Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Niat hati bersenang-senang, seorang paman dan keponakannya di Malang, Jawa Timur, malah jadi tontonan dan ditangkap polisi. Pada Ahad dua pekan lalu, seusai pesta minuman keras bersama teman se-geng-nya, Luki Santoso alias Nanang, 45 tahun, bersama keponakannya, Abdul Rohim alias Bramansyah, 25 tahun, berniat menikmati udara malam Kota Malang.
Nanang pegang setir mobil, Bramansyah duduk di sampingnya. Keduanya sudah teler berat. Alhasil, saat melintasi rel kereta api di kawasan Boldy, Jodipan, Nanang tak bisa membedakan mana jalan, mana rel. Bukannya lurus mengikuti jalan aspal, dia malah jadi ”masinis”, membelokkan mobilnya mengikuti jalur kereta.
Hariman, penjaga pintu perlintasan, sempat terbengong melihat ”kereta” roda empat melintas. Mendadak sadar, dia langsung meneriaki si pengemudi, tapi tak bersambut.
Mobil terus melaju. Aksi gilanya itu segera menjadi tontonan warga sepanjang rel. Mereka tak menghentikannya, malah bertepuk tangan saat Nanang berhasil melintasi tiga jembatan, yakni di Jalan H. Juanda, rel jembatan Sungai Brantas sepanjang 30 meter, dan jembatan Jalan Embong Brantas.
M. Jaini, petugas Stasiun Kota Baru, Malang, juga gagal menghadang ”kereta” Nanang saat melintasi stasiun. ”Saya sudah minta berhenti, tetapi mereka hanya melambaikan tangan,” katanya. Bahkan, kendati bannya pecah, mobil itu terus saja melaju, dan baru terhenti saat rodanya tersangkut di persimpangan rel.
Polisi Sektor Klojen segera mengangkut kedua pemabuk itu ke markas. ”Tindakan mereka membahayakan. Mereka akan dikenai tindak pidana ringan. Sanksinya denda,” kata Kapolsek Klojen, Iptu Dody Prawira.
Pagi hari seusai diperiksa polisi, Nanang dan Bramansyah mengaku tidak bisa mengingat ulahnya. ”Saya juga heran kenapa bisa menyetir mobil di atas rel kereta. Saya kira mobil melintasi jalan berbatu,” kata Nanang. Dia ngeri mendengar cerita tentang aksinya. Kalau waras, Nanang mengaku tidak akan berani menyetir di rel kereta, apalagi jika harus melewati jembatan Sungai Brantas. ”Hanya orang tak sadar yang berani,” ujarnya nyengir.
Bibin Bintariadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo