Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bulbul menyindir

Si bulbul dalam dongeng anderson. dengan suaranya burung itu dapat menyembuhkan raja yang sedang sekarat. ia menolak tinggal di istana kekaisaran karena ingin bernyanyi menghibur rakyat jelata. (fk)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA burung bulbul yang bebas,ada burung bulbul yang tak bebas. Dongeng Andersen tentang Kaisar yang merindukan suara burung yang merdu adalah tentang kedua-duanya. Begini: Suatu hari sang Kaisar membaca buku tentang bulbul bersuara indah, yang ternyata ada di kerajaannya. Ia pun memerintahkan para pembesar membawa burung itu ke balairung.Hampir gagal mereka mencari. Untunglah seorang gadis pelayan yang miskin, yang ternyata lebih tahu pelosok kerajaan di mana bulbul itu hinggap, datang menolong. Perdana Menteri sendiri yang menjemput burung itu, memintanya untuk bernyanyi di Istana buat Kaisar. "Suaraku akan jauh lebih bagus di antara pohonan hijau", kata si bulbul. Tapi ia setuju berangkat. Maka di istana itu ia menyanyi. Dan orang terkagum-kagum, hingga para nyonya pembesar pun ikut memuji dan mencoba menirukan gayanya. Dan hadiah-hadiah mahal pun ditawarkan kepadanya, meskipun si bulbul menolak: "Saya lihat airmata Kaisar titik. Itu hadiah paling berharga untuk nyanyian saya". Ia tahu Kaisar itu seorang baik. Tapi suatu ketika datanglah hadiah ke istana: sebuah burung bulbul mesin,bertatahkan intan dan batu safir. Burung mesin itu menyanyi indah bukan kepalang. Dan ketika burung yang asli diminta berlagu bersama-sama dengan burung mesin, ternyata yang mesin lebih unggul. Maksudnya, si mesin bisa lebih tertib, lebih patuh kepada pesanan para bangsawan yang mendengar dan menyetelnya. Dan Ahli Musik Istana pun memuji-mujinya,dan menulis 25 jilid buku yang menyatakan betapa hebatnya Si Bulbul Mesin. Sementara itu, bulbul yang sejati diusir dari kerajaan..... Sayang, suatu ketika si bulbul mesin macet. Ia terlalu banyak meladeni pesanan, diputar, dan pernya copot. Tak ada yang bisa memperbaiki. Sementara murung dan kesepian di istana berlangsung, sang Kaisar jatuh sakit. Ia diperkirakan tinggal mati. Memang suatu pagi, ketika ia membuka matanya, ia melihat Maut menduduki dadanya yang sudah rapuh. "Musik, musik!", baginda berteriak, untuk menenggelamkan suara-suara dari masa lampau yang datang berbisik-bisik dibawa oleh Ajal Tak ada yang menjawab. Tapi tiba-tiba terdengarlah suara merdu. Burung bulbul yang diusir dulu itu muncul di depan jendela. menyanyi, begitu rupa hingga Maut ikut terpikat dan luluh hatinya. Ia tak jadi mencabut nyawa Kaisar. Tapi ketika Kaisar sembuh dan meminta agar si bulbul kembali tinggal di istana, burung itu menolak . "Biarkan hamba datang sesuka hati hamba. Di malam hari hamba akan nyanyi tentang mereka yang bahagia dan mereka yang sedih. Tentang perbuatan mulia atau yang keji, yang terjadi pada rakyat, tapi yang tak paduka lihat. Sebab burung penyanyi bisa terbang jauh --ke gubuk nelayan, pondok pak tani dan se-mua yang jauh dari balairung paduka". Cerita ringkas ini pasti tak seindah dongeng Andersen sendiri yang utuh. Tapi mungkin masih lebih manis ketimbang kenyataan-kenyataan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus