Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berdakwah di Corong Nirom

Menarik diri dari politik, Agus Salim aktif berceramah agama di radio Hindia Belanda. Kadang mendapat pesanan menerjemahkan lagu koboi.

14 Agustus 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gadis cilik itu tersenyum girang di dalam Oteva yang melaju menuju kantor Maskapai Siaran Radio Hindia Belanda (Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij, NIROM) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Wajahnya yang mungil itu menempel di jendela mobil, gumun mengamati jalanan.

"Kami dijemput dari Tanah Abang Bukit, lewat Pasar Tanah Abang, terus masuk ke Jalan Karet," kata gadis cilik itu, yang kini berusia hampir 84 tahun, mengenang sebuah hari pada 1939. Gadis itu adalah Siti Asiah Soenharjo, putri kedelapan Haji Agus Salim, yang sering dipanggil Bibsy.

Ditemui di kediamannya di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan, oleh Tempo, Bibsy lalu mengisahkan kenangannya tentang ayahanda sebagai penyiar radio. Setiap Rabu, Oteva alias taksi memang menjemput Salim di rumahnya di Jalan Karet (kini Jalan KH Mas Mansyur) Nomor 44, persis di depan gerbang pemakaman Karet. Bibsy saat itu berusia sekitar 11 tahun. "(Setiap kali ke NIROM) Ayah memang dijemput Oteva, yang pool-nya ada di sebelah NIROM."

Bibsy tak selalu diajak, hanya sesekali. Karena itu, ia senang sekali ketika mendapat kesempatan menemani sang ayah ke studio. Di kantor NIROM, sementara Paatje—panggilannya untuk Salim—sedang mengudara, Bibsy menunggu di ruang lain. "Paatje ceramah apa, saya tidak tahu," katanya. "Seingat saya tentang keislaman."

Salim aktif di NIROM pada 1939-1942. Di radio yang menjadi cikal-bakal Radio Republik Indonesia itu ia menjabat penasihat bagian ketimuran. Tak seperti aktivitasnya di koran yang selalu mengkritik pemerintah, di sini ia tak berpolitik.

Agama dan budaya menjadi tema utama ceramahnya. Sayang, rekaman ceramah itu hangus ketika gedung RRI dilahap api pada 20 Juli 1985. "Sebanyak 70 persen koleksi rekaman terbakar," kata Kepala Bidang Humas RRI Ginda Hutapea.

Meski begitu, bukan berarti jejak Salim di NIROM hilang. Bibsy ingat Paatje biasa berceramah di corong radio itu sekali setiap pekan selama 30-60 menit. Solichin Salam, penulis buku Hadji Agus Salim: Pahlawan Nasional, mengungkapkan, "Dia bicara di depan radio tanpa teks dan selalu selesai tepat pada waktunya."

Menurut Solichin, ceramah Salim di radio bertumpu pada kekuatan bahasa, kefasihan pengucapan, serta nalar. "Tidak menggeledek seperti Tjokroaminoto," tulisnya. Karena itu, materi ceramah Agus Salim lebih ditujukan kepada golongan cendekiawan atau ulama.

Sejarawan Ridwan Saidi, dalam 100 Tahun Agus Salim, mengatakan Salim selalu menghindari persoalan khilafiah—perbedaan fikih—dalam setiap ceramahnya. "Salim menghidangkan tema-tema pembahasan yang menantang intellectual exercising," tulis Ridwan.

Tapi urusan Salim di NIROM tak melulu ceramah. Ada kalanya ia menerima pekerjaan menerjemahkan lagu yang sedang kondang saat itu. Bibsy masih ingat suatu hari Paatje pulang membawa setumpuk rekaman lagu-lagu koboi (country).

"Yang menerjemahkan kakak-kakak saya," katanya. "Kami sampai bisa menyanyikan lagu-lagu itu." Bibsy tak ingat lagu-lagu apa saja yang pernah mereka garap. Kepada Tempo, Bibsy lantas melantunkan salah satu baris liriknya, "Kamu meninggalkan aku ketika daun berguguran." Sayang, ia lupa judul dan penyanyinya.

Sejak mendirikan Pergerakan Penyadar, Salim memilih berpaling ke persoalan agama dan menyorongkannya kepada publik lewat stasiun radio.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus