Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Sebuah Monumen Sukarno di Jantung Aljazair

Sebuah patung Sukarno hasil kolaborasi Ridwan Kamil dan Dolorosa Sinaga berdiri di ibu kota Aljazair. Sukarno sangat dihormati di Aljazair karena perannya mendukung kemerdekaan negara itu. Pada 1955, Sukarno mengundang para pejuang kemerdekaan Aljazair datang ke Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Konferensi yang berpengaruh bagi politikus dan aktivis Front Pembebasan Nasional (FLN), yang menentang kolonialisme Prancis di Aljazair.

Sedianya patung itu diresmikan pada 6 Juni 2020, bertepatan dengan peringatan kelahiran Sukarno. Namun, karena pandemi, peresmian diundur. Tempo menuliskan kisah di balik patung Sukarno di Aljazair itu. Tulisan dilengkapi esai Agus Dermawan T., yang menulis tentang persahabatan Sukarno dengan pematung berdarah Jepang terkenal, Isamu Noguchi. Dari Noguchi-lah Sukarno sadar akan pentingnya patung publik.

13 Juni 2020 | 00.00 WIB

Patung Soekarno karya DOlorosa Sinaga di bundaran depan kantor Kementerian Pekerjaan Umum, persimpangan Jalan Arezki Mouri dan Jalan Mustapha Khalef, Kota Ben Aknoun, Provinsi Aljir, Aljazair./Dok. pri
Perbesar
Patung Soekarno karya DOlorosa Sinaga di bundaran depan kantor Kementerian Pekerjaan Umum, persimpangan Jalan Arezki Mouri dan Jalan Mustapha Khalef, Kota Ben Aknoun, Provinsi Aljir, Aljazair./Dok. pri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH patung Sukarno berdiri gagah di bundaran depan kantor Kementerian Pekerjaan Umum, persimpangan Jalan Arezki Mouri dan Jalan Mustapha Khalef, Kota Ben Aknoun, Provinsi Aljir, Aljazair, Afrika Utara. Tangan kanan Sukarno terangkat dengan satu jari mengacung. Sukarno yang berpeci tampak tengah berpidato lantang. Berapi-api. Berkobar-kobar. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Seno Joko Suyono

Menulis artikel kebudayaan dan seni di majalah Tempo. Pernah kuliah di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Pada 2011 mendirikan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) dan menjadi kuratornya sampai sekarang. Pengarang novel Tak Ada Santo di Sirkus (2010) dan Kuil di Dasar Laut (2014) serta penulis buku Tubuh yang Rasis (2002) yang menelaah pemikiran Michel Foucault terhadap pembentukan diri kelas menengah Eropa.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus