~LESTARI itu nama gadis. Tari itu nama ~panggilannya. Sama-sama enak didengar dan bahkan enak pula dipandang. Hitam manis dia. Usianya 21 tahun, belakangan berjilbab. Tari berasal dari Desa Jonggrang, Magetan, Jawa Timur. Lulusan Madrasah Tsanawiyah Magetan ini di bulan puasa tahun 1986 - supaya baladanya jadi runtut - sibuk membantu kegiatan dapur di Masjid Universitas Airlangga Surabaya. Bahkan gadis ini sering sampai ketiduran di masjid seusai salat tarawih. Para pengurus Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) -- lembaga yang mengurus masjid kampus itu - banyak yang jatuh hati, dalam pengertian mengasihani. Ketika salah seorang pengurus UKKI mengusut sia~pa Lestari itu. jawabannya, "Saya siswa Sekolah Perawat Kesehatan." Tapi di lain waktu dia menyebutkan, "Saya siswi SMA Muhammadiyah Kapasan." Toh, tak ada yang curiga, saat itu. Waktu bergulir terus. Tari tiba-tiba bernadar, jika ia diterima di Unair ia akan memakai jilbab. Dan ketika waktu terus bergulir, Tari tiba-tiba menyebut dirinya sudah diterima di FK Unair lewat jalur PMDK. Itu tahun 1987. Dan sejak itu ia berjilbab - sesuai dengan nadar. Pengurus UKKI Ikut bangga. Tari betul-betul ke kampus setiap hari. Banyak mahasiswa Unair yang dijadikannya teman. Kepada teman-temannya itu Tari selalu menyebut kesulitan hidupnya. Misalnya ayahnya meninggal mendadak. Lain hari kakaknya meninggal. Lalu ia tak bisa bayar SPP. Namun, ia tidak merengek, gayanya tetap intelektual. Kisah Tari dengan segala kesulitannya itu akhirnya didengar Prof. Bambang Rahino, guru besar FK Unair. Tari lalu dipungutnya sebagai anak asuh. Semua keperluannya dibiayai. Gadis berjilbab ini bahkan pernah diwawancarai Ja~wa Pos. Dan kisah hidup plus prestasinya muncul sebagai berita ringan di harian terbesar di Jawa Timur itu. Sampai bulan lalu, genap delapan bulan Tari menjadi mahasiswi FK Unair. Ketika ujian semester, namanya ternyata tak tercantum sebagai mahasiswi. Orang-orang mulai curiga. Pengurus UKKI mulai mengusut gadis ini. Ternyata, masya Allah, Tari terus terang mengakui, ia memang bukan mahasiswi FK atau mahasiswi di mana saja. "Semua orang itu saya tipu," katanya. Barangkali karena malu kedoknya telah terbuka, Tari kemudian kabur dari rumah Prof. Bambang Rahino. Lebaran yang lalu ia ke kampungnya di Magetan. Di sini ia cuma berbenah-benah untuk pergi dan tak kembali. Sampai pekan lalu tak diketahui di mana Tari berada. Itu akhir baladanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini