Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bis kota setelah seragam celana ...

Pengambil alihan 8 perusahaan bis kota swasta di jakarta oleh pemerintah dilaksanakan. jumlah kendaraan sudah bertambah dan keadaan bis lebih baik. sopir dan kondektur lebih sopan dan rapi. (kt)

25 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA realisasi pengambilalihan 8 perusahaan bis kota swasta di Jakarta oleh pemerintah dilaksanakan mulai 18 Agustus. Sebelumnya, sejak 17 April lalu, pemerintah hanya ikut campur dalam menangani manajemen perusahaan tersebut sehari-hari. Tindakan ini dikaitkan dengan tertunggaknya pengembalian kredit masing-masing ratusan juta oleh ke-8 perusahaan tersebut kepada Bank Bumi Daya yang dianggap ada hubungan dengan soal manajemen tadi. Ke-8 perusahaan tersebut adalah PT Arion, Saudaranta, Merantama, Jakarta Transport, Medal Sekarwangi, LL Muriasih, Ajiwirya dan Solo Bone Agung. Baik kalangan pengusaha maupun karyawannya menerima pengambilalihan ini bukan saja dengan tenang malah dengan rasa gembira. Khususnya para pengusahanya. Seminggu sebelum Menteri Perhubungan mengumumkan keputusan pelaksanaan pengambilalihan itu pada dua minggu lalu mereka mendesak kepada pemerintah lewat Gubernur DKI agar secepatnya mengambilalih perusahaan masing-masing. Kepada TEMPO para pengusaha tersebut mengaku sudah bosan dengan usaha mereka selama ini. Karena itu ingin istirahat untuk kemudian berfikir mencari usaha lain. Tapi ada juga suara yang mengatakan mereka kewalahan menghadapi persoalan yang sehari-hari memang ruwet. Ini terpaut erat dengan kebijaksanaan pemerintah yang selalu berusaha mencegah kenaikan tarip penumpang bis kota di saat-saat terjadi gejolak harga. Termasuk ketika beberapa kali terjadi kenaikan harga BBM. Bagi karyawan pengambilalihan ini diartikan sebagai adanya masa depan yang lebih baik. Dengan majikan swasta selama ini mereka merasa sebagai buruh yang pada saat-saat tertentu bisa mendapat perlakuan sewenang-wenang. Adapun bekerja dengan pemerintah diharapkan rasa keadilan bisa lebih terjamin. Misalnya bisa lebih baik mendapat jaminan kesehatan di samping gaji. Tip Agar Tokcer Sungguhpun demikian perubahan yang digambarkan tadi bukan tidak menimbulkan kejutan, khususnya bagi pekerja bagian bengkel. Selama ini pekerja di bagian ini bisa kebagian tip dari sopir Rp 5 sampai Rp 6 ribu sehari. Sekarang, sejak perusahaan masing-masing dikelola pemerintah mulai 17 April, "minum teh botol saja susah," kata mereka. Apa boleh buat. Dulu, karena tidak digaji melainkan hanya mencari kelebihan setoran, acapkali sopir mempunyai kelebihan lumayan. Lantas tak segan-segan memberi tip kepada montir agar mesin bis pegangan mereka selalu tokcer. Kini, dengan adanya sistim pengajian, sopir-sopir tadi tak bisa berbuat banyak. Malah banyak di antara mereka menjadi manja. Ada kerusakan sedikit saja pada kendaraan yang biasa dibawanya lantas tidak narik. Di pihak lain adalah pertanyaan: dapatkah bis kota kini melayani kebutuhan mereka secara lebih baik? Soal jumlah sudah ada tanda-tanda. Ini misalnya diketahui dari keterangan para pejabat yang bersangkutan sendiri bahwa jumlah kendaraan milik ke-8 perusahaan tadi kini sudah bertambah dibanding ketika pemerintah mulai memeluknya April lalu. Ketika itu, dari jumlah kendaraan seluruhnya 960 buah hanya sekitar separonya saja yang sehari-hari bisa turun ke jalan. Sekarang sudah lebih dari 500 buah.ÿ20 Dalam pada itu ada juga perubahan lain. Sopir dan kondektur lebih sopan dan rapi karena mempunyai pakaian seragam sopir dengan baju dan celana berwarna merah tua dan kondektur dengan celana monyet berwarna kuning. Sementara pada dinding bagian dalam bis-bis tersebut tertera tulisan: demi kesehatan dan keselamatan bersama dilarang meludah dan merokok di dalam bis. Alhasil, dengan gambaran itu semua, tampang bis-bis kota di Jakarta sudah lebih rapi.ÿ20 Tapi berdesak-desaknya penumpang masih merupakan pemandangan sehari-hari dari rit ke rit. Sementara itu karena penuh tidaknya penumpang tidak mempengaruhi gaji tetap sang sopir, masih sering terlihat bis yang menganggap sepi gapaian tangan penumpang pada halte-halte tertentu di pinggir jalan. Di kalangan warga kota hal ini dikenal sudah merupakan penyakit bis PPD, perusahaan bis kota pemerintah yang ada selama ~ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus