Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cerita Korban Kebakaran Cipinang Mengungsi Bersama Bayi

Kebakaran yang melanda permukiman padat di Cipinang Besar Selatan itu menghanguskan 26 rumah dan menyebabkan 147 jiwa mengungsi.

10 Juli 2019 | 19.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Korban kebakaran di Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, mengungsi di tenda yang didirikan pemerintah di SDN Cipinang Besar Selatan, 8 Juli 2019. TEMPO/Imam Hamdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bayi berusia sembilan bulan bernama Asyifa Zulaika, anteng menyedot susu dari botolnya. Sejak Sabtu, 6 Juli lalu, bayi mungil itu bersama orang tuanya menjadi pengungsi akibat rumahnya kebakaran di RT 10 RW 07 Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kemarin sempat demam. Setelah dibawa ke puskesmas hari ini demamnya sudah turun," kata Kuraisin, 36 tahun, ibu dari Asyifa di lokasi pengungsian korban kebakaran di SDN Cipinang Besar Selatan 03/04, Senin, 8 Juli 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kebakaran yang melanda permukiman padat di Cipinang Besar Selatan itu menghanguskan 26 rumah. Sebanyak 147 jiwa dari 48 kepala keluarga mengungsi di tenda pengungsian yang disediakan pemerintah di halaman sekolah.

Dari ratusan pengungsi tersebut, 10 di antaranya adalah bayi dan balita. Menurut Kuraisin, sebagian bayi ada yang tidak kuat tinggal di dalam tenda karena kepanasan. Jadi, sebagian orang tua yang mempunyai bayi menitipkan anaknya ke kerabat mereka.

Sedangkan, Kuraisin yang tidak mempunyai orang tua dan kerabat tidak bisa membawa bayinya berteduh ke tempat selain lokasi pengungsian. "Mau tidak mau tinggal di tenda yang disediakan pemerintah meski panas," ujarnya.

Selama di pengungsian, kata Kuraisin, pemerintah cukup memberi perhatian dan menyuplai seluruh kebutuhan pokok pengungsi. Bahkan, pemerintah memberikan baju dan pamper yang menjadi kebutuhan anaknya. "Tapi untuk susu bayi belum diberikan," kata dia.

Kuraisin mengungsi bersama suami dan dua anaknya. Ia mengatakan bakal segera mencari kontrakan karena rumahnya sudah tidak mungkin dibangun kembali. "Rumah saya didirikan di bantaran kali, yang bukan milik saya," ujarnya.

Kuraisin berharap adanya bantuan pemerintah untuk menyewa kontrakan sebagai uang kerohiman karena harus meninggalkan rumah yang telah ditempatinya sejak 37 tahun lalu. Sebab, ia tidak bisa lama berada di tenda pengungsian karena memiliki bayi. "Sebenarnya pemerintah menawarkan tinggal di rumah susun, tapi saya tidak bisa terima karena ada riwayat penyakit jantung," kata dia.

Ia tidak bisa menerima rusun yang ditawarkan pemerintah karena ia nantinya akan menempati lantai empat atau lima Rumah Susun Jatinegara Kaum. Sakit pembengkakan jantungnya menyebabkan dia mudah lelah dan sulit untuk naik turun tangga. "Saya lebih memilih tinggal di kontrakan," ujarnya.

Lurah Cipinang Besar Selatan Farida membenarkan pemerintah menawarkan korban kebakaran pindah ke Rusun Jatinegara Kaum. Saat ini, pemerintah sedang mendata warga yang mau dipindahkan ke rusun itu. "Kami sifatnya menawarkan. Jika warga mau akan kami bantu untuk pindah ke rusun," ujarnya.

Farida menjelaskan sebagian rumah yang terbakar di RT 10 RW 07 Cipinang Besar Selatan, berada di bantaran Kali Cipinang. Sebagian pemilik rumah itu pun tidak mempunyai surat kepemilikan rumah yang mereka huni. "Sebagian ada yang memiliki surat, dan sedang kami data," kata dia.

Selama korban kebakaran di tenda pengungsian, kata Farida, pemerintah DKI akan menjamin seluruh kebutuhan pokok pengungsi. Bahkan, pemerintah juga menyediakan petugas kesehatan untuk para pengungsi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus