Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tatapan Suroso tak beringsut dari kolam pendingin turbin Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya. Bibirnya komat-kamit membaca mantra. Dia bukan sedang mengusir jin atau setan. Pawang buaya dari Medan itu sedang memanggil buaya.
Ya, buaya. Menurut Endang Hidayat, juru bicara PLTU Suralaya, sudah lebih dari tiga minggu ini pihaknya dipusingkan oleh urusan buaya. Menurut dia, ada empat buaya ”menyusup” ke kolam lewat pipa saluran air dari arah laut. PLTU Suralaya memang berada di pinggir pantai Cilegon, Banten.
Pengelola Suralaya khusus mengundang Suroso untuk menangkap buaya tersebut. Di Medan, Suroso sudah sohor sebagai penangkap buaya. Namun kali ini dia terpaksa bertekuk lutut. Dari pagi sampai sore ditunggu, tak satu buaya pun nongol. ”Mungkin buayanya takut melihat banyak orang,” katanya, Senin pekan lalu.
Suroso tak perlu kehilangan muka. Dua pawang sebelumnya juga gagal total. Tim penembak jitu dan polisi air dari Polda Banten pun bernasib sama. Setelah dua cara itu tak juga mempan, pengelola PLTU Suralaya menempuh jalan supranatural. Mereka memanggil seorang paranormal dari Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Dia—si paranormal menolak dikutip namanya—datang sehari setelah Suroso gagal. Begitu tiba di tepi kolam, ritual dimulai, mantra dirapal dalam bahasa Jawa Serang. ”Aje diganggu buaya-buayane. Boten nape-nape, iku sing ngajagon nin kene.” (Jangan diganggu buaya-buayanya. Tidak apa-apa, mereka yang menjaga tempat ini).
Cara satu ini belum juga ketahuan hasilnya. Yang pasti, urusan buaya ini bukan soal sepele. ”Bila seekor saja masuk ke saluran instalasi pompa pendingin turbin, otomatis produksi listrik PLTU Suralaya terganggu,” kata Endang. Padahal, PLTU yang berkapasitas 3.400 megawatt ini pemasok utama listrik Pulau Jawa dan Bali.
Faidil Akbar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo