Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Parkour Jakarta rutin berlatih di Taman Puring setiap Ahad pagi.
Komunitas Yoga With Friends berlatih di Taman Danau Gunting pada Rabu dan Ahad.
Rak buku Bookhive kini berada di tujuh taman Jakarta.
TEMBOK setinggi 60 sentimeter itu tak menghalangi Ramdani Murtadho untuk melompatinya. Pria berusia 22 tahun ini menunjukkan berbagai lompatan saat melalui halangan tersebut. Dia juga melakukan side flip melompati dinding berwarna abu-abu itu. “Parkour olahraga yang aman,” ujarnya kepada Tempo, Rabu lalu, di Taman Puring, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ramdani merupakan Ketua Parkour Jakarta. Komunitas tersebut berdiri pada 29 Agustus 2007. Komunitas olahraga ekstrem ini mulanya berlatih di Pintu 7 dan Taman Krida Loka. Dua tempat tersebut berlokasi di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat. Namun, sejak adanya sterilisasi kawasan GBK untuk Asian Games 2018, mereka pindah tempat berlatih ke Taman Puring.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Parkour Jakarta berlatih di Taman Puring lantaran taman itu letaknya strategis dan mudah dijangkau oleh anggotanya. Mereka berlatih sepekan sekali, yakni setiap Ahad pagi. Namun, pada 2019, mereka harus kembali mencari tempat latihan lain lantaran taman itu direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kegiatan komunitas Parkour Jakarta di Taman Puring, Jakarta, 22 Desember 2021. TEMPO/Gangsar Parikesit
Parkour Jakarta kemudian pindah berlatih di Taman Langsat, Jakarta Selatan. Mereka memindahkan halang-rintang atau obstacle mini ke Taman Langsat dan berlatih setiap Ahad pagi. “Instrukturnya dari kawan-kawan yang lebih senior.”
Taman Puring rampung direvitalisasi pada Januari 2020. Parkour kembali berlatih di sana. Kini, taman itu dilengkapi dengan sejumlah halang-rintang seperti dinding beragam ukuran yang bisa digunakan latihan oleh para pegiat parkour.
Sayangnya, pandemi Covid-19 membuat pemerintah menutup sejumlah tempat yang bisa menimbulkan kerumunan, termasuk taman. Parkour Jakarta kemudian mempersilakan pehobi olahraga ekstrem itu berlatih dari rumah. Mereka bisa meniru gerakan-gerakan yang disiarkan melalui akun Instagram parkourjkt.
Seiring dengan menurunnya status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Ibu Kota, pemerintah DKI Jakarta mulai 23 Oktober lalu kembali membuka 59 ruang terbuka hijau. Masyarakat boleh kembali berekreasi di taman dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti mengecek suhu tubuh, menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebelum masuk taman, hingga menggunakan masker.
Kegiatan komunitas parkour di Taman Puring, Jakarta, 22 Desember 2021. TEMPO/Gangsar Parikesit
Ramdani dan kawan-kawan pun kembali berlatih di Taman Puring setiap Ahad pagi pada pukul 09.00 hingga 11.30. Pengunjung bisa berlatih bersama mereka. Komunitas tersebut menyediakan kelas, antara lain first timer untuk para pemula yang ingin mengenal parkour dan basic bagi mereka yang sudah rutin berlatih lebih dari tiga bulan. Adapun untuk anak-anak, perempuan, dan lansia, latihannya akan digabung dalam satu kelompok.
Parkour Jakarta tidak menarik iuran bagi peserta latihan olahraga ekstrem tersebut. “Karena kami komunitas non-profit,” tutur mahasiswa Desain Komunikasi Visual Universitas Indraprasta itu. Jumlah peserta latihan parkour di Taman Puring pernah mencapai 100 orang. Adapun jumlah anggota komunitas tersebut mencapai 15 orang.
Lain lagi dengan Yudhi Widyantoro. Pria berusia 58 tahun ini meramaikan Taman Suropati, Jakarta Pusat, melalui komunitas Yoga Gembira. Yudhi mulai berlatih yoga di Taman Suropati sejak awal 2010 setiap Ahad pagi. Mulanya, pria yang tinggal di Duren Sawit, Jakarta Timur, itu beryoga sendiri. Lambat laun, banyak pengunjung taman ikut berlatih bersamanya.
Yoga Gembira biasanya memulai latihan pada pukul 07.00 dengan durasi latihan sekitar 60-90 menit. Yudhi kerap mengajak sejumlah aktivis dari berbagai kalangan saat melatih yoga. Biasanya, para pegiat itu memberikan edukasi sekitar 30 menit setelah latihan selesai. Tema belajarnya bermacam-macam, dari hak asasi manusia (HAM) hingga lingkungan. “Sehingga setelah beryoga juga tambah ilmu,” tuturnya.
Yoga Gembira tidak mematok besaran donasi bagi para pengunjung taman yang ikut latihan. Mereka bisa memberikan sumbangan secara sukarela. Toh, uang yang dikumpulkan itu juga disalurkan ke yang membutuhkan, misalnya untuk korban bencana.
Instruktur yang melatih yoga di Taman Suropati pun berganti-ganti. Tujuannya, menunjukkan keberagaman para pengajar dan gaya yoga. Sebelum wabah Covid-19 melanda, jumlah peserta yoga di Taman Suropati bisa mencapai seratusan orang.
Pemerintah DKI Jakarta kemudian menutup lapangan Taman Suropati sejak Maret 2020 demi menekan penularan Covid-19. Yoga Gembira pun mengajarkan yoga melalui siaran Instagram yoga_gembira setiap Ahad pada pukul 07.30-09.00. Hingga kini, Balai Kota masih melarang kerumunan di Taman Suropati, termasuk kegiatan Yoga Gembira. Namun, sejak 23 Oktober lalu, taman itu sudah dibuka bagi pengunjung.
Yudhi berencana melakukan audiensi dengan pemerintah DKI Jakarta. Ia siap menerapkan protokol kesehatan bagi para peserta yoga seperti membatasi peserta latihan. “Di luar yang daftar, dilarang ikut dulu,” tutur pria yang beryoga sejak 1991 tersebut.
Komunitas Yoga Sastra di Taman United, Jakarta, 23 Desember 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Yudhi kemudian, bersama sastrawan Kurnia Effendi dan Endah Sulwesi, menginisiasi komunitas Yoga Sastra sejak dua bulan lalu. Mereka rutin berlatih di Taman United Tractors, Jakarta Timur, setiap Kamis sore dan Ahad pagi. Disebut Yoga Sastra lantaran setelah yoga ada pembacaan puisi atau diskusi film. Jumlah peserta Yoga Sastra rata-rata 6-10 orang.
Di Bogor, komunitas Yoga With Friends juga memanfaatkan taman untuk berlatih. Sejak September lalu, mereka rutin berlatih yoga di Taman Danau Gunting--taman yang terletak di belakang Istana Kepresidenan Bogor. Komunitas itu memiliki jadwal latihan dua kali setiap pekan, yaitu pada Rabu dan Ahad.
Sebelum di Taman Danau Gunting, komunitas yoga yang beranggotakan belasan orang itu berlatih di sejumlah taman di Kota Hujan. Misalnya, Taman Heulang, Taman Kencana, dan Taman Sempur. Namun, sejak pandemi Covid-19 dan Pemerintah Kota Bogor menutup taman, komunitas tersebut berlatih dari rumah masing-masing melalui aplikasi Zoom.
Pelatih Yoga With Friends, Irma Sutisna, mengatakan kegiatan komunitasnya bisa menghidupkan taman. “Yoga di taman itu agar bisa mengajak warga lainnya untuk olahraga bareng,” tuturnya. Yoga di taman juga menjadi salah satu kebutuhan dalam latihan karena mereka bisa langsung menghirup udara bersih dan segar.
Komunitas Yoga With Friends di Taman Danau Gunting, di belakang Istana Bogor, Kota Bogor. Jawa Barat, 22 Desember 2021. TEMPO/M.A MURTADHO
***
Akbar Dani memacu papan seluncur di atas skating track Taman Singha Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, pada Kamis lalu. Berbagai teknik dimainkan di atas papan seluncur itu. Saban hari, ia berlatih skateboard bersama anak-anak dan remaja yang dilatih oleh Bolang Skate School. Latihan taman itu dilakukan dua kali, yakni pagi pada pukul 07.00-10.00 dan sore mulai pukul 16.00.
Akbar salah satu anggota komunitas Malang Skateboard. Mulanya, pria berusia 28 tahun itu berlatih di dalam Universitas Brawijaya dengan peralatan portable. Ia dan kawan-kawannya berlatih di Taman Singha Merjosari setelah taman tersebut rampung dibangun. Sebelum meluncur di taman itu, mereka perlu memperbaiki skating track di sana lantaran tak sesuai dengan standar. “Awalnya, ukurannya tak sesuai dan membahayakan,” ujarnya.
Arena skating track di Taman Singha, Merjosari, Kota Malang, Jawa Timur, 24 Desember 2021. TEMPO/Eko Widianto.
Kini, skating track di Taman Singha Merjosari bisa menampung sekitar 20 pemain untuk bermain bersama. Saat ini, ada sejumah skate park di taman Kota Malang, antara lain Alun-alun Merdeka dan Taman Mojolangu.
Akbar dan anggota komunitas Malang Skateboard juga kerap menyelenggarakan kompetisi lokal di Taman Singha Merjosari. Sejumlah peserta dari Bali, Jakarta, hingga Batam datang untuk mengikuti turnamen itu. Ia dan kawan-kawan berupaya merawat dan menjaga kebersihan skating track di taman itu. Sebab, arena skateboard itu kerap menjadi sasaran vandalisme. “Sekarang, habis dicat.”
***
Cara Farid Hamka meramaikan taman lain lagi. Inisiator Bookhive ini terus memperbanyak rak buku. Mulanya, rak buku Bookhive berada di Taman Situ Lembang, Jakarta Pusat. Namun, kini, rak buku bertambah di 6 taman Ibu Kota lainnya, seperti Taman Menteng, Taman Suropati, Taman Lapangan Banteng, Taman Catleya, Taman Spathodea, dan Taman Mataram.
Farid menjelaskan, buku bisa menjadi alternatif hiburan bagi pengunjung taman. Ia mencontohkan, pengunjung taman di Inggris melakukan beragam kegiatan di taman, seperti yoga, latihan sulap, bermain frisbee, hingga membaca buku. “Kalau mereka bisa baca dan menghabiskan banyak waktu di taman, artinya mereka lebih menikmati apa yang ada di taman.”
Farid mengklaim tingkat keterbacaan buku dari perpustakaan mini itu cukup tinggi. Tolok ukurnya ialah banyak pembaca buku yang menaruh catatan kecil di buku-buku Bookhive. Misalnya, menyebutkan sebuah buku sebagai buku favoritnya. Ia pun mempersilakan masyarakat mengambil buku yang disukai lalu menggantinya dengan buku lain yang bermanfaat.
Septyan Lucky Garna Aksa mengamati aktivitas burung betet biasa, takur ungkut-ungkut, dan sepah kecil di Taman Lapangan Banteng, Jakarta, 23 Oktober 2021. Dokumentasi Pribadi.
Penggemar fotografi lain lagi. Septyan Lucky Garna Aksa, misalnya, menjadikan taman sebagai lokasi berburu foto burung. Mulanya, ia pergi ke Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, hanya untuk berolahraga. Namun ternyata di taman itu terdapat banyak burung, seperti betet biasa dan takur ungkut-ungkut.
Bahkan burung jalak Cina juga kadang terlihat di Taman Lapangan Banteng. Burung itu kerap bermigrasi ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, saat habitatnya di Cina memasuki musim dingin pada September dan Maret. Burung itu biasanya terlihat pada siang hingga sore hari.
Pria berusia 27 tahun yang menekuni fotografi satwa sejak 2018 itu mengunjungi sejumlah taman di Jakarta, antara lain Taman Lapangan Banteng, Hutan Kota Srengseng, Hutan Kota Kemayoran, dan Taman Langsat, setiap akhir pekan demi memfoto burung. “Karena taman dijaga, populasi burungnya juga terjaga.”
M.A. MURTADHO (Bogor) | EKO WIDIANTO (Malang) | GANGSAR PARIKESIT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo