SESUAI jadwal yang ditetapkan, awal pekan ini ketiga tanda
gambar yang diharapkan ikut dalam pemilu nanti telah disampaikan
kepada Lembaga Pemilihan Umum. Di antara ketiga tanda gambar
itu, hanya milik Golongan Karya yang tidak mengalami
perobahan--yaitu pohon beringin dalam segi lima. Adapun Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan fusi lima partai --
PNI, Parkindo, Partai Katolik, Murba dan IPKI -- memilih perisai
Pancasila sebagai tanda gambar dalam pemilu tahun depan.
Sementara Partai Persatuan hasil fusi empat partai Nahdatul
Ulama, Partai Mslimin Indonesia, Partai Syarikat Islam
Indonesia, dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah -menetapkan gambar
Ka'bah sebagai lambang dan tanda gambarnya pada Musyawarah
Nasional Dewan Partai beberapa bulan lalu.
Sudah bisa dipastikan bahwa tanda gambar Golkar berupa pohon
beringin tersebut tidak akan dipersoalkan lagi oleh LPU. Tinggal
lagi nasib tanda gambar "Ka'bah" bagi PPP dan "perisai
Pancasila" buat PDI. Ada sementara pihak yang kurang setuju
dengan kedua tanda gambar itu dengan alasan yang
dihubung-hubungkan pada soal yang "sakral" (suci). Timbul
pertanyaan bagaimana sekiranya LPU menolak kedua tana gambar
tersebut? Bagi PDI hal ini tidak begitu sukar mengatasinya.
Sebab kongres pertama partai tersebut bulan April kemarin,
menetapkan tiga calon. tanda gambar. Jika "perisai Pancasila"
ditolak, maka masih ada dua cadangan lainnya bisa diajukan pada
bulan Juni mendatang.
Kasak-kusuk
Kesulitan nampaknya dialami PPP jika gambar Ka'bah ditolak.
Munas Dewan Partai PPP yang lalu menetapkan Ka'bah sebagai
satu-satunya lambang dan tanda gambar. "Kalau ditolak, maka
paling sedikit instansi yang sederajat dengan Dewan Partai harus
bersidang untuk menetapkan tanda gambar baru. Atau diadakan
kongres sekaligus", kata tokoh PPP Yufus Hasyim kepada TEMPO
Kamis pekan lalu.
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Amir machmud menyatakan di
Medan minggu lalu, bahwa persiapan pemilihan umum baik di daerah
maupun di Pusat telah siap. Pada kesempatan itu juga Mendagri
mengatakan bahwa terhadap mereka "yang kasak kusuk untuk
menggagalkan pemilu"--sebagaimana diungkapkannya baru-baru
ini--"tidak akan diapa-apakan. Tapi sebagai orang yang beragama
mereka itu harus sadar". Sialnya mereka itu, hingga akhir pekan
lalu oleh Amir machmud sendiri belum diungkapkan.
"Sebaiknya masalah ini dijelaskan lebih terang oleh Mendagri",
kata Yusuf Hasyim pula yang baru saja kembali dari Jawa Timur.
Sebabnya menurut anggota DPR dari PPP itu! "pernyataan Amir
machmud tersebut mendapat perhatian luas di kalangan masyarakat
daerah". Partai Persatuan Pembangunan sendiri "sama sekali tidak
mempunyai maksud menggagallan bahkan akan mensukseskan pemilu
yang bebas, rahasia, adil, jujur dan demokrasi", demikian Yusuf
Hasyim. Dengan pelaksanaan seperti ini - terutama untuk
menunjukkan kepada dunia luar - membuktikan bahwa "demokrasi
Pancasila lebih baik dengan sistim yang sudah dikenal selama
ini". Tetapi "kalau pemilu tahun 1977 didahului
tindakan-tindakan yang mencemarkan demokrasi Pancasila maka kita
lebih baik menjadi penonton yang baik dari pada menjadi pemain
yang jelek", tambahnya.
Yang jadi tanda tanya ialah: apa maksud Menteri Amirmachmud
memang hendak memperingatkan PPP? Atau pihak lain?
Dugaan seperti itu lebih jelas lagi ketika Kepala Staf Kopkamtib
Laksamana Sudomo membenarkan keterangan Mendagri Sabtu pekan
lalu. "Yang melakukan kasak-kusuk itu oknum partai", katanya di
depan wartawan seusai menemui Presiden Suharto di Jalan Cendana.
"Tapi jelas gagasan mereka tidak mewakili partainya". PPP atau
PDI? "Itu kode etik, tidak boleh disebutkan", kata Sudomo.
"Kasakkusuk" itu menurut penilaian Kas Kopkamtib belum
mengganggu dan oknum tersebut akan diperingatkan sesuai' dengan
cara kekeluargaan. Betapapun, pihak partai nampaknya ingin
pemerintah mengungkapkannya dengan jelas supaya udara jangan
pengap dengan kecurigaan, kalau boleh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini