Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menceritakan pengalaman dirinya semasa SMA harus merawat buku-buku tua warisan sang kakek. Kisah itu ia ceritakan saat meresmikan Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di kawasan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan pengalaman itu terjadi saat dia duduk di bangku kelas dua SMA. Dia mendapatkan tugas itu saat kakeknya wafat dan meninggalkan sekitar 4.000-an buku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu buku tua-tua semua, ada yang usianya sudah 100 tahun buku itu. Jadi ada tahun 1800-an dan kami merawat,” ujar dia di PKJ TIM, Jakarta Pusat, Kamis, 7 Juli 2022.
Kakek Anies adalah Abdurrahman Baswedan atau lebih populer dengan nama A.R. Baswedan. Sang kakek adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia tercatat sebagai anggota anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
AR Baswedan juga pernah menjabat Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante.
Sang kakek yang pada masa penjajahan bekerja sebagai wartawan, aktif menyuarakan kemerdekaan Indonesia. Atas berbagai jasanya itu, AR Baswedan dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Gubernur DKI Jakarta memajang foto dirinya, ayahnya dan kakeknya dalam memperingati Hari Ayah Nasional
AR Baswedan wafat pada 1986. Saat itulah, Anies dan kerabatnya mendapat warisan ribuan buku. Saat itu, kata Anies, dia bersama kerabatnya merawat buku-buku itu dengan keseriusan. Bahkan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sampai memanggil para ahli perpustakaan dan arsip.
“Panggil orang-orang yang mengerti bagaimana merawat kertas itu, supaya tidak rusak, itu pribadi,” tutur Anies.
Menurut Anies, itu yang membuat keluarga HB Jassin yakin dan mau koleksinya dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI. Hal itu juga dia ceritakan kepada salah satu perwakilan keluarga HB Jassin, Pak Ajib, saat diundang ke Balai Kota pada 2 November 2017 lalu—dua pekan setelah Anies dilantik jadi Gubernur DKI.
Sebelumnya, kata Anies, pihak keluarga menolak permintaan Anies, karena merasa tidak percaya dengan PNS dan pemerintah. “Terus terang saya tidak percaya pemerintah, ini harta tak ternilai, saya tidak percaya. Pokoknya ini adalah warisan dan tanggung jawab kami,” ujar Anies menceritakan kembali jawaban Pak Ajib saat itu.
Setelah itu, Anies mengatakan bahwa dirinya pernah merawat banyak buku tersebut. Dia juga mengaku mencintai karya koleksi HB Jassin, dan ingin menyelamatkannya sebagaimana keluarga menyelamatkansemuanya.
Anies Baswedan bersama anak bungsunya, Ismail membaca buku-buku Bung Hatta. Foto: Instagram Anies Baswedan.
“Percayakan kepada kami, dan kami akan menjaga PDS HB Jassin ini menjadi tempat koleksi sastra permanen dan terbesar di dunia,” tutur Anies.
Kemudian saat itu juga telah disepakati dan Gubernur Anies menginstruksikan kepada jajaran Pemprov DKI agar Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin menjadi refleksi perpustakaan di masa depan. Tujuannya agar bisa menarik minat para generasi baru untuk datang dan berkegiatan di perpustakaan.
Dan sampai akhinya pada Kamis, 7 Juli 2022, Perpustakaan dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin diresmikan. Menurut Anies, pembangunan yang dilakukan bukan lambat, melainkan pelan, sehingga tetap sesuai dengan target.