Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cluster Aman Minim Limbah

Berada di tengah Kota Bekasi, cluster Acacia Residence menawarkan hunian yang tenang. Unggul mengelola ekosistem hijau dan air bersih.

31 Agustus 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam satu tahun terakhir, Rulia Inakrisnawati leluasa menyalurkan hobi berkebunnya. Sejak pindah ke salah satu rumah di cluster Acacia Residence di kawasan terpadu Summarecon Bekasi, Rulia punya halaman yang cukup luas untuk menanam beragam bunga dan pohon, seperti melati, kuping gajah, palem, dan kemboja.

Di Acacia Residence, Rulia dan keluarganya juga bisa menghirup udara yang lebih bersih dan segar. "Saya nyaman tinggal di sini. Di rumah banyak tanaman, di lingkungan sekitar banyak pepohonan hijau," kata Rulia, 46 tahun, ketika ditemui di rumahnya pada Selasa pekan lalu.

Sebelumnya, Rulia tinggal di kawasan padat penduduk di Rawalumbu, Bekasi. Situasinya jelas berbeda. Di sana bukan cuma tak ada pepohonan hijau. Hampir saban hari ibu beranak satu ini terpapar polusi asap kendaraan yang hilir-mudik. "Sistem pintu masuknya tak terpadu. Ada banyak jalan sehingga bisa dilewati kendaraan umum," ujar Rulia.

Mengembangkan cluster Acacia sejak 2011, PT Summarecon Agung Tbk menawarkan hunian yang aman dan nyaman. Menurut Direktur Eksekutif Summarecon Albert Luhur, setiap unit rumah sejak awal didesain ramah lingkungan. Di kawasan ini, terbangun 261 unit rumah dengan harga minimal Rp 1,2 miliar.

Salah satu desain ramah lingkungan adalah bukaan jendela ke arah utara dan selatan. Rancangan itu membuat bangunan memiliki pencahayaan alami. "Sinar dan panas matahari yang masuk ke rumah pun jadi lebih pas." Artinya, kata Albert, penghuni rumah tak usah membuang-buang energi untuk menyalakan lampu pada siang hari. Adapun untuk penerangan di malam hari, setiap rumah di kompleks ini memakai lampu LED, yang juga hemat listrik.

Ventilasi bergaya modern kontemporer juga memperhitungkan keberadaan taman belakang rumah. Ventilasi dirancang untuk memaksimalkan masuknya udara alami dari taman ke rumah. Dengan begitu, Albert mengungkapkan penghuni tak perlu menyalakan penyejuk udara, termasuk pada siang hari.

Meski demikian, salah satu juri Tempo Property Award, Anton Sitorus, tidak memberi poin maksimal atas sistem pencahayaan dan ventilasi rumah di Acacia. Kepala Konsultan Bidang Riset Savills Property-lembaga riset properti internasional-itu juga meminta konsumen mengecek penggunaan komponen lokal yang ramah lingkungan untuk membangun rumah mereka. "Pastikan di lapangan, informasi di atas kertas sama dengan kenyataannya," ujar Anton.

Albert memastikan material bangunan yang digunakan perusahaannya untuk mengembangkan kompleks ini ramah lingkungan. Contohnya, penggunaan kayu sengaja dikurangi. Untuk rangka atap, misalnya, dipilih baja ringan.

Meski tak memiliki danau buatan untuk menampung air, menurut Albert, kawasan terpadu ini mendukung ekosistem hijau. Cluster Acacia memiliki sistem reservoir dengan air baku PDAM untuk menjamin ketersediaan dan pasokan air ke rumah-rumah.

Meiko Handojo, salah seorang anggota dewan juri Tempo Property Award dari Realestat Indonesia, menilai keberadaan sistem manajemen air bersih sebagai poin unggulan Acacia Residence. Sistem tata kelola air seperti itu, menurut dia, bisa mengontrol kebiasaan warga menggali sumur secara asal-asalan.

Begitu juga upaya perusahaan mengolah kembali air kotor untuk keperluan menyiram tanaman. "Ini sangat baik karena turut mengurangi jumlah pemakaian air permukaan," ujarnya. Tapi, dengan konsep tersebut, menurut dia, pengembang perlu meningkatkan jumlah ruang hijau yang ada di lingkungan ini. "Semakin besar persentase hijau semakin luas daerah resapan."

Albert mengatakan Summarecon telah menerapkan teknologi filtrasi (penyaringan) untuk memastikan air yang mengalir ke permukiman selalu bersih. Pengembang memakai sistem disc filter dan sistem ultraviolet untuk membunuh bakteri dalam air. Adapun jaringan pipa ke rumah tangga memakai material non-logam. "Untuk mengurangi potensi air tercemar kandungan besi berkarat," ujar Albert.

Pengelolaan air limbah rumah tangga pun tak luput dari pengawasan. Menurut Albert, air kotor dari rumah tangga diolah melalui instalasi wastewater treatment plant (WWTP). "Kualitas airnya selalu kami dicek," kata Albert.

Mula-mula air limbah rumah tangga ditampung di bak pre-treatment. Kemudian air dialirkan ke jaringan pipa yang terhubung ke unit pengolahan WWTP. Di sana air limbah diolah dengan sistem aerob dan anaerob, yakni pencampuran senyawa tertentu sehingga air menjadi bersih. Setelah memenuhi standar, air dari instalasi pengolahan limbah dialirkan ke danau melalui saluran drainase. Menurut Albert, air itu bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.

Untuk ruang terbuka hijau, kata Albert, disediakan area seluas 6,6 hektare. Di lahan tersebut, pengembang membuat taman bermain anak serta jalur sepeda dan pedestrian. Ada pula clubhouse yang dilengkapi ruang serbaguna sebagai tempat interaksi penghuni kawasan.

Untuk memperlancar mobilitas penduduk di kawasan terpadu itu, Summarecon Bekasi menyediakan fasilitas shuttle bus dan mobil lingkungan (Moli). Moda transportasi ini tersambung dengan jaringan kereta rel listrik dan feeder busway menuju Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus