Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARYONO mulanya hanya simpatisan Akil Mochtar dalam pemilihan Gubernur Kalimantan Barat, tujuh tahun lalu. Dia kerap hadir dalam kampanye Akil, politikus Partai Golkar yang ketika itu berpasangan dengan Anselmus Robertus Mecer, menjadi kandidat dari delapan partai kecil.
Karena harus mendatangi sejumlah daerah di provinsi itu, Akil memerlukan seorang pengemudi lokal. Daryono, atau sering dipanggil Dede, diajukan sejumlah anggota tim suksesnya. Maka Daryono segera menjadi sopir yang mengendarai Toyota Land Cruiser milik Akil-ketika itu masih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Menurut pengacara Akil, Tamsil Sjoekoer, pemuda 31 tahun asal Sanggau, Kalimantan Barat, itu mula-mula hanya menyopiri bos barunya untuk satu-dua kegiatan di Pontianak. Namun lama-lama Akil mempercayai Daryono sebagai sopir pribadinya sepanjang 2007. "Mungkin Pak Akil merasa nyaman," kata Tamsil, Rabu pekan lalu.
Menurut Tamsil, Akil dan Daryono tak memiliki hubungan kekerabatan. Ia mengungkapkan bahwa Daryono dipercaya Akil karena dia "orangnya baik". Pria berkulit sawo matang itu dikenal luwes dan mudah bergaul. "Ia juga memiliki saudara kembar," ucap Tamsil.
Selama kampanye pemilihan, Daryono menjadi akrab dengan Akil. Ketika ternyata perolehan suaranya jauh di bawah pasangan Cornelis dan Christiandy Sanjaya, jagoan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang menjadi pemenang, Akil kembali ke Senayan. Daryono pun diajak ke Ibu Kota.
Daryono tinggal di rumah Akil di Jalan Pancoran Indah III Nomor 8, Jakarta Selatan. Ia menggunakan alamat itu untuk mengurus kartu tanda penduduk barunya. Tugasnya mengantar Akil pulang-pergi ke Senayan. Ia terus mengikuti Akil, yang pada 2008 terpilih menjadi hakim Mahkamah Konstitusi.
Kegiatan baru Daryono pada hari kerja adalah mengantar Akil ke Jalan Medan Merdeka Barat, kantor Mahkamah. Setelah terpilih menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi menggantikan Mahfud Md. pada April 2013, Akil pindah ke rumah dinas di kompleks Widya Chandra III Nomor 7, Jakarta Selatan. "Saya diminta menginformasikan kepada piket jaga rumah dinas bila ada tamu yang akan datang," kata Daryono, menjelaskan tugasnya, dalam dokumen pemeriksaan. Jika ada tamu datang tanpa perjanjian, petugas jaga juga akan melapor kepadanya.
Pada akhir pekan, Daryono mengurus keluarga. Sering kali ia mendapat tugas khusus untuk bepergian ke daerah. Lalu pria berpendidikan terakhir sekolah teknik menengah ini pun mendapat tugas tambahan di luar pekerjaannya: menjadi kurir yang berhubungan dengan makelar sengketa pemilihan kepala daerah. Tak terhitung ia diperintah menerima "bingkisan" berisi uang suap.
Suatu kali, pada pertengahan 2013, ia menerima Rp 10 miliar dari Muhtar Ependy, pengusaha dan kolega dekat Akil. "Daryono yang menemui kami di rumah Akil," kata Mico Fanji Tirtayasa, anak buah Muhtar, kepada Tempo, Selasa pekan lalu. Muhtar diduga menjadi "agen" Akil guna melayani jasa rekayasa putusan dari sejumlah calon kepala daerah di Sumatera Selatan.
Dalam keterangannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi, Daryono mengaku berkali-kali menerima uang. Namanya juga dipakai Akil untuk membeli berbagai aset, termasuk mobil mewah.
Tugas tambahan lelaki Sanggau itu berakhir ketika bosnya ditangkap penyidik komisi antikorupsi di rumah dinas Ketua Mahkamah Konstitusi, Oktober tahun lalu. Sejak itu nama Daryono mendadak populer. Ia menjadi saksi kunci kasus ini. Daryono pun membuka semuanya. Ia menjadi justice collaborator KPK untuk membongkar kejahatan bekas bosnya.
Rusman Paraqbueq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo