NAMA orang ini mungkin ajaib: Gusti Cinta Ajaib. Dan ajaibnya, orang itu, ya, Gusti Cinta Ajaib sudah berusia 40 tahun dan tak mau mengubah nama yang baginya tidak ajaib itu. Dia warga Kalimantan Selatan. Saat itu, ketika berlangsung perayaan ulang tahun ke-9 Satpam di Kotabaru beberapa waktu lalu, ada acara penyerahan hadiah untuk pemenang olahraga. Ketika mengumumkan pemenang lomba tenis meja, pembawa acara berkata, "Juara pertama diraih oleh Gusti Cinta Ajaib dari Bandar Udara Stagen Kotabaru." Hadirin terperangah. Apalagi yang dipanggil itu muncul di panggung. Kulitnya agak hitam, perawakannya gagah, dia siap menerima hadiah. Di dadanya tersemat rapi label nama: Gusti Cinta Ajaib. Jadi, bukan nama samaran atau nama mainan sebagaimana diduga hadirin. Bagaimana kisah nama itu? "Ayah saya, Sabran, waktu mudanya mirip Arjuna. Gampang sekali jatuh cinta," tutur Pak Ajaib, 40 tahun, kepada Almin Hatta dari TEMPO. Sabran muda punya pacar di mana-mana. Sampai datang harinya Sabran terpaut pandang dengan Rabiah, cewek perantau asal Sumatera Utara -- dan itulah tambatan terakhir dari petualangan cinta Sabran. Mereka menikah sekitar tahun 1943. Lahir anak pertama, diberi nama Gusti Cinta Kasmaran. Dua tahun berikutnya suasana keluarga itu kian hangat, lahir anak kedua, diberi nama: Gusti Cinta Birahi. Lalu menyusul anak ketiga. Wah, kali ini mereka heran, setelah dua terdahulu laki-laki, anak ketiga perempuan. Lalu diberi nama Gusti Cinta Herani. Lahir lagi adiknya, itulah Gusti Cinta Ajaib. "Kata Ibu, saya suka ajaib waktu masih dalam kandungan. Kadang terasa ada, tapi sering dirasa tiada," kata yang empunya nama. Sebenarnya, masih ada si bungsu, namanya Gusti Cinta Setia Sayang, sudah tiada, namun Sabran toh tetap membuktikan kesetiaan cintanya pada anak-anak dan bininya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini