Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Catatan Pemungut Paket Istimewa

Sopir mengambil duit suap di sejumlah tempat atas perintah Akil. Segera ditransfer ke perusahaan bosnya.

27 Januari 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARYONO tak pernah tahu nama lengkap pria yang datang ke rumah dinas Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar pada suatu malam, Juni tahun lalu. Sopir Akil itu hanya mengenal sang tamu dengan panggilan Muhtar. Tak ada hal spesifik yang diingat Daryono dari Muhtar selain tunggangan dan paket yang diantarkannya.

Muhtar tiba lewat pukul 22.00 mengendarai Toyota Alphard. Sesampai di rumah dinas Akil di Jalan Widya Chandra III Nomor 7, Jakarta Selatan, Muhtar memarkir kendaraannya di balik pagar. Ia kemudian menurunkan dua kardus besar berwarna cokelat. Selanjutnya, Daryono memindahkan bingkisan ke dalam rumah. Ia meletakkannya di dekat kamar Akil.

Akil sedang di luar kota. Sebelum Muhtar datang, Akil menghubungi Daryono bahwa akan ada tamu malam itu. "Nanti ada orang antar barang, diterima ya," kata Akil, ditirukan Daryono ketika diperiksa penyidik pada Oktober tahun lalu. Sewaktu mengangkat kedua dus itu, Daryono menduga isinya uang. Sebab, ia sering diutus Akil menerima uang yang dikemas dalam kardus dan tas dari sejumlah orang.

Nama lengkap pengantar paket, merujuk pada keterangan saksi lain, adalah Muhtar Ependy. Mico Fanji Tirtayasa, keponakan Muhtar, mengatakan ia malam itu ikut mengantar paket ke rumah Akil. Mico bekerja sebagai asisten sekaligus sopir Muhtar. Ia memastikan dus itu berisi duit karena sempat melongok isinya. "Saya merobek salah satu kardus dan melihat gepokan uang," ujar Mico, Selasa pekan lalu.

Bahkan, menurut Mico, paket yang ia antarkan bersama Muhtar bukan dua dus, melainkan tiga dan sebuah tas. Dua dus pertama berisi rupiah pecahan seratus ribu. Dus ketiga menjadi wadah dolar Singapura. Mico ingat, ia bersama Daryono menggotong dus keluar dari Alphard. Adapun tas dijinjing Muhtar Ependy. Agar tak terlihat tetangga, Daryono mematikan lampu teras lebih dulu.

Menurut Mico, uang di dalam dus dan tas itu berjumlah Rp 25 miliar. Ia diberi tahu Muhtar ketika mengambil uang dari Iwan Sutaryadi, Kepala Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Jakarta, di Mangga Dua. Duit itu, menurut dia, sebenarnya berasal dari Budi Antoni Al Jufri, calon Bupati Empat Lawang, Sumatera Selatan, tapi diputar lewat Iwan. Muhtar dan Iwan berkawan sejak mereka masih tinggal di Pontianak.

Budi Antoni dinyatakan kalah oleh Komisi Pemilihan Umum Empat Lawang dalam perhitungan 12 Juni 2013. Suara Budi terpaut 552 dari Joncik Muhammad, pemenang pemilihan. Budi menggugat kemenangan Joncik ke Mahkamah Konstitusi. Menurut Mico, Budi kemudian menggunakan jasa Muhtar Ependy untuk mendekati Akil.

Ketika majalah ini menulis soal sepak terjangnya Desember tahun lalu, Muhtar membantah menjadi perantara suap Akil. Budi Antoni pun menyangkal telah menyogok supaya menang di Mahkamah. Daryono belum bisa ditemui. Ia berada dalam perlindungan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Menurut Daryono, seperti tertulis dalam dokumen pemeriksaan, bukan hanya sekali itu ia disuruh Akil menerima duit. Ia berulang kali diperintah Akil mengambil duit di luar rumah. Tiap kali tugas itu datang, Akil memberi tahunya lebih dulu, "Nanti ada orang yang menelepon. Mau kasih titipan. Ambil saja." Tak lama, seseorang menghubungi Daryono. "Bisa ketemu? Ada titipan untuk Bapak. Mau ketemu di mana?"

Tempat bertemu bergantung pada kesepakatan. Sekitar 2010-2011, Daryono sekali menerima tas jinjing kertas dari orang yang tak dikenalnya di tempat parkir pusat belanja Sarinah, Jakarta Pusat. Daryono datang mengendarai sepeda motor yang dipinjam dari seorang office boy. Sekembali ke kantor Mahkamah, ia menaruh tas jinjing itu di Toyota Camry, mobil dinas Akil sebagai hakim konstitusi.

Dengan Camry itu, Daryono dua kali menerima bungkusan duit dalam plastik hitam dari dua orang berbeda di tempat parkir Hotel Indonesia, Jakarta, sekitar 2010-2011. Rentang waktu serah-terima duit pertama dan kedua cukup lama. Seperti tadi, Akil memberitahukan sebelumnya bahwa akan ada orang yang menghubungi Daryono. Perintah Akil selalu sama: jangan ajak orang lain. Akil pun tak pernah menceritakan asal-usul uang dan identitas pembe­rinya.

Daryono pernah pula disuruh menerima uang di lantai dasar pusat belanja Pacific Place, Jakarta. Lain waktu, Daryono dan si penelepon janjian di Tebet Indraya ­Square, juga pusat nongkrong, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Ia pun pernah bertemu dengan pengantar duit buat Akil di gerai Carrefour Cawang, Jakarta.

Semua "titipan" disimpan di bagasi Camry sampai pindah ke tangan Akil. Menurut Daryono, Akil baru mengambilnya begitu sampai di rumah, sepulang dari kantor. Ketika itu, Akil tinggal di rumahnya, Jalan Pancoran Indah III Nomor 8, Jakarta Selatan.

Di rumah ini, Daryono ingat, ia dua-tiga kali menerima duit. Akil ada di rumah, tapi tak keluar menyambut tetamu. Daryono menerima bungkusan-yang kadang disebut Akil sebagai "oleh-oleh"-di luar pagar. "Ini rumah Pak Akil? Ada titipan untuk Bapak," demikian biasanya pengantar paket berkata. Tanpa memperkenalkan diri, setelah menyerahkan antaran, mereka langsung pamit.

Beberapa hari setelah menerima uang, Akil biasanya menyuruh Daryono menyetorkannya ke rekening CV Ratu Samagat, perusahaan Akil di Pontianak, yang dikelola istri dan anaknya. Bisnis perusahaan ini terentang dari jasa administrasi umum, penyediaan alat tulis kantor, perkebunan, hingga kontraktor. Menurut Daryono, CV Ratu Samagat punya rekening di Bank Mandiri dan BNI.

Sumber lain menyebutkan Ratu Samagat punya dua rekening di Bank Mandiri. Pada rekening pertama, selama periode Agustus 2012-Maret 2013, dana masuk mencapai Rp 42 miliar. Dalam periode yang sama, rekening kedua menampung duit Rp 34 miliar. Kedua rekening bolak-balik mentransfer dana satu sama lain dengan akumulasi Rp 32 miliar.

Tiap kali menyetor uang ke rekening Ratu Samagat, Daryono diminta Akil menuliskan alasan transaksi. Yang paling sering adalah "hasil kelapa sawit" dan "hasil jual ikan arwana". Daryono juga pernah menulis salah satu penyetor adalah CV Khatulistiwa-perusahaan fiktif karangan Akil.

Setelah Akil terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pada April 2013, Daryono tak pernah lagi disuruh menemui pengantar paket-kecuali sekali, saat menerima Muhtar Ependy. Daryono hanya pernah diperintah Akil menukar dolar Amerika Serikat dan Singapura di sebuah gerai penukaran uang. Uang hasil penukaran langsung ditransfer ke CV Ratu Samagat.

Tugas Daryono dikerjakan orang lain. Mereka sekaligus pintu masuk ke Akil bagi para calon kepala daerah yang beperkara di Mahkamah. Contohnya Chairun Nisa, yang membantu mengurus sengketa pemilihan Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Uang diantarkan langsung oleh Chairun Nisa ke Akil. Lewat jalur Muhtar Ependy, yang juga ditengarai sebagai makelar sejumlah kasus pemilihan kepala daerah, uang suap terkadang diputar lebih dulu di perusahaannya, PT Promic International.

Akil ditengarai bermain dalam banyak kasus sengketa pemilihan kepala daerah. Seorang sumber menyebutkan jumlahnya lebih dari 20 kasus. KPK menaksir harta Akil yang dikumpulkan dari korupsi mencapai Rp 200 miliar, berwujud kendaraan, bangunan, tanah, dan isi rekening. "Hartanya sudah kami sita," kata Johan Budi S.P., juru bicara KPK. Pengacara Akil, Adardam Achyar, mengatakan kliennya belum diperiksa mendalam soal kasusnya.

Dengan banyaknya sogokan, tak aneh Akil kehabisan tempat untuk menyembunyikan uangnya. Ketika menggeledah rumah bekas politikus Golkar itu, penyidik menemukan dua tas perjalanan berisi Rp 2,7 miliar di ruang karaoke. Tas itu diletakkan di celah antara tembok dan pelapis kedap suara. Di sidang Akil nanti, uang itu mungkin akan "bernyanyi".

Anton Septian, Rusman Paraqbueq, Bunga Manggiasih

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus