HARDJO Kamsidin, 65 tahun, punya kebiasaan aneh. Penduduk Desa Kutoharjo, Pati, itu setiap hari tak tenang kalau belum mengelus sapi peliharaannya. Dari ujung kepala hingga kelaminnya. Hobi ini konon dilakukan sejak 10 tahun lalu, setelah ditinggal mati istrinya. Memelihara ternak, bagi Hardjo, juga berarti keuntungan. Ia membeli pedet, anak sapi, untuk dipelihara. Dua tahun kemudian dijual dengan harga tinggi. Bulan lalu, ia menjual seekor sapinya itu, Rp 800 ribu. Lalu ia mencari lagi anak sapi yang bisa ditebus dengan murah. Dan saban hari tak lupa diusap-usap. Namun, dasar tak tahu diuntung, sapi terakhir yang dibeli sebulan lalu itu tiba-tiba nendang. Hardjo, yang tak menduga dapat serangan itu, rebah. Maklum, yang kena tepat di bagian paling sensitif, "burung". Setelah seminggu dirawat tak juga sembuh, Hardjo diputuskan dibawa ke RS Suwondo, Pati. Sehari kemudian ia meninggal dunia. "Ini musibah yang tak terduga," kata Rukan, anak sulung Mbah Hardjo, kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Rukan sempat menerima pesan bapaknya: sapi yang tak tahu diri itu hendaknya segera dijual. Biar nggak nendang lagi, begitu kira-kira.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini