Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
NII mengadu domba, membuat kekacauan, dan memicu konflik sosial untuk menggulingkan pemerintah.
NII kembali menggeliat di Sumatera Barat dan beberapa daerah lain.
Salah satu cirinya adalah mengkafirkan orang lain yang berbeda agama maupun ideologi.
BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengendus kelompok Negara Islam Indonesia (NII) kembali bergeliat di banyak daerah, seperti di Jawa Barat, Banten, dan Sumatera Barat. BNPT menduga mereka hendak menggulingkan Presiden Joko Widodo dengan menciptakan chaos lalu menungganginya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Pencegahan BNPT, Ahmad Nurwakhid, menjelaskan, meski jumlah anggota NII masih sedikit, agenda politik mereka untuk menggulingkan pemerintah mulai digelindingkan. “Mereka tengah mengakselerasi agenda besar mereka untuk menggulingkan pemerintahan yang sah,” kata Nurwakhid, akhir April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurwakhid menjelaskan ihwal sejarah NII hingga anggota mereka yang bergeliat di Sumatera Barat. Berikut ini petikan wawancara reporter Koran Tempo, Imam Hamdi, dengan Nurwakhid.
Bagaimana asal mula terbentuknya NII?
NII merupakan induk jaringan teroris di Indonesia. NII mempunyai ciri dan sejarah dari Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, pimpinan DI/TII yang memberontak. Karena penanganannya tidak tuntas, masih berkembang sampai sekarang. Saat itu pemerintah hanya membubarkan organisasinya, para pelaku dan tersangka ditindak, tapi ideologinya tidak dilarang.
Sejak 1993, NII mengikuti perkembangan geopolitik global, terutama konflik di Afganistan. Saat itu NII pecah, yaitu di bawah Ajengan Masduki serta Jamaah Islamiyah (JI) di bawah Abu Bakar Ba'asyir dan Abdullah Sungkar. JI terus berkembang menjadi Jamaah Ansharut Tauhid, lalu pecah menjadi tiga, yaitu Jamaah Ansharusy Syariah, Jamaah Ansharut Tauhid, dan Jamaah Ansharul Khilafah. BNPT dan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri berfokus pada penanganan mereka (kelompok Jamaah Islamiyah). Adapun NII, di bawah Ajengan Masduki, bergerak di bawah tanah. Tapi sekarang mereka melakukan kegiatan yang membahayakan.
Apa contoh aktivitas yang membahayakan tersebut?
Mereka melakukan liqo atau pertemuan rahasia untuk mengatur strategi, melakukan i'dad atau latihan perang, menyiapkan senjata serta amunisi, logistik, dan lainnya yang dianggap sudah membahayakan. Makanya kami tangkap dan tindak sebelum mereka melakukan aksi teror, lalu diproses hukum melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Lalu bagaimana penyebaran NII saat ini?
Menurut Sarjono bin Kartosoewirjo, anak tokoh DI/TII Kartosoewirjo yang sudah mencabut baiat, jumlah anggota NII yang terdata mencapai 2 juta di seluruh Indonesia, belum termasuk simpatisan. Tidak tertutup kemungkinan penyebaran mereka merata, terutama di daerah yang mempunyai genealogi pemberontakan, seperti di Jawa Barat, Sumatera Barat, Makassar, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, termasuk di Bali yang ditangkap 24 orang, kemarin.
Apa ciri-ciri gerakan NII?
Begini, ciri dan indikasi indeks radikalisme itu adalah menganut kepercayaan takfiri. Mereka mengkafirkan orang lain yang berbeda dengan mereka, baik agama maupun ideologi. Bahkan sesama agama pun, kalau beda kelompok, akan dikafirkan, termasuk negara ini. Mereka anti-Pancasila, ingin mendirikan khilafah atau daulah Islamiyah, anti-pemerintahan yang sah. Mereka intoleran terhadap perbedaan, eksklusif terhadap lingkungan dan perubahan. Tapi, sampai di sini, kami belum bisa bergerak ke penegakan hukum karena belum melanggar undang-undang.
Sekarang aparat keamanan sudah bisa bergerak?
Ketika mereka bergabung dengan jaringan teror, seperti JI, JAT, dan NII, yang ditandai dengan sumpah baiat, ada satu unsur alat bukti. Alat bukti lainnya ialah saat mereka melakukan liqo, rapat kecil, dan perencanaan siasat; melakukan latihan perang; menyiapkan anak panah, bom, amunisi, dan lainnya; serta menggalang dana. Ketika unsur-unsur itu terpenuhi, Densus 88 Antiteror akan melakukan tindakan preventive justice.
Apa saja alat bukti yang diperoleh dalam penangkapan 16 anggota NII di Sumatera Barat?
Komplet, di antaranya ada senjata, seperti senapan, anak panah, dan amunisi.
Bagaimana cara NII menggulingkan pemerintah jika jumlah anggotanya hanya 2 juta orang dan dengan senjata seadanya?
Jumlah mereka memang hanya 2 juta, tapi mereka mengakselerasi agenda besarnya untuk menggulingkan pemerintahan yang sah lewat adu domba, membuat chaos, fitnah, dan konflik sosial, seperti di Ambon dan Poso, Sulawesi Tengah. Mereka juga mencari dukungan dari luar negeri.
Jadi, jangan dilihat senjatanya. Mungkin yang ditemukan golok, tapi strategi mereka bukan itu saja. Mereka bersiasat, mempengaruhi TNI, Polri, aparatur sipil negara, dan Majelis Ulama Indonesia. Orang mau kudeta juga bisa dengan masuk ke institusi strategis, kemudian menggerakkan massa. Mereka berkolaborasi dengan kelompok yang anti-pemerintahan yang sah dan pihak asing.
Bagaimana strategi mereka dalam melakukan infiltrasi?
Melihatnya begini, jaringan terorisme ini sejatinya adalah gerakan politik dengan memanipulasi, mendistorsi, dan mempolitisasi agama untuk politik kekuasaan, yang ujungnya ingin mengganti ideologi negara dengan ideologi agama versi mereka. Mereka ini gerakan politik dan punya gerakan propaganda yang cukup besar. Mereka melakukan strategi takiyah, yaitu bersiasat atau berkamuflase dengan menyembunyikan jati diri atau agendanya, termasuk bermetamorfosis dalam bentuk apa pun. Kedua, mereka melakukan tamkin, yaitu menguasai wilayah atau menginfiltrasi semua lini. Ketiga, mereka menghalalkan segala cara atas nama agama, termasuk mengharapkan chaos, adu domba, dan memfitnah.
Ada yang mengatakan isu NII berkaitan dengan agenda penundaan pemilu sama seperti kejadian di era Presiden Sukarno dan Soeharto. Tanggapan BNPT?
Kami, BNPT dan Densus 88 Antiteror, adalah penegak hukum. Mau dikaitkan dengan politik atau apa pun, tidak ada urusan. Bagi kami, semua tindak pidana terorisme yang memenuhi unsur tindak terorisme kami sikat dan tindak lanjuti melalui proses hukum. Nanti ada pembuktian di pengadilan.
Siapa pemimpin NII saat ini?
Masih didalami dan dikembangkan karena friksinya banyak.
***
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo