Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DIA dikenal sebagai politisi yang liat. Bersama partainya, Parti Islam Se-Malaysia (PAS), berkali-kali dia jatuh-bangun dalam pertarungan melawan UMNO dan koalisi Barisan Nasional yang berkuasa. Namun, kini roda hidup berpihak pada Tok Guru Haji Abdul Hadi Awang.
Kemenangan PAS dalam pemilihan umum di Terengganu tiga tahun silam mengantarkan Tok Guru menjadi menteri besar alias gubernur negara bagian itu. Kemenangan itu juga memungkinkannya memperjuangkan syariat Islam lebih jauh lagi.
Jalan panjang telah ditempuh pria berusia 54 tahun dan ayah 13 orang anak dari dua istri ini. Karir politiknya dirintis sejak ia duduk di sekolah menengah, 38 tahun silam. Saat itu dia terpilih menjadi Ketua Cabang PAS Kampung Rusila, Marang. Bintang terang menyelimutinya saat dia diangkat menjadi Ketua Pemuda PAS Terengganu dan Ketua Dewan Pemuda PAS Pusat.
Semasa menuntut ilmu di Universitas Islam Madinah, ia pun sempat aktif dalam pergerakan di tingkat internasional. Sekembalinya ke Malaysia, karir kepartaiannya melejit pesat hingga ke tingkat pusat. Pada 1989, ia terpilih menjadi Wakil Presiden PAS setelah Fadzil Mohd. Noor diangkat menjadi Presiden PAS Pusat.
Meski menyandang jabatan sebagai menteri negara atau setara dengan gubernur, Abdul Hadi Awang sama sekali tak menerapkan birokrasi protokoler. Bahkan setiap waktu ia memimpin salat di kantornya. Dengan lugas ia menjawab pertanyaan Rommy Fibri dari TEMPO beberapa pekan lalu. Berikut ini petikannya.
Bagaimana PAS bisa menang di Terengganu padahal UMNO sudah memerintah sekian lama?
Kemenangan PAS di Terengganu bukanlah yang pertama. Kami pernah menang pada Pemilu 1959. Tapi pada saat itu kami menghadapi kepungan ekonomi dan media massa federal. Kami pun hanya bertahan dua tahun. Selepas itu, kami mendapat kemenangan besar dan meraih suara mayoritas di Kelantan, tapi lagi-lagi kami menghadapi sabotase dari pemerintah pusat.
Dengan demonstrasi yang direkayasa pemerintah pusat pada 1978, dan dengan bantuan jenderal-jenderalnya, UMNO akhirnya berhasil meraih kemenangan di Kelantan melalui sebuah pemilu khusus. Namun, berkat perjuangan keras, alhamdulillah, kami dapat meraih kemenangan di negara bagian itu pada 1990, lalu di Terengganu pada 1999. Itu dapat tercapai berkat kebangkitan rakyat semua. Padahal politik uang begitu menggemuruh di Terengganu.
Sebenarnya konsep negara Islam macam apa yang akan Anda wujudkan?
Konsep negara Islam yang diwajibkan Allah swt., seperti dalam Al-Quran, yakni sebuah negara yang memiliki kepemimpinan Islam yang beriman dan berakidah Islam sebagai dasar negara. Dan membentuk Islam sebagai syariat yang kuat dan teguh dalam menghadapi perkembangan zaman.
Tapi kan tak ada contoh negara Islam yang bagus? Rezim Taliban di Afganistan, misalnya, justru membuat ngeri banyak orang.
Hingga hari ini, cuma Islam yang dapat menunjukkan model negara yang baik. Ideologi-ideologi lain tak mampu. Komunisme dan kapitalisme tak mampu menuju cita-citanya. Adapun mengenai ketakutan orang-orang terhadap Islam, ini menunjukkan kehebatan hukum-hukum Islam.
Kalau dilaksanakan, ia dapat diterima di masyarakat. Untuk melaksanakan syariat, ada hukum-hukum yang dijelaskan dalam nash (argumen ayat Al-Quran), misalnya hudud (hukum potong tangan) dan kisas (hukuman setimpal atas perbuatan yang dilakukan). Tentang hukum-hukum yang tak diatur dalam nash, pemerintahlah yang berwewenang mengaturnya.
Tapi, perlu dicatat, untuk melaksanakan hudud dan kisas pun banyak syarat yang harus dipenuhi. Ia tidak bisa diterapkan sembarangan. Dan Islam selalu menekankan agar pelakunya bertobat.
Apa yang dilakukan terhadap Taliban adalah contoh propaganda buruk terhadap negara Islam. Kami menyadari Taliban memiliki banyak kelemahan akibat terlalu fanatik terhadap mazhab Hanafi. Jika memerintah negara, mestinya tidak harus fanatik terhadap salah satu mazhab.
Tapi yang dilakukan Barat cuma menjelek-jelekkan Taliban, sehingga terbentuk citra negatif dalam masyarakat ihwal negara Islam.
Lalu bagaimana pula dengan PAS Terengganu? Tetap berpegang pada empat mazhab saja?
Kami berpegang pada mazhab ahlus sunnah wal jamaah. Sebagai contoh, dalam menangani urusan tanah, kami menggunakan mazhab Hanafi meski penduduk kami kebanyakan menganut mazhab Syafii. Kenapa begitu? Sebab, dalam hal tanah, Syafii tak begitu dinamis.
Lantas bagaimana dengan kelompok lain? Syiah dan Al Maunah, misalnya?
Di Malaysia tidak ada Syiah. Yang ada hanya Syiah jejadian. Kami menganggap mereka itu tak lebih daripada buih yang keluar dari Pepsi Cola. Begitu pula Al Maunah. Mereka kalangan yang kami anggap di luar kami. Mereka terlalu terpengaruh oleh kalangan di tempat tertentu, yang sangat berbeda dengan kultur Malaysia.
Lantas, menurut Anda, apakah syariat Islam sudah terlaksana?
Hingga kini, kami sudah mengatur satu hal yang bukan kewenangan pemerintahan pusat. Contohnya, kami mengharamkan hiburan yang bertentangan dengan Islam. Kami menutup izin perjudian dan penjualan arak, kecuali kepada orang yang bukan muslim. Kami juga menghapuskan riba atas pinjaman pegawai pemerintah. Dan sebentar lagi parlemen daerah akan menetapkan undang-undang tentang hudud dan kisas.
Bukankah Kelantan sudah mencoba hal itu tapi gagal di tingkat pusat?
Hingga kini, kami belum gagal. Kelantan sudah berhasil di tingkat pemerintahan negeri, tapi ditolak perdana menteri dengan alasan itu hudud ciptaan PAS. Tapi, di Terengganu, akan kami bentangkan masalah ini secara panjang-lebar. Kami undang semua kelompok, kelompok lembaga swadaya masyarakat, UMNO dan Barisan Nasional, serta kelompok lain, untuk membicarakan dua hukum tersebut. Bisa kita diskusikan sisi kelemahan dan keuntungannya. Selain itu, kita akan mencari jalan untuk memahami hambatan-hambatannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo