Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RODA becak Pakcik Leman menyusuri jalanan Kota Bharu. Dia sudah hafal setiap kelokan di ibu kota Negeri Bagian Kelantan itu. Hidup bersama dua partai besar yang gonta-ganti memimpin negeri kelahirannya itu juga sudah dialaminya. Namun, kakek 60 tahun itu tetap saja menyusu pada putaran roda becaknya.
Kalau ada yang bertambah dari Leman, itu hanya jumlah cucunya, yang kini sudah lima orang. Harapannya menikmati pensiun masa tua dengan nyaman makin jauh dari mimpinya. Apalagi, setelah Partai Islam Se-Malaysia (PAS) berkuasa di Kelantan, kemakmuran seperti tergantung di awang-awang. ”PAS itu partai miskin,” katanya.
Sejak kekalahan United Malays National Organisation (UMNO) di Kelantan pada Pilihan Raya 1990, pemerintah pusat mulai menyunat anggaran negara bagian ini. ”Kalau orang tak mau memilih kita (Barisan Nasional), sebab apa pula kita harus memberi perhatian kepada mereka?” kata Daim Zainuddin, Menteri Keuangan dalam kabinet Perdana Menteri Mahathir Mohamad periode 1990-1995. Pembangunan fisik di Kelantan pun berjalan lamban.
Leman sendiri mengaku, UMNO telah menjadi darah dan dagingnya. Bahkan, saat kampanye dua belas tahun lalu, dia masih ikut berputar-putar kota sambil mengibarkan bendera UMNO. Namun, menjelang hari pilihan raya, keputusannya berubah. Hatinya terpikat oleh Tuan Guru Datok Nik Abdul Aziz Nik Mat atau lebih dikenal dengan Tok Guru. Ulama sederhana ini mencalonkan diri untuk PAS.
Saat di bilik suara, tangan Leman tergerak memilih PAS. Ada satu alasan kuat yang menuntunnya. Tok Guru dia yakini merupakan figur yang bebas korupsi dan kolusi, penyakit kronis yang cukup lama menjangkiti negerinya. ”Tuan Guru (Nik Aziz) orangnya baik dan menjadi teladan rakyat Kelantan,” kata Leman.
Bukan hanya Leman yang terpukau. Karisma sang Guru ternyata telah menyihir rakyat Kelantan. Hasil penghitungan suara membuktikan, PAS merebut 24 dari 39 kursi parlemen yang tersedia. Jumlah ini merupakan lonjakan dari pemilihan sebelumnya, ketika partai itu hanya meraih empat kursi.
Kemenangan PAS di Kelantan seperti mengembalikan jatidiri negeri yang 95 persen penduduknya beragama Islam ini. Leman mengingat, saat dia masih kanak-kanak, partai Islam ini pernah berjaya di Kelantan. Pertama kali PAS memenangi pilihan raya di Kelantan pada 1959, saat usia partai ini baru delapan tahun. Saat itu PAS menempatkan 28 wakilnya di Dewan Negeri Kelantan, dan hanya menyisakan dua kursi. Selama 15 tahun, partai ini terus memimpin negeri di bagian utara Semenanjung Malaka itu.
Masa paling buruk bagi PAS terjadi dalam Pilihan Raya 1978. Saat itu mereka hanya menempatkan dua wakilnya dari 36 kursi yang diperebutkan. Sementara itu, UMNO dan Berjasa mengambil alih kepemimpinan.
Lenyapnya pamor PAS ini berawal dari kerusuhan etnis pada 1969. Situasi darurat dicanangkan ke se-luruh negeri. Dewan Undangan Negeri dan parlemen dibekukan. Akibat kerusuhan itu, rasa persaudaraan Melayu mengental sehingga Barisan Nasional menjadi simbol pemersatu orang Melayu. Tiga tahun kemudian, setelah situasi pulih, PAS bergabung dalam Barisan Nasional. Perikatan ini membentuk pemerintahan campuran di tingkat pusat dan juga negara bagian.
Pada Pilihan Raya 1974, untuk pertama kalinya PAS ikut tanpa menggunakan benderanya sendiri. PAS bertanding dengan tiket Barisan Nasional. Saat itu Menteri Besar Kelantan, Datuk Muhamad Asri dari PAS, berjalan beriringan dengan Datuk Haji Abdul Razak Hussein (Tun Abdul Razak), Perdana Menteri Malaysia dari UMNO. Buah kerja sama itu, Datuk Asri diangkat menjadi menteri dalam kabinet persekutuannya Tun Abdul Razak. Namun, kemesraan itu hanya berlangsung sejenak.
Akhir tahun 1977, Perdana Menteri Hussein Onn memberlakukan Undang-Undang Darurat di Kelantan. Anggota parlemen dari PAS menentangnya. Dewan Penasihat PAS memutuskan agar semua wakilnya di pemerintahan mundur, termasuk menteri, wakil menteri, sekjen parlemen, dan juga wakil gubernur di tingkat pemerintah negara bagian. Akibatnya, PAS ditendang dari Barisan Nasional.
Sejak itu, PAS berubah menjadi partai yang beroposisi terhadap pemerintahan Barisan Nasional. Mereka mengganti simbolnya dari bulan-bintang menjadi bulan purnama penuh. Bibit-bibit kepemimpinan ulama mulai lahir dan disemai. Retaknya hubungan ini membuat kepercayaan masyarakat pada PAS melorot. UMNO gencar mengampanyekan bahwa politisi PAS telah menyeleweng dari asas-asas Islam. Dalam pilihan raya setahun kemudian, UMNO mengambil alih kekuasaan di Kelantan dengan Tan Sri Muhammad Yaacob sebagai Menteri Besar.
”Saya orang Melayu, jadi saya memilih UMNO,” kata Leman, mengingat kejadian saat itu. Saat UMNO mulai berkuasa di Kelantan, pekerjaannya sebagai kuli bangunan ditinggalkan. Pedal becak mulai dikayuhnya dengan harapan baru meraih kesejahteraan yang lebih baik. Sekolah, masjid, dan bangunan-bangunan baru bermunculan di Kelantan dengan plang UMNO. ”Bangunan yang ada di Kelantan ini berasal dari duit UMNO,” kata Leman.
Ternyata bangunan fisik itu tidak menyentuh tempat tinggalnya di permukiman miskin Kuala Krai, Kota Bharu. Hingga akhirnya Leman mendengar nama Tok Guru, seorang ulama sederhana yang mencalonkan diri untuk PAS di Pilihan Raya 1990. Ulama itu banyak dikenal dari berbagai ceramahnya setiap malam Jumat dan kuliah subuh di masjid pekarangan rumah Tok Guru di kawasan Pulau Melaka. Ceramah-ceramah itu banyak yang direkam dan disebarkan melalui buku dan kaset.
Dalam kampanyenya, Tok Guru hadir dengan konsep ”kepemimpinan ulama”. Dia berjanji mengobati penyakit kronis korupsi, kolusi, politik uang, dan materialistik yang sedang berjangkit di pemerintahan. Kepercayaan rakyat Kelantan langsung tersedot. Sihir Tok Guru sanggup membalikkan hasil Pilihan Raya 1990. PAS meraih 60 persen kursi, sementara UMNO tidak kebagian satu kursi pun.
Lenyapnya pengaruh UMNO juga dipicu keluarnya Tengku Razaleigh dari partainya Mahathir Mohamad itu. Razaleigh, tokoh Kelantan itu, memilih membentuk partai baru, Semangat 46, setelah kalah dalam rebutan jabatan Presiden UMNO dengan Mahathir. Menjelang pilihan raya, Semangat 46 membangun koalisi dengan PAS, Hamim, dan Berjasa membentuk Angkatan Perpaduan Ummah.
Kemenangan ini membawa Tok Guru menjadi Menteri Besar Kelantan. Harapan pemilih di Kelantan dipenuhinya. Dia menjauhi segala kemewahan fasilitas sebagai Menteri Besar Kelantan yang menjadi haknya. Ulama ini memilih tinggal di rumahnya bersama ahli agama dan para muridnya. Sementara itu, rumah kediaman resmi Menteri Besar Kelantan di Jalan Kebon Sirih 10 hanya menjadi rumah tamu.
Setiap Jumat pagi, Leman masih ikut mendengar kuliah agama Tok Guru di Dewan Dzulkifli Muhammad di Kantor PAS Kelantan. Tok Guru datang tanpa memakai mobil dinasnya. Sebab, mobil dinas itu hanya dipakai untuk keperluan berangkat dan pulang kantor, atau saat urusan yang berhubungan dengan Kementerian Besar Kelantan. Sang Guru juga mendermakan 40 persen gajinya untuk kas PAS. Sedangkan uang sewa rumah dinas sebesar RM 3.000 dia kembalikan kepada kas negeri.
Keteladanan Tok Guru ini membuat kepercayaan masyarakat Kelantan makin tebal. Dalam pilihan raya berikutnya, PAS menyedot 40 dari 43 kursi yang tersedia. Menjelang pilihan raya tiga tahun lalu, PAS bergabung dengan Partai Keadilan, Democratic Action Party, dan Partai Rakyat Malaysia membentuk Barisan Alternatif. Koalisi empat partai itu terjadi akibat pemecatan dan penahanan Anwar Ibrahim dari jabatan Wakil Perdana Menteri Malaysia, setahun menjelang pilihan raya. Dalam pilihan raya terakhir ini, PAS Kelantan menguasai 95 persen suara dan hanya kehilangan dua kursi.
Kemenangan gemilang PAS dalam tiga periode itu menunjukkan bahwa masyarakat menerima syariat Islam yang ditanamkan Tok Guru di Kelantan. Leman mengaku, dia makin jarang mengantarkan penumpang dalam keadaan mabok berat, atau penumpang yang marah-marah karena kalah berjudi. Bahkan angka kriminalitas mendekati nol persen. ”Di sini sangat aman,” kata seorang polisi yang berdinas di seputar Pasar Siti Khadijah.
Perubahan dalam kehidupan itu membuat iri tetangga-tetangga Kelantan. Tok Guru dengan gaya kepemimpinan ulamanya menjadi lambang perjuangan PAS. Untuk pertama kalinya, PAS menang di Terengganu. Di negara sebelah tenggara Kelantan itu, PAS mengambil 28 kursi dan menyisakan empat kursi bagi partai lainnya. Padahal, dalam pilihan raya sebelumnya, mereka hanya meraih tujuh kursi.
Perkembangan PAS tidak hanya menonjol di Terengganu. Dalam pilihan raya terakhir, Perlis, Kedah, Pahang, Sabah, dan Serawak menunjukkan kenaikan suara PAS. Sebagian besar ulama mendukung garis perjuangan PAS. Kini tinggal menunggu waktu sampai PAS mencapai puncak perjuangan politiknya.
Masalahnya, hingga kini PAS belum menemukan sosok pengganti Tok Guru. Pemimpin berusia 71 tahun ini mungkin tinggal beberapa periode lagi berada di panggung politik. Untuk melepas ketergantungan pada satu figur, menurut Wan Ismail bin Wan Jusoh, Sekjen PAS Wilayah Kelantan, partainya menjalankan kepemimpinan kolektif. Mereka berasal dari berbagai profesi, meskipun jika dibuat peringkat selalu ada yang di atas dan di bawah. ”Semua negara memilih pemimpin dari kalangan yang tecerdik dari kalangan cerdik,” alasan Wan Ismail.
Namun, bagi Leman atau pemilih lain di Kelantan yang ditemui TEMPO, selama ini mereka memberi suara untuk PAS karena ada Tok Guru. ”Tapi hati saya tetap UMNO,” katanya, bulat, sebulat roda becaknya yang terus menggelinding.
Agung Rulianto, Rommy Fibri (Kelantan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo