Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Tergoda alat anti petir

Penangkal petir radio-aktif banyak dipromosikan & dipakai di indonesia. keampuhannya diragukan & bahaya radiasinya besar. karena itu perlu diuji sekali lagi. (tek)

25 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENANGKAL petir radio-aktif sudah dipromosikan. Tampaknya para arsitek dan pemborong bangunan besar di Indonesia cenderung memasangnya. Sebanyak 320 gudang Bulog menggunakan penangkal petir berisotop Radium 226 atau Americium 241. Berbagai proyek Hankam dan PUTL yang dibangun selama Pelita II begitu juga. Hotel besar seperti Horizon dan Hilton, bangunan di kampus Unpad (Bandung) dan Usakti (Jakarta), pabrik Gudang Garam, menara antena Pertamina, kompleks Lembaga Pendidikan Penerbangan (LPP) Curug, sebuah proyek perkebunan di Cibinong, pusat perbelanjaan Glodok Plaza. Semua itu dan bahkan padang golf Pondok Indah pun sudah dilengkapi dengan penangkal petir berisotop Americium 241. Semula hanya ada dua merek mendapat izin BATAN. Tapi kemudian sebagaimana diiklankan lewat koran Sinar Harapan, ada satu lagi yang mendapat izin BATAN. Yang terakhir ini masih sibuk mencari agen di Medan, Surabaya dan Ujungpandang. Walhasil, Preventor (Inggeris), Helita (Perancis), dan lonocaptor (Spanyol) -- saling berebutan pasaran di negeri ini. Sama Saja Bukan cuma di sini, tapi juga di negara tetangga se-ASEAN. Hanya saja, berbeda dengan di Indonesia, para ahli teknologi nuklir di Muangthai tak lekas percaya akan keampuhan penangkal petir radio-aktif itu. Seperti dituturkan Dr. Virul Mangclaviraj dari Departemen Teknologi Nuklir, Fakultas Teknik Universitas Chulalongkorn (Bangkok) kepada pembantu TEMPO George Y. Adicondro baru-baru ini: "Kalau mau betulbetul efektif, kekuatan isotop penangkal petir itu sedikitnya harus seratus kali kekuatan isotop penangkal petir yang beredar di pasaran. Tapi itu berarti bahaya polusi radio-aktif dari gas radon yang terurai dari isotop Radium 266 misalnya, akan lebih hebat pula." Orang-orang Thai itu rupanya membaca penjelasan seperti tersiar lewat jurnal ilmiah tengah tahunan Elektrotechnische Zeitschrift keluaran Berlin Barat. Di situ dijelaskan bahwa EURATOM, Badan Tenaga Atom Eropa sejak 1970 sudah mengorganisir penelitian terhadap dosis radiasi penangkal petir radio-aktif di berbagai gedung dan bangunan vital di Eropa Barat. Ternyata bukan hanya risiko radiasi itu saja, melainkan juga ia tidak ampuh, hingga pemasarannya telah menurun di Eropa sejak akhir 1960-an. Ketidak-ampuhan peralatan antipetir ini telah diungkapkan berdasarkan penelitian sarjana Swedia terkemuka dari Universitas Uppsala, Prof. Dieter Mueller-Hillebrandt, yang juga didukung oleh riset Prof. Dr. Herbert Baatz dari Jerman, dan F. Dacos dari Swiss. Ahli dari Swiss, Prof. Dr. Karl Berger yang dianggap orang yang paling tahu tentang petir di dunia, ikut mengawasi percobaan di Carona, dekat Lugano, Swiss. Dari percobaan yang dilakukan serentak di Swedia dan Swiss di musim panas 1961, antara 15 Mei dan 14 Agustus, diperoleh kesimpulan bahwa penangkal petir berisotop Radium 266 itu daya kerjanya sama saja dengan penangkal petir biasa. Walhasil, runtuhlah suatu gagasan yang sudah berumur hampir « abad waktu itu, dan berasal dari laboratorium kimia Marie dan Pierre Curie. Sebab sudah sejak tahun 1918, ahli fisika bangsa Hongaria, L. Szillard, rekan sekerja Marie Curie melontarkan ide untuk melapis penangkal petir biasa dengan garam Radium untuk memperbesar daya penolak petirnya. Dan sejak tahun 1932, ide Szillard itu mulai diterapkan orang di Eropa, sebelum betul-betul menguji kebenaran teori itu. Kebetulan 24 April 1953, sebuah pabrik di Negeri Belanda disambar petir, walaupun cerobongnya yang setinggi 40 meter sudah dilengkapi penangkal petir radio-aktif. Kilat memang tak menyambar cerobong, melainkan bangunan pabrik yang 12,5 meter lebih rendah dan hanya berjarak 22 meter dari cerobong. Jadi masih di dalam 'radius keamanan' penangkal petir tersebut. Setelah insiden itu 'ditiru' di dalam laboratorium elektro tegangan tinggi diketahuilah bahwa pengaruh isotop di ujung penangkal petir hanya terlihat dalam medan elektrostatis yang lemah, dan makin melemah bila medannya justru bertambah kuat. Walhasil, tulis Dr Herbert Baatz dalam Elektrotechnische Zeitschrift, Ausgabe A, 1972, teori Szillard itu ternyata sama tak benarnya seperti anggapan yang lain bahwa penangkal petir akan makin ampuh bila ujungnya disepuh emas. Kendati demikian, iklan Preventor masih mengklaim bahwa penangkal petir berisotop Radium itu mampu "melindungi bangunan anda sampai seluas 41.000 mÿFD." Jadi radiusnya sampai 114 meter. Sedangkan iklan Ionocaptor lebih hebat lagi "area proteksi yang luas s/d radius 250 meter." Mungkin perlu ini diuji sekali lagi di sini oleh lembaga penelitian yang netral, seperti Lembaga Masalah Ketenagaan PU di Pasar Minggu, Jakarta. Atau Laboratorium Elektro Tegangan Tinggi IT~B atau ITS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus