ANAK di desa se~karang cita cita~ muluk-muluk: jadi tentara, dokter, insinyur, penerbang, paling jatuh jadi guru. Tapi Kuat, siswa SD kelas IV mestinya sekarang naik ke kelas V, ya? Desa Pagerandong, Purbalingga, Ja-Teng, cita-citanya eksklusif. "Saya ingin jadi dukun," katanya. Bukan dukun sembarang dukun, tapi dukun sunat. "Soalnya, saya~ sudah sering melihat teman-teman disunati," alasan Kuat lagi. Celakanya, Kuat sendiri belum disunat walaupun usianya sudah 11 tahun. "Setiap kali saya minta disunat, Bapak selalu menolak karena tidak ada uang untuk membayar dukun sunat," kata Kuat. Ia pun cukup kuat menerima ejekan teman-temannya pada awal-awalnya. Tapi karena belakangan volume ejekan temannya tinggi, Kuat akhirnya tidak kuat menanggung. Nah, pagi itu, akhir Mei lalu, Kuat menemukan silet di rumahnya. Tiba-tiba saja ia dapat ide. Bagaimana kalau dari sekarang saja belajar jadi dukun sunat. Toh, caranya sudah tahu. Yang dipotong sudah tahu. Dan barang yang dipotong itu ada, ya, miliknya sendiri. Niat itu, yang sudah menggebu, urung dilakukannya. "Siletnya tumpul," kata Kuat. Calon dukun ini tak kenal mundur. Keesokan harinya, tekadnya diulangi. Ia mengambil golok ayahnya. Ia memanggil Kadis, temannya. Berangkatlah mereka ke pinggir kolam yang tak jauh dari rumahnya itu. Tak lama kemudian, dari arah kolam itu terdengar jerit kesakitan diiringi tangis pilu. Kasmiran, yang tinggal tak jauh dari kolam itu, langsung memburu ke sana. Dilihatnya Kuat sedang memegangi alat vitalnya yang berlumuran darah. Segera anak ini ditolong. Setelah 'burung" Kuat diolesi spiritus, anak itu lalu dilarikannya ke puskesmas. "Saya khawatir kalau sampai tetanus," kata Kasmiran. Bagaimana cara Kuat belajar jadi dukun sunat itu, inilah pengakuannya.."Setelah mencopot celana, saya jongkok di ubin tepi kolam. Kadis saya minta memegangi 'telur' saya dari belakang, biar tidak ikut kepotong. Setel~ itu tanpa ragu-ragu, kulit anu itu saya potong, saya buang ke kolam. Lalu pada luka itu saya beri obat merah." Dan perhitungan itulah yang meleset. Semula Kuat menduga setelah dipolesi obat merah, rasa sakit hilang dan darah tak lagi menetes. Ternyata, semakin perih dan darah mengucur terus. Tapi Kuat tak menyesali perbuatannya ini. Yang penting, ia sudah sunat, orangtuanya yang buruh tani tak keluar uang. Tak jelas, apa setelah itu ia masih bercita-cita menjadi dukun sunat. Siapa yang mau disunat pakai golok?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini