Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bermandi cat

Warga kota kisaran diperintahkan mencat semua bangunan dengan warna yang berbeda untuk setiap kawasan. soal pembuangan sampah tetap menjadi masalah karena tak ada lokasi yang tepat.

4 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA yang menghubungkannya dengan peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus baru lalu. Tapi ada pula yang mengaitkannya dengan kabar yang semakin keras terdengar akhir-akhir ini bahwa kota Kisaran akan segera dikukuhkan sebagai ibukota Kabupaten Asahan. Yaitu ketika hampir secara tiba-tiba, team keindahan kota yang baru saja terbentuk, akhir Juli lalu mengeluarkan instruksi: agar seluruh warga kota Kisaran mengecat rumahnya (termasuk rumah pertokoan) dengan warna yang telah ditentukan. Ketentuan lebih lanjut menetapkan: warna kuning telor untuk bangunan-bangunan di kawasan Jalan Imam Bonjol, Cokroaminoto, Rivai, Malik Ibrahim, Anwar, Sibogat dan Jalan Sutomo. Warna biru muda: Jalan Listrik, Cipto dan Jalan Diponegoro. Merah jambu: Jalan Masmansur. Hijau muda: Jalan Kartini, Panglima Polem, Pattimura dan Jalan Bakti. Biru laut: Jalan Wahidin, Haji Misbah dan Jalan Haji Miskin. Putih: Jalan Singamangaraja, Teuku Umar dan Jalan Pasar Lama. Dan setelah warga kota merogoh kantong untuk membeli berkaleng-kaleng cat, apa hasilnya? "Rasanya kok gelap, seperti dalam gua", kata seorang warga kota ketika malam-malam melintasi Jalan Listrik yang berwarna biru laut. Tapi lebih dari itu, mengitari kota ini siang hari bagaikan menyaksikan tumpahan bermacam warna tinta di atas lantai tanpa bentuk yang jelas. Dan jangan lupa, sejak warna-warna itu mengecat dunia kota Kisaran, para penarik beca sudah hafal benar ke arah mana tujuan penumpangnya kalau terdengar tegoran: "He, bang, berapa ke jalan biru?" Namun sementara hampir semua bangunan dalam kota mentaati instruksi tadi, masih tersisa sebuah masjid dan sebuah gereja yang tetap dalam warnanya semula. Dalam ketentuan seharusnya si masjid mendapat warna merah jambu, sedang gereja kebagian warna hijau muda. "Bagaimana mungkin masjid ini akan kami cat merah begitu", gerutu seorang pengurus masjid kepada TEMPO. Sampah Di tengah kota yang sudah berwarna-warni itu, mencari tempat pembuangan sampah agaknya masih juga menjadi masalah kota Kisaran. Pada mulanya barang sisa yang jumlahnya 36 ton sehari itu dibuang di kampung Sentang pada bagian tanah yang berlembah. Namun tak lama penduduk sekitar protes, karena banyak lalat hijau yang merayap ke rumah-rumah mereka. Lalu dipindah ke jalan Kartini yang berawa-rawa. Protes penduduk sekitar datang pula, dengan alasan lalat hijau lagi. Dan entah karena bingung karena desakan kebutuhan, akhirnya tempat pembuangan dipindah pula ke kuburan Tionghoa di Jalan Pasar Lama. Mula-mula tenang-tenang saja. Tapi akhirnya protes muncul lagi dari pengurus Yayasan Tanah Wakaf Tionghoa Kisaran yang merasa berhak atas tanah itu. Lama juga tak ada reaksi, baik dari Bupati, Dinas PU (yang membawahi kebersihan kota) maupun Kantor Agraria setempat. "Mereka berdagang di sana", ujar R. Makhmud, Kepala PU. Maksudnya, pengurus yayasan penguburan itu berjual-beli tanah kuburan dengan cara memasang tarif tinggi untuk tiap petak tanah kuburan. "Kalau kami berdagang tentu anggota kami yang lebih dulu ribut, bukan pak Makhmud", bantah Halim Harsono, si ketua yayasan. Dan mungkin karena fihak yayasan terus memprotes, maka awal bulan lalu fihak Pemda Asahan mengirim surat permohonan kepada PNP V Sungai Dadap, agar kiranya fihak terakhir ini memperkenankan sebagian tanahnya dijadikan tempat pembuangan sampah. Tanah perkebunan itu terletak 3 km di luar kota Kisaran. Namun belum jelas benar, apakah permintaan itu dapat dikabulkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus