Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian cemas akan kecenderungan terbaru dalam serangan terorisme yang melibatkan satu keluarga inti. Tren itu terlihat pada lima serangan bom beruntun dalam 26 jam di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, sejak Ahad lalu hingga kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada lima kejahatan terorisme itu, suami mengajak istri dan anaknya melakukan serangan bom bunuh diri. "Ini pertama kali di Indonesia. Anak-anak dilengkapi dengan bom pinggang dan melakukan bom bunuh diri," kata Tito di Kepolisian Daerah Jawa Timur, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga keluarga pelaku bom bunuh diri dalam lima serangan tersebut melibatkan anak berusia 7 hingga 18 tahun. Dita Oepriarto beserta istri dan empat anaknya meledakkan diri di tiga gereja di Surabaya pada Ahad pagi lalu. Sekitar 13 jam kemudian, Anton Ferdiantono beserta istri dan tiga anaknya merencanakan serangan dengan bom pipa. Namun bom meledak di rumah susun sederhana sewa di Wonocolo sebelum mereka berulah. Adapun Tri Murtiono, beserta istri dan tiga anaknya, meledakkan diri di gerbang kantor Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, kemarin pagi.
Menurut Tito, ketiga keluarga itu saling mengenal. Mereka berada di bawah komando kelompok Jamaah Ansharud Daulah (JAD) Surabaya. Dita, selaku pemimpin JAD Surabaya, berteman akrab dengan Anton. Keduanya pernah bersama-sama mengunjungi Dedi Rofaizal, narapidana teroris pencari dana JAD, di Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung.
Pelibatan keluarga inti dalam serangan bom bunuh diri juga mengejutkan pengajar kajian terorisme dari Universitas Indonesia, Benny Mamoto. Dia menduga doktrin bahwa ayah adalah pemimpin keluarga memuluskan pelibatan semua anggota keluarga. "Seorang ayah yang meyakini ideologi teror akan dipatuhi oleh istri dan anaknya," kata Benny.
Menurut Benny, keterlibatan satu keluarga dalam serangan teror menyulitkan aparat untuk melakukan pelacakan dini. Sebab, kata pensiunan bintang dua kepolisian ini, proses pendanaan, perakitan, hingga perencanaan serangan bom berlangsung dalam lingkup internal keluarga.
Mantan pemimpin kelompok teror Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas, juga cemas pelibatan keluarga dalam bom bunuh diri bakal memicu aksi serupa. Menurut dia, serangan bom bunuh diri oleh keluarga Dita telah mendorong keluarga Tri melakukan serangan serupa. "Saya cemas ini akan diikuti dengan teror yang lain oleh pelaku lain," katanya.
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor Huda Ismail, berpendapat senada. Menurut dia, bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo bisa memicu kaum lelaki dari jaringan yang sama untuk melakukan serangan yang lebih ganas. "Mereka seperti ingin mengatakan, perempuan dan anak-anak saja berani, masak kaum lelaki tak berani," katanya, cemas. HUSSEIN ABRI YUSUF MUDA | INDRI MAULIDAR | NUR HADI | FRANCISCO ROSARIAN
Bom Laknat di Jalan Sikatan
Ketika duka akibat serangan bom pada tiga gereja di Surabaya belum sirna, bom kembali meledak di Kota Pahlawan ini. Kemarin, satu keluarga asal Ngagel Rejo meledakkan diri di gerbang Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, di Jalan Sikatan. Empat pelaku tewas. Sepuluh orang lainnya terluka. Mengendarai dua sepeda motor, lima orang dari satu keluarga meledakkan bom ketika diperiksa polisi di pintu penjagaan. Ledakan bom kedua hanya berselang lima detik dari ledakan pertama.
Honda Supra merah L-3559-D
Tiba pertama, sepeda motor dinaiki tiga orang.
Pengendara: Tri Murtiono, 50 tahun, tewas.
Pembonceng:
1. MDS (laki-laki), 14 tahun, tewas.
2. AAP (perempuan), 7 tahun, selamat.
>> AAP selamat karena terpental dari jok depan.
>> Bom kedua meledak dari motor ini.
Honda Beat ungu L-6629-NN
Tiba di belakang sepeda motor pertama, dinaiki dua orang.
Pengendara: MDAM (laki-laki), 17 tahun, tewas.
Pembonceng: Tri Ernawati, 43 tahun, tewas.
>> Bom pertama meledak dari sepeda motor ini.
>> Bom diduga diletakkan di pangkuan Tri.
Jenis bom:
>> Bom pipa dengan bahan peledak triacetone triperoxide (TATP).
>> Kepolisian menduga pelaku belajar merakit lewat Internet.
Kronologi:
09.03.54
Dua sepeda motor berhenti di gerbang pemeriksaan. Diawali motor Honda Supra merah, lalu diikuti motor Honda Beat ungu. Tiga polisi memeriksa dua motor itu. Satu polisi lainnya memeriksa Toyota Avanza hitam di sampingnya.
09.03.59
Ledakan dari arah motor Honda Beat ungu, diikuti ledakan dari motor Honda Supra. Para polisi terpental.
09.04.10
AKBP Roni Faisal Saiful Faton menyelamatkan AAP.
Korban luka:
1. Bripda Muhammad Maufan
2. Bripka Rendra
3. Aipda Umar
4. Briptu Dimas Indra
5. Atik Budi Setia Rahayu
6. Raden Aidi Ramadhan
7. Ari Hartono
8. Ratih Atri Rahma
9. Ainur Rofiq
10. Eli Hamida
INDRI MAULIDAR | HUSSEIN ABRI YUSUF MUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo