong ke rumah sakit Kabupaten Ngawi. Kini, Kasno terpaksa 'pindah' menginap di kantor polisi dan terus-terang mengakui sebagai penyebab semaputnya mertua, ipar, keponakan, tetangga, dan istrinya sendiri itu. Tapi, untung, semuanya selamat, meski Nyonya Mentik masih perlu dirawat karena ada uratnya yang pecah. "Saya akan minta cerai," kata Sukarti kepada Zed Abidien dari TEMPO. "Saya harap, dia dihukum berat," ujar Nyonya Mentik sewot.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus