Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bendera putih di gurun iran

Pengalaman bo hunter (nama samaran) ketika mengikuti operasi khusus a.s, operasi cahaya biru (blue light), untuk membebaskan sandera a.s di teheran. (sel)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINGGU pagi, 4 November 1979, 450 mahasiswa militan Iran menyerbu Kedubes Amerika Serikat di Teheran. Setelah berkelahi dengan marinir yang mengawal gedung itu selama hampir tiga jam, para demonstran berhasil menyandera 60 warga negara Amerika yang bertugas di sana. Orang Amerika tak bisa terima perlakuan itu. Selang beberapa hari Skuadron Operasi Khusus AS di Hurlburt Field, Florida, disiap siagakan untuk tindakan penyelamatan. "Aku sangat bangga bergabung dengan pasukan itu," tulis Bo Hunter (bukan nama sebenarnya) yang menuturkan pengalamannya dalam majalah Cung-Ho edisi Januari. Bersama Bo terpilih tiga awak pesawat lain menyertai missi penyerbuan. Prosedurnya: Pertama-tama komandan skuadron menginventarisasi orang-orang yang dianggapnya jempolan. Setelah itu ia melakukan pendekatan untuk menjajaki kesediaan yang bersangkutan. Sebab semua peserta sukarelawan. Kendati yang bersedia diharuskan menandatangani perjanjian. Isinya, antara lain tak seorang pun boleh tahu tentang rencana ini termasuk istri dan anak. Bulan berikutnya sukarelawan terpilih mendapat penuh latihan udara yang berat. Antara lain: melakukan uji coba peralatan khusus, bongkar muat peralatan dan personil secara cepat dan aman. Akhir Januari 1980, setelah dua bulan latihan, drpeh kesimpulan tiga pesawat angkut tidak memadai untuk misi gawat ini. Harus ada tiga penerbang lagi untuk tiga pesawat tambahan. Seperti sukarelawan terdahulu, yang dipilih adalah awak pesawat yang sedikitnya memiliki 2.000 jam terbang. Kalau bisa yang setaraf instruktur - syukursyukur lebih dari itu. Tak heran bila Bo membanggakan diri: "Kamilah yang terbaik." Latihan dibikin mendekati medan sebenarnya. Karena itu dipilih gurun pasir Nevada. Dalam latihan digunakan peralatan yang akan dipakai dalam misi yang sesungguhnya: mulai dari jip, sepeda motor, sampai peralatan untuk mengisi bahan bakar helikopter. Untuk latihan malam bahkan dipakai peralatan khusus yang bisa membantu para sukarelawan melihat jelas di dalam kelam. Selain itu dipergunakan pula lampu sorot infra, dan peralatan yang bisa menyamarkan lokasi pendaratan semacam tabir asap. Menurut Bo, latihan berlangsung dengan mulus. Semula operasi khusus ini mau dipercayakan pada Wing Operasi Khusus ke-1 - termasuk penggunaan pesawat AC-130/H bermeriam. Tapi para pengambil keputusan di Washington kemudian memutuskan operasi gabungan Angkatan Bersenjata AS. Helikopter diambil dari Marinir. Jip dan sepeda motor dari AD. Pesawat angkut dari AU. Kapal dan peralatan laut lainnya dari AL. Gladiresik diikuti semua unit yang menopang operasi. Para pilot AU melakukan latihan menerbangkan kelompok penyerbu lapangan terbang dan kelompok pengendali tempur (CCT), pengisian bahan bakar di udara, penerbangan dalam gelap, tinggal landas dan mendarat pada landasan pendek, dan lainnya. Anggota tim lainnya melakukan latihan penggerebekan di darat dan penyelamatan sandera. Dalam latihan dicoba pula penggunaan pesawat angkut jenis lain, C-141, yang ternyata tidak cocok untuk misi menyabung nyawa ini. LockheedC-130 satu-satunya pesawat angkut udara yang tepat untuk operasi penyelamatan. Juga dilakukan praktek terbang rendah untuk menghindari deteksi radar musuh, menghapus jejak formasi penerbangan, dan pendaratan. Unsur paling penting dalam penghapusan jejak itu terletak pada penggunaan alat penembus gelap, lampu sorot infra, dan pendaratan dengan menggunakan radar pesawat. "Kami menerima aba-aba siap berangkat pada hari-hari pertama April," ungkap Bo. Tim diberi penjelasan bahwa missi penyerbuan itu akan terdiri atas enam pesawat: dua untuk mengangkut regu pengamanan dan tim penyerbu, satu buat mengangkut regu Delta berikut peralatan khususnya, dan sisanya dipergunakan untuk mengangkut 18.000 galon bahan bakar JP4 bagi helikopter. Pesawat tim penyerbu dan pengamanan berangkat pada kesempatan pertama. Lalu menyusul regu Delta. Lima menit di belakang regu Delta berangkat pesawat tanker pertama. Setelah itu, tanker lainnya. Selepas menerjunkan regu penyerbu dan pengamanan, dua pesawat pertama langsung hengkang Tiga puluh menit setelah pesawat regu Delta dan tiga tanker mendarat, heli-heli, yang lepas landas dari kapal induk USS Nimitz tiba. Sesudah mengisi tambahan bahan bakar, heli-heli akan menerbangkan regu Delta dan Rangers ke suatu pangkalan. Di pangkalan inilah serbuan ke Kedubes AS di Teheran dilakukan. Lalu, malam berikutnya setelah serbuan, begitu menurut skenario pesawat angkut C-130 berangkat ke pangkalan penjemput. Dari sinilah para sandera dan para penyelamatnya akan diungsikan. Pengungsian mereka akan berada di bawah pengawalan pesawat bermeriam AC-130 dan pesawat-pesawat pemburu AL. Tiap awak berangkat dari pangkalan udara Hurlburt pada hari yang berbeda - dan terbang melalui berbagai rute. Yang penting tiba pada jam tertentu di tempat, yang disebut Bo, OL Alpha. Misalnya, ada pesawat yang terbang nonstop melalui rute Jerman Barat dengan pengisian ulang bahan bakar di udara. Ada pula pesawat yang terbang lewat Azores, bermalam di sana, sebelum menukik ke selatan. Pesawat-pesawat lain juga terbang dalam cara yang sama. Semua itu untuk menghapus jejak. Tiap pesawat mengangkut muatan yang telah ditentukan - tergantung kedatangan jam di tempat tujuan. Tidak seorang pun dari anggota tempur boleh tiba di luar jadwal yang ditentukan. Kecuali personil dan peralatan yang dibutuhkan. Semua pesawat tiba di OL Alpha, 19 April 1980. Di OL Alpha tim diizinkan beristirahat dua hari. Tempo itu dipergunakan untuk memeriksa pesawat, pengisian bahan bakar, dan brifing ulang. Esoknya, Z April, tepat pukul 04.00 waktu setempat, diberikan perintah meninggalkan OL Alpha, menuju titik pemberangkatan: OL Bravo - dari sinilah Iran akan diserbu. Sebelum meninggalkan OLAlpha, Komandan Operasi Gabungan Mayjen James Vaught mengumpulkan seluruh pasukan untuk brifing. Sebelum dimulai dimulai Vaught berdiri di atas dan memimpin anak buahnya berdoa sejenak. Yang dimohonkannya: sukses bagi missi, keselamatan para penyerbu dan para sandera. Lalu Battle Hymn dinyanyikan. Waktu mendengar brifing, cerita Bo, air mata para sukarelawan menetes di pipi mendengar nasib para sandera di tangan anak buah Ayatullah Khomeini. Semua pesawat meninggalkan OL Alpha dengan mulus. Kecuali beberapa pesawat angkut yang membawa peralatan mutakhir untuk operasi. Landasan darurat di OL Alpha dibuat dengan meratakan bukit-bukit pasir. Setelah tiba di OL Bravo, sebelum bertolak ke Iran, pesawat dibersihkan dari lambang atau tulisan yang memberikan petunjuk unit kesatuan pangkalan, atau negara pemilik. Sesudah semua itu rampung, para awak pesawat diberi waktu untuk melepaskan lelah. Sebagian besar dari mereka nongkrong di tenda-tenda yang dipenuhi dengan aneka minuman. Sembari mempertukarkan cerita perang - yang dialami langsung atau bualan. Sisanya menekuni bacaan, atau mencoba tidur di lapangan yang gersang. Beberapa penerbang senior menceritakan pengalaman masing-masing di negeri lain pada masa sebelumnya - umumnya dalam operasi bertujuan serupa. Yang muda-muda mendengarkannya dengan serius. Tapi semua sukarelawan merasa sebagai bagian dari kesatuan Operasi Cahaya Biru nama sandi yang diberikan Washington. Tanggal 23 April, regu Delta dan Rangers tiba di OL Bravo dengan pesawat C-141 berikut perlengkapannya. Mereka mangkal di tenda yang berjarak sekitar setengah mil dari "markas" pasukan terdahulu - regu AU. Ini memang disengaja. Agar masing-masing pihak tidak saling tahu kekuatan dan kemampuan pihak lainnya. Sekurang-kurangnya dapat memelihara kerahasiaan regu yang terlibat - siapa tahu ada di antaranya yang tertangkap musuh. Esoknya, beberapa jam sebelum penyerbuan, pasukan kembali dikumpulkan. "Semua yang telah dijajal dalam latihan kembali dibrifing ulang," tutur Bo. Rute kabur dan taktik penyingkiran didiskusikan matang-matang. Tiap anggota pasukan diteliti lagi oleh komandan masing-masing - baik mengenai tanda-tanda pengenal, maupun perlengkapan mereka. Pakaian terbang dilengkapi dengan berbagai embel-embel. Tidak boleh ada sesuatu yang menyimpang dari aturan supaya kawan tidak salah duga. Rompi penyelamat juga dicek. Senjata mulai diisi. Satu-satunya senjata yang dipakai adalah Smith anc Wesson 38. Tak ada peluncur roket khusus, atau senjata lainnya. Tiap awak saling memberikan brifing kepada anggota tim lainnya tentang berbagai unsur yang berkaitan dengan missi. Frekuensi radio, kata-kata sandi, isyarat panggilan, dan berbagai informasi. "Bagian paling sulit di antara semuanya," pengakuan Bo. Sekitar pukul 18.00 perintah berangkat pun datang. Dua pesawat pertama yang membawa regu pengamanan mulai langsir dan lepas landas pukul 18.20. Sisanya mengawang satu jam kemudian. "Kuingin mengatakan bahwa lepas landas berlangsung mulus," tulis Bo, "tapi sayangnya tidak." Satu pesawat melangsir keluar jalur, dan membuat belokan. Yang lain mencoba melampauinya, tapi landasan terbang terlalu sempit. Akibatnya ada pesawat yang lepas landas di luar posisi. Untung tidak sampai menimbulkan kegawatan. Tapi akibat manuver yang di luar rencana itu, komunikasi untuk mengatur kembali formasi pesawat tidak bisa dilakukan. Bo mengakui kekacauan jadwal itu menimbulkan kegelisahan, kendati tidak sampai melumerkan semangat dan tekad sukarelawan. Ketika melewati perbatasan Iran, beberapa jam kemudian, setiap kepala menjadi lebih pendiam dan lebih waspada. Sebab pegunungan Iran mencuat di sana sini - ketika itu mereka terbang di bawah 1.000 kaki. Setengah jam sebelum pendaratan, menghindari perangkap malam, mulai dipergunakan. Dua puluh menit kemudian navigator mulai menggunakan radar untuk membimbing pesawat sampai penerbang dapat melihat sasaran dengan mata telanjang. Detik-detik terakhir menjelang menjejak tanah pesawat tanker pertama menemui kesulitan. Sebuah truk minyak, entah dari mana asalnya, berhenti melintang di jalur menuju landasan pendaratan. Entah kurang pengalaman, entah gugup, atau sebab lain, seorang anggota Rangers langsung saja memberondong truk keparat itu dengan roket. Truk minyak meledak seketika persis di depan hidung penerbang. "Aku sendiri mendarat empuk," kata penerbang Bo. Ia tak lama kemudian mendapat panggilan sandi Desert One dari palung sungai kering Iran. "Inilah akhir dari semua persiapan, latihan, kesukaran, dan pengorbanan," tambahnya. Pukul 00.15 semua pesawat sudah berhasil mendarat. Regu Delta sudah melompat turun dan mengambil posisi. Semua selang bahan bakar di perut tanker disiagakan - siap menanti kedatangan rombongan heli. "Kami menanti, menanti, dan menanti," kata Bo. "Entah mengapa mereka terlambat." Lebih tiga jam mereka menunggu, dan tanpa kabar. Setelah empat jam berlalu baru enam pesawat heli muncul, dan langsir mengambil posisi di belakang pesawat tanker. Sementara heli-heli mengisi ulang bahan bakar, awaknya beristirahat dan menyantap ransum. Dibutuhkan satu jam setengah untuk pengisian bahan bakar. Ketika tankitanki heli sudah penuh, tiba-tiba radio memecah kesepian, dengan sandi abort- gagal. "Ini membuat seluruh personil kecewa dan patah semangat," ujar Bo. Sandi radio berikutnya memerintahkan agar semua awak pesawat untuk angkat kaki segera. Dan terjadilah tragedi itu: salah satu heli terjungkal dan membentur tubuh pesawat C-130. Bahan bakar heli yang ambruk tumpah, lalu terbakar, dan menjalari pesawat lain. Untung para awak tidak panik. Salah seorang awak dari pesawat yang ambruk berhasil diselamatkan. Dan sekitar 45 menit setelah kecelakaan pesawat-pesawat yang selamat kabur dari Desert One. Meninggalkan delapan sukarelawan yang tidak berhasil ditemukan, beberapa heli RH-53, dan sejumlah perlengkapan. Penerbangan ke luar Iran bisa dibilang sukses. Ini jika ditilik dari tidak terlihatnya pesawat Iran mengejar sampai matahari bersinar terang. Hampir semua anggota pasukan berdoa memohon agar mereka mendapat lindungan Tuhan. Tak lama kemudian pesawat angkut C-130 tiba di OL Bravo. Korban dan regu Delta dipindahkan ke pesawat Medevac C-141 dan langsung meninggalkan OL Bravo. Tinggal regu SAR yang masih menghabiskan waktu di sana merenungi kekeliruan yang terjadi. Namun tak seorang awak pun merasa malu atau dipermalukan. Dan satu-satunya keinginan sukarelawan itu adalah menyertai missi sampai kemana pun - kalau perlu memulai lagi dari awal. Serbuan ke Iran ini, menurut Bo, sesungguhnya direncanakan dengan baik, dan didukung oleh personil serta perlengkapan terpilih. "Tak disangsikan lagi akan membuahkan suskes, andai kata nasib tidak campur tangan," kata Bo. Mengapa heli-heli terlambat datang Baru saja mereka mengudara muncul badai pasir sehingga pilot terpaksa memperlambat penerbangannya. Lalu, ketika akhirnya mereka tiba mengisi ulang bahan bakar, nasib malang lain datang dengan ambruknya sebuah heli. Untuk memperbaikinya diperlukan waktu tiga jam. Padahal satu jam lagi matahari akan nongol. Komandan lapangan - dengan persetujuan pimpinan tertinggi dan Presiden Carter - lalu memutuskan untuk menangguhkan operasi. Tapi ada juga sukarelawan yang nekat. "Semua regu penyelamat sandera dari heli-heli yang tersisa ingin melanjutkan rencana," ungkap Bo. Anggota regu Delta juga menyatakan siap tinggal - dan ditangkap - asal para sandera terangkut pulang ke tanah air. Setelah mempertimbangkan semua faktor dan usul, komandan lapangan mencegah keinginan "gila" itu. Mengingat heli-heli yang ada tak akan sanggup memboyong sandera berikut regu penyelamat sekaligus. Akhirnya semua anggota tim kembali kekonon tak seorang pun bisa dianggap salah dalam kecelakaan itu - kendati delapan orang tewas. Dari yang meninggal, lima di antaranya awak pesawat. Sisanya anggota Marinir. Korban lain: satu awak luka parah. Sedang pilot heli dan pilot C-130 cuma luka-luka ringan. Yang bisa dipuji dari operasi ini: empat pesawat C-130 berhasil menerobos kawasan udara Iran, mendarat sukses di landasan yang tidak dipersiapkan, dan menanti sekitar enam jam dalam keadaan mesin hidup terus. Sekalipun penantian itu sia-sia. Mana mungkin para sendera datang sendiri kalau tidak dijemput, kan? Penghargaan apa yaang diberikan pada mereka yang gugur di medan laga? Kalau sekarang Anda berjalan-jalan ke pangkalan militer Hurlburt, maka Anda akan menemui lima jalan yang mengabadikan nama lima anggota komando AU yang tewas. Korp Marinir juga melakukan hal serupa bagi anggotanya yang gugur. Sementara warga kota tempat "pahlawan-pahlawan" itu dilahirkan memasang plakat kenang-kenangan bagi mereka untuk yang terluka dipersembahkan lukisan dinding. "Tak ada yang tahu, apakah ada anggota Rangers dan Delta yang menerima tanda jasa," kata Bo. Soalnya, sejumlah anggota AU telah menerima berbagai tanda penghargaan. "Orang-orang yang telah memberikan yang terbaik bagi negerinya boleh pergi, tapi mereka tidak pernah dilupakan," ujar Bo menutup kisahnya. Sekembali dari Iran semua anggota tim kembali bertugas - kecuali awak yang menembak mobil tanki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus