KESABARAN Sukarti habis. Dendamnya pada Kasdi, suaminya, tak terbendung lagi. Malam itu, akhir Oktober lalu, ketika Kasdi nyenyak tidur, warga Desa Pesinggahan, Banyumas, Jawa Tengah, itu beraksi dengan sebatang bambu 50 sentimeter dan beberapa utas tali. Maka, Kasdi, yang terbangun dengan tangan dan kaki terikat tali, terheran-heran. "Aku mau diapakan? Akan kau bunuh, ya?" teriaknya dengan ketakutan. Sukarti tak menjawab sepatah pun. Ia menarik celana suaminya. Dan dengan tenang menyarungkan bambu tadi ke "burung" Kasdi. Katanya, "Inilah hukuman bagi orang yang merusak kehormatan wanita lain." Kasdi bengong. Apalagi ketika Minah, menantunya, diminta datang ke kamar oleh Sukarti. Minah, yang baru sebulan menikah, dan ditinggal suaminya ke Jakarta, tercengang melihat atraksi itu. Lebih kaget lagi, ketika ia diminta mertua perempuannya untuk membuka baju dan kutangnya, tetapi dengan menahan malu, ia menuruti kemauan yang tak lazim itu. Memang ini yang diharapkan Sukarti. Begitu melihat menantunya setengah telanjang, Kasdi kontan melolong kesakitan. Teriakan itu mengundang tetangga berdatangan. Begitu mendengar penjelasan Sukarti, mereka senyum-senyum. "Saya sengaja menghukumnya, karena ia sering salah masuk ke kamar menantunya," kata Sukarti, 50 tahun. Menurut dia, sudah tujuh kali Kasdi, sewaktu kencing malam "mampir" ke kamar Minah. Keruan saja ia curiga. "Selama ini suami saya tak pernah salah kamar," ucap ibu empat anak itu. Kendati belum pernah menangkap basah suaminya berbuat tidak senonoh, Sukarti tak tinggal diam. "Padahal, sungguh mati, saya masuk kamar Minah itu tak disengaja," kata Kasdi, 60 tahun, kepada Slamet Subagyo dari TEMPO. Minah, 20 tahun, yang kabur ke rumah orangtuanya, bertekad minta cerai. "Buat apa saya punya mertua gila," katanya dengan kesal. "Masa saya dituduh serong dengan mertua lelaki itu." Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini