Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Petugas PPSU tingkat kelurahan di DKI Jakarta ditugasi membuat mural.
Hari jadi ke-495 Jakarta menjadi tema besar pelukisan mural di Ibu Kota.
Pakar menyarankan Jakarta melibatkan komunitas mural agar hasilnya lebih bagus.Â
JAKARTA – Pemandangan baru tersaji di seberang pintu masuk Stasiun Cawang, Jakarta Selatan. Mural berukuran 4 x 10 meter berkelir dasar hijau daun terpampang di samping underpass Jalan Tebet Timur Raya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lukisan dinding tersebut sangat sederhana. Hanya ada tulisan "Tebet Timur", "Jakarta Kota Kolaborasi", dan "495 Jakarta Hajatan" berkelir putih. Terdapat gigi balang atau ornamen hiasan yang biasa terpasang di pinggiran atap rumah khas Betawi pada sisi atas serta langkan atau ornamen pagar pembatas teras rumah Betawi di sisi bawah. "Kelihatan sederhana, tapi bagus," kata Yanuar, pekerja kantoran dan penumpang tetap kereta Commuter Line di Stasiun Cawang, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fadli, pengemudi ojek online yang biasa mangkal di depan Stasiun Cawang, mengatakan mural itu baru ia lihat pada Senin lalu. "Ada kawan yang melihat pasukan oranye melukis tembok itu, akhir pekan lalu," kata dia.
Mengacu pada seragam mereka, pasukan oranye merupakan nama populer petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU). Tugas utama mereka adalah membersihkan jalan, saluran air, serta taman. Mereka bekerja di tingkat kelurahan. Belakangan, misi mereka bertambah: membuat mural.
Petugas PPSU Kelurahan Ceger melukis mural di tembok terowongan Ceger, Jakarta, 13 Juni 2022. TEMPO/Subekti
Tempo menyambangi kantor Kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan, kemarin, dan menemui Wiwit, 41 tahun. Pria itulah yang melukis tembok di seberang Stasiun Cawang bersama dua rekannya pada Jumat dan Sabtu pekan lalu tersebut. "Seharusnya selesai Sabtu pagi. Tapi, karena hujan, selesainya sampai (Sabtu) sore," ujar Wiwit.
Perintah membuat mural turun sebagai bagian dari perayaan ulang tahun Jakarta yang jatuh pada 22 Juni mendatang—Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebut hari jadi yang ke-495 ini dengan Hajatan Jakarta. Menurut Wiwit, dalam beberapa tahun terakhir, tugas membuat mural muncul saban menjelang HUT Jakarta.
Dari lima puluhan petugas pasukan oranye di kelurahan itu, Wiwit dan dua rekannya yang paling sering kebagian tugas membuat mural. Dia mengingat bahwa tugas melukis tembok underpass Jalan Tebet Timur Raya pada dua tahun lalu sebagai yang terberat. Sebab, panjang terowongan itu sekitar 40 meter. Untungnya, sewaktu itu kantor kelurahan mengerahkan lebih banyak petugas sehingga mereka bekerja secara keroyokan. "Total pengerjaan satu minggu kalau tidak salah," kata Wiwit.
Hasilnya bisa kita nikmati bersama. Terowongan tersebut menjadi lebih hidup dengan lukisan geometri berwarna merah, biru, dan kuning.
Menurut Wiwit, melukis bersama di bidang yang luas seperti itu bukan perkara mudah. "Semua orang harus satu pikiran, harus paham betul temanya. Kalau enggak, nanti hasilnya meleset," kata dia. Jerih payah mereka terbayar kontan saat melihat atau mendengar apresiasi warga. Termasuk mendapati warga yang memotret atau berfoto dengan latar belakang mural tersebut.
Warga Gang Swadaya, Kampung Melayu, Jakarta Timur, itu mengaku tak punya dasar seni lukis. Modal pekerja tamatan SMA itu sebatas pengalaman bekerja di sablon kain. "Bisalah campur warna sedikit-sedikit," ujar Wiwit sambil tersenyum.
Karena tidak punya keahlian menggambar, Wiwit ketar-ketir saat pertama kali kantor kelurahan memintanya membuat mural. Namun, di sisi lain, dia merasa tertantang.
Sekali lukisannya jadi, dia seperti menemukan hobi baru. Wiwit selalu berapi-api setiap mendapat tugas membuat mural. Dinding rumahnya pun tak lepas dari sapuan catnya. Saat mendapati pasukan oranye kelurahan tetangga punya mural yang lebih ciamik, dia terbakar. "Pokoknya jangan sampai kalah bagus," ujar dia.
Petugas PPSU Kelurahan Ceger melukis mural di tembok terowongan Ceger, Jakarta, 13 Juni 2022. TEMPO/Subekti
Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Tebet Timur, Bertha Simanulang, mengatakan petugas PPSU di kelurahan itu punya kemampuan yang beragam. Dari jago mengecat, memangkas pohon, merapikan tanaman, hingga merawat mesin mobil. Keragaman keahlian itu tak terlepas dari proses seleksi yang mempertimbangkan latar belakang. "Sekarang kami punya tim sendiri-sendiri sesuai dengan pekerjaan," kata Bertha.
Mural karya pasukan oranye kini mendominasi dinding Ibu Kota. Di underpass Manggarai, Jakarta Selatan, misalnya. Di sepanjang lorong sepanjang 20-an meter itu terpampang lukisan beraneka tema. Dari gambar balap mobil Formula E, Jakarta International Stadium, Monas, sampai ondel-ondel dan Tebet Eco Park.
Menurut Lurah Manggarai, Muhammad Arafat Dinsarat, pembuatnya adalah tujuh petugas PPSU. "Dua khusus melukis, sisanya bantu-bantu mengecat saja," kata Arafat. Dua anggota pasukan oranye tersebut menjadi langganan melukis tembok sejak Asian Games 2018.
Menurut Arafat, tugas melukis dinding datang dari Balai Kota. Pemerintah provinsi meminta setiap kelurahan membuat mural dengan tema Hajatan Jakarta. Kelurahan juga diminta mengusulkan lokasinya. Jika Balai Kota memberikan lampu hijau, barulah pasukan oranye turun. "Tema gambar, ukuran, sampai warnanya sudah ditentukan. Jadi, kami hanya ikuti," kata dia.
Di Kelurahan Cengkareng Timur, Jakarta Barat, lokasi mural terletak di Jalan Nurul Huda. Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Cengkareng Timur, Hipni, mengatakan butuh empat hari untuk melukis tembok sepanjang 15 meter dengan tinggi 2,5 meter itu. Gambar mereka bertema Jakarta Kota Kolaborasi dengan Museum Fatahillah sebagai ikon.
Beragam Rupa Pemoles Kota
Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga, meminta pemerintah Jakarta menggandeng komunitas pelukis mural. Sebab, dia sangsi kemampuan petugas PPSU merata untuk mencapai tujuan program ini, yaitu mempercantik Jakarta. "Jadi, tidak asal gambar dan bisa merusak wajah kota," katanya.
Nirwono mengatakan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum masih berlaku. Pada Pasal 21 tertera bahwa setiap orang dilarang menulis atau melukis di tembok. "Berarti mural ilegal," ujarnya. Dosen Universitas Trisakti itu juga berharap pasukan oranye dikembalikan ke fungsi semula sehingga pemeliharaan sarana dan prasarana bisa optimal.
INDRA WIJAYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo