PENANGKAL petir radio-aktif sudah dipromosikan. Tampaknya para
arsitek dan pemborong bangunan besar di Indonesia cenderung
memasangnya.
Sebanyak 320 gudang Bulog menggunakan penangkal petir berisotop
Radium 226 atau Americium 241. Berbagai proyek Hankam dan PUTL
yang dibangun selama Pelita II begitu juga. Hotel besar seperti
Horizon dan Hilton, bangunan di kampus Unpad (Bandung) dan
Usakti (Jakarta), pabrik Gudang Garam, menara antena Pertamina,
kompleks Lembaga Pendidikan Penerbangan (LPP) Curug, sebuah
proyek perkebunan di Cibinong, pusat perbelanjaan Glodok Plaza.
Semua itu dan bahkan padang golf Pondok Indah pun sudah
dilengkapi dengan penangkal petir berisotop Americium 241.
Semula hanya ada dua merek mendapat izin BATAN. Tapi kemudian
sebagaimana diiklankan lewat koran Sinar Harapan, ada satu lagi
yang mendapat izin BATAN. Yang terakhir ini masih sibuk mencari
agen di Medan, Surabaya dan Ujungpandang. Walhasil, Preventor
(Inggeris), Helita (Perancis), dan lonocaptor (Spanyol) --
saling berebutan pasaran di negeri ini.
Sama Saja
Bukan cuma di sini, tapi juga di negara tetangga se-ASEAN. Hanya
saja, berbeda dengan di Indonesia, para ahli teknologi nuklir di
Muangthai tak lekas percaya akan keampuhan penangkal petir
radio-aktif itu. Seperti dituturkan Dr. Virul Mangclaviraj dari
Departemen Teknologi Nuklir, Fakultas Teknik Universitas
Chulalongkorn (Bangkok) kepada pembantu TEMPO George Y.
Adicondro baru-baru ini: "Kalau mau betulbetul efektif, kekuatan
isotop penangkal petir itu sedikitnya harus seratus kali
kekuatan isotop penangkal petir yang beredar di pasaran. Tapi
itu berarti bahaya polusi radio-aktif dari gas radon yang
terurai dari isotop Radium 266 misalnya, akan lebih hebat pula."
Orang-orang Thai itu rupanya membaca penjelasan seperti tersiar
lewat jurnal ilmiah tengah tahunan Elektrotechnische Zeitschrift
keluaran Berlin Barat. Di situ dijelaskan bahwa EURATOM, Badan
Tenaga Atom Eropa sejak 1970 sudah mengorganisir penelitian
terhadap dosis radiasi penangkal petir radio-aktif di berbagai
gedung dan bangunan vital di Eropa Barat. Ternyata bukan hanya
risiko radiasi itu saja, melainkan juga ia tidak ampuh, hingga
pemasarannya telah menurun di Eropa sejak akhir 1960-an.
Ketidak-ampuhan peralatan antipetir ini telah diungkapkan
berdasarkan penelitian sarjana Swedia terkemuka dari Universitas
Uppsala, Prof. Dieter Mueller-Hillebrandt, yang juga didukung
oleh riset Prof. Dr. Herbert Baatz dari Jerman, dan F. Dacos
dari Swiss. Ahli dari Swiss, Prof. Dr. Karl Berger yang dianggap
orang yang paling tahu tentang petir di dunia, ikut mengawasi
percobaan di Carona, dekat Lugano, Swiss. Dari percobaan yang
dilakukan serentak di Swedia dan Swiss di musim panas 1961,
antara 15 Mei dan 14 Agustus, diperoleh kesimpulan bahwa
penangkal petir berisotop Radium 266 itu daya kerjanya sama saja
dengan penangkal petir biasa.
Walhasil, runtuhlah suatu gagasan yang sudah berumur hampir «
abad waktu itu, dan berasal dari laboratorium kimia Marie dan
Pierre Curie. Sebab sudah sejak tahun 1918, ahli fisika bangsa
Hongaria, L. Szillard, rekan sekerja Marie Curie melontarkan ide
untuk melapis penangkal petir biasa dengan garam Radium untuk
memperbesar daya penolak petirnya. Dan sejak tahun 1932, ide
Szillard itu mulai diterapkan orang di Eropa, sebelum
betul-betul menguji kebenaran teori itu.
Kebetulan 24 April 1953, sebuah pabrik di Negeri Belanda
disambar petir, walaupun cerobongnya yang setinggi 40 meter
sudah dilengkapi penangkal petir radio-aktif. Kilat memang tak
menyambar cerobong, melainkan bangunan pabrik yang 12,5 meter
lebih rendah dan hanya berjarak 22 meter dari cerobong. Jadi
masih di dalam 'radius keamanan' penangkal petir tersebut.
Setelah insiden itu 'ditiru' di dalam laboratorium elektro
tegangan tinggi diketahuilah bahwa pengaruh isotop di ujung
penangkal petir hanya terlihat dalam medan elektrostatis yang
lemah, dan makin melemah bila medannya justru bertambah kuat.
Walhasil, tulis Dr Herbert Baatz dalam Elektrotechnische
Zeitschrift, Ausgabe A, 1972, teori Szillard itu ternyata sama
tak benarnya seperti anggapan yang lain bahwa penangkal petir
akan makin ampuh bila ujungnya disepuh emas.
Kendati demikian, iklan Preventor masih mengklaim bahwa
penangkal petir berisotop Radium itu mampu "melindungi
bangunan anda sampai seluas 41.000 mÿFD." Jadi radiusnya sampai
114 meter. Sedangkan iklan Ionocaptor lebih hebat lagi "area
proteksi yang luas s/d radius 250 meter."
Mungkin perlu ini diuji sekali lagi di sini oleh lembaga
penelitian yang netral, seperti Lembaga Masalah Ketenagaan PU
di Pasar Minggu, Jakarta. Atau Laboratorium Elektro Tegangan
Tinggi IT~B atau ITS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini