Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RUMAH dua lantai bercat merah muda di Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, itu terlindung di balik pagar beton yang tingginya hampir dua meter. Dari luar, aktivitas di dalam tak terlihat. Toyota Kijang Innova hitam dan Suzuki APV marun terparkir di garasi.
Jumat pagi pekan lalu, kediaman Direktur Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI Brigadir Jenderal Raja Erizman itu sepi. ”Pak Raja pergi pagi sekali dan pulangnya tengah malam,” kata Nur Wahyudi, ketua RT setempat.
Polisi kelahiran Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, 47 tahun silam itu hampir sepuluh tahun menetap di bekas kompleks karyawan Pertamina itu. Raja hampir tak pernah absen dalam acara kumpul-kumpul warga Duren Tiga. Kalau ada acara menyanyi, Wahyudi menceritakan, Raja menyanyikan lagu andalan: Kucari Jalan Terbaik, yang dipopulerkan Broery Marantika. ”Suaranya bagus, tidak kalah sama Broery,” kata Wahyudi.
Sementara itu, istri Raja, Herawati, dikenal suka mengadakan pengajian. Sewaktu Raja menjadi Kepala Polres Depok, Hera mengajak para istri anak buah suaminya dan pedagang di kantin Polres ikut pengajian. ”Saya senang ikut pengajian karena dikasih macam-macam,” kata Yani, 52 tahun, penjual makanan di kantin Polres Depok. Setiap peserta memperoleh sembako dan amplop Rp 50 ribu. Tamu yang datang memakai mobil diberi uang bensin.
Meski dikenal berpembawaan terbuka, keluarga Raja mengunci mulut dalam hal pekerjaan sang kepala rumah tangga. Jangankan soal tudingan makelar kasus yang diarahkan kepadanya, ketika Raja dipromosikan jadi brigadir jenderal pun tetangga tak banyak yang tahu. ”Tidak ada acara syukuran kenaikan pangkat seperti orang kebanyakan,” kata Wahyudi.
Promosi ke bintang satu itu terjadi pada Oktober tahun lalu. Raja menjadi lulusan Akademi Kepolisian angkatan 1985 kelima yang menjadi jenderal. Ajun Komisaris Besar Rudi Setiawan, yang sempat jadi bawahan Raja di Kepolisian Metro Jaya, menceritakan karier Raja mulai kinclong tatkala masuk Jakarta selepas bertugas di kota perbatasan Tawau, Malaysia. ”Setelah itu, kariernya cepat karena kerjanya bagus,” kata Rudi, yang kini bertugas di Unit Perindustrian dan Perdagangan Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.
Raja mulai kebagian jabatan di Polda Metro Jaya sebagai Kepala Satuan Reserse Umum pada 2002. Saat itu pangkatnya baru ajun komisaris besar. Setahun kemudian ia naik jabatan jadi Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus di Polda yang sama. Wira-wiri antara Depok dan Tangerang, ia kembali lagi ke Polda Metro Jaya pada 2008, dan selama setahun menjadi Direktur Reserse Kriminal Khusus. Terakhir ia naik jabatan menjadi Direktur Ekonomi Khusus Bareskrim dan naik pangkat ke brigadir jenderal.
Sumber Tempo di kepolisian menyebutkan melesatnya karier Raja karena ia dekat dengan Kepala Kepolisian RI. ”Raja Erizman itu amat sangat dekat dengan Bambang Hendarso,” ujar sumber itu. Yang juga membuat iri para kolega, ”Jabatannya cuma bergerak di sekitar Jakarta.” Teman seangkatannya biasanya terlempar dulu ke daerah terpencil sebelum kembali masuk Ibu Kota.
Raja menampik disebut anak emas Bambang Hendarso. Katanya, ketika ia meniti kariernya di Jakarta, Bambang Hendarso malah mandek tiga tahun di Lembaga Ketahanan Nasional. ”Bagaimana caranya dia bisa mengatur saya tetap di Jakarta, wong mengangkat dirinya saja tidak kuat,” ujarnya.
Lagi pula, kata Raja, kariernya yang di seputaran Jakarta itu melewati lima kali pergantian Kepala Polri. ”Apa itu berarti saya anak emas semua Kapolri?” katanya.
Bukan cuma karier Raja yang melesat yang jadi omongan. Setelah soal makelar kasus meledak, sumber Tempo membisikkan bahwa kini Raja mengoleksi jip Toyota Lexus, yang harganya sekitar Rp 1 miliar. ”Pelat nomornya B-2919-RE, warna silver,” ujar sumber itu. RE adalah kependekan dari Raja Erizman.
Menurut catatan Traffic Management Center Polda Metro Jaya, pelat nomor itu memang menempel di Toyota Lexus RX 350 warna perak metalik tahun 2009. Surat tanda nomor kendaraannya diterbitkan pada 24 Juli tahun lalu. Raja membantah memiliki Lexus. ”Saya cuma punya Kijang Innova dan Toyota Harrier 2004,” ujarnya.
Menyambangi rumahnya pada Jumat pekan lalu, Tempo melihat sebuah jip perak di dalam garasi. Letaknya tersembunyi lantaran pintu garasi hanya terbuka setengah dan mobil itu berada di balik pintu yang tertutup. Di bagian depan mobil mewah itu tertera huruf ”L” kuning—lambang Lexus. Pelat nomornya B-2919-RE. Mobil yang tak diakui pemiliknya itu terparkir manis di garasi rumah sang jenderal.
Oktamandjaya Wiguna (Jakarta), Ayu Cipta (Tangerang), Tia Hapsari (Depok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo