Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BARU delapan jam diunggah ke akun Instagram hanan_attaki, video bertema "Cukup Allah Bagi Kita" itu sudah dilihat 162 ribu orang. Unggahan teranyar Tengku Hanan Attaki tersebut mendapat respons 570 komentar pada Senin malam pertengahan Juni lalu.
Video dakwah dengan berbagai latar gambar bergerak yang diiringi suara Hanan ini berupa ajakan untuk belajar yakin sepenuhnya kepada Allah SWT. Durasinya satu menit dan dinamakan "1minutebooster". "Salah satu dakwah yang berpengaruh, ya, di media sosial," kata ustad lulusan Al-Azhar University, Kairo, itu.
Pendiri gerakan Shift PemudaHijrah yang bermarkas di Bandung tersebut memang terkenal sebagai pendakwah yang gaul. Ia menyampaikan petuah ayat suci lewat media yang kini digemari anak muda: Instagram.
Menurut Hanan, ide kreatif dalam mengemas dakwah ini bermula sekitar dua tahun lalu. Ketika itu Hanan mendirikan Shift PemudaHijrah. Shift merupakan gerakan dakwah dengan segmentasi anak muda yang memiliki hobi. Mereka mendekati berbagai komunitas bermain yang digandrungi anak muda Bandung, misalnya komunitas skateboard, sepeda BMX, dan musik underground. "Segmen anak muda masih kurang banyak diolah para dai," ujarnya.
Lewat komunitas ini, Hanan belajar berempati dari para pemuda tersebut. Ia kemudian membuat acuan cara berkomunikasi, bergaul, dan berbaur dengan komunitas jalanan itu. "Membangun brand dakwah untuk anak muda itu harus dengan lebih membaur dengan mereka," kata pria yang lahir di Aceh pada 31 Desember 1981 itu. Setelah satu tahun belajar, Hanan menjajaki media sosial agar dakwahnya gampang diakses khalayak luas. "Dakwah mah enggak kaku-kaku amat, enggak mesti harus di masjid. Di media sosial juga bisa jadi viral," kata Hanan.
Hingga kini akun Instagram Hanan sudah mendapat 729 ribu pengikut. Unggahannya mencapai 199 berupa foto dan video. Sedangkan akun PemudaHijrah yang dirintis sejak Maret 2015 menangguk 412 ribu pengikut.
Ada dua prinsip yang diterapkan Hanan dalam berdakwah di media sosial, yakni bermanfaat dan menghibur. Ia ingin foto ataupun video yang diunggah ke akunnya tak sekadar memberi informasi, tapi menghibur. Misalnya, suatu kali ia pernah mengunggah video bermain selancar dan gabruk, tapi juga disisipi poster untuk taklim. "Jadi orang melihat postingan kami bukan cuma informasi seperti mading (majalah dinding)."
Untuk menghasilkan ide segar, Hanan dibantu enam orang yang dinamakan Core Team. Ia merekrut Core Team berdasarkan keahlian masing-masing. Ada yang ahli menyelenggarakan acara (event organizer), komunikasi visual, hingga desain. Pemilihan tema video dan foto juga tak melulu dari Hanan. "Biasanya saya ngasih tema besar, teman kreatif menyesuaikan."
Menurut salah satu anggota tim kreatif Shift, Fani Krismandar, ada trik khusus agar pesan yang disampaikan dalam konten video dakwah yang cuma satu menit tidak tercerabut dan tetap utuh. Biasanya awal pengerjaan diserahkan kepada Hanan. Sebab, kebanyakan 1minutesbooster merupakan penggalan video dakwah dari ceramah Hanan yang berdurasi rata-rata 90 menit. "Baru nanti tim yang mengisi backsound dan visual," katanya.
Meski merekrut tim yang harus membuat berbagai konten kreatif, dakwah di media sosial ini tak membutuhkan biaya operasional yang besar. Fani mengatakan tim bekerja secara sukarela karena berlandaskan niat berdakwah. "Kami menyiasatinya lewat usaha menjual merchandise," ujar Fani.
Banyaknya pengikut di akun Instagram tak membuat Hanan dan timnya tergiur mengeruk pundi-pundi rupiah dengan menerima berbagai endorse atau promosi berbayar. Namun Hanan mengakui popularitasnya di media sosial berbanding lurus dengan banyaknya undangan berceramah dari berbagai kota dan luar negeri. "Belum bisa saya penuhi. Karena dakwah saya tidak hanya ceramah, tapi ketemu teman-teman komunitas."
Sementara Hanan berfokus menggarap dakwah di Instagram, ustad lain, Khalid Basalamah, lebih suka mengunggah ceramahnya yang berdurasi hingga tiga jam di YouTube. Dia punya channel sendiri dengan nama Khalid Basalamah. Akunnya itu sudah mengunggah 683 video. Pengikut ustad kelahiran Makassar, 1 Juni 1975, ini mencapai 220 ribu.
Khalid punya tim khusus untuk mengelola akun media sosialnya. Selain di YouTube, Khalid mempunyai akun di Facebook dengan 246 ribu pengikut, Twitter 14 ribu, dan Instagram 408 ribu pengikut. Ia juga membawa timnya ini ketika berceramah di suatu tempat. Misalnya pada Senin siang pertengahan Juni lalu, Khalid mengisi ceramah rutin di kawasan perkantoran Soepomo Office Park, Tebet, Jakarta Selatan. Meski tak disiarkan secara langsung, tetap ada yang bertugas merekam gambarnya. Tim itu juga akan dia bawa saat melakukan umrah pada akhir Ramadan ini. "Tim nanti yang akan membagikan titipan zakat mal selama tanggal ganjil di bulan Ramadan di Mekah," ujar Khalid.
Pada sepertiga akhir Ramadan, ia biasanya mengakhiri kegiatan berceramah. "Sepuluh hari terakhir dalam Ramadan, jika Allah mengizinkan, saya akan umrah," ujar Khalid. Info tersebut juga disampaikan Khalid di semua akun media sosialnya supaya jemaah mengetahui jadwalnya.
Pemberitahuan jadwal ceramah ini cukup membantu anggota jemaah. Salah satunya Yanti Dewi. Mahasiswi sebuah universitas di Tangerang ini sering mengecek jadwal ceramah Khalid melalui Facebook. Ia rela datang dari Tangerang ke Tebet demi bisa mendengar langsung ceramah Khalid. "Saya biasanya lihat di YouTube. Tapi, karena ini lagi Ramadan dan ingin ikut pengajian, ya, langsung ke sini," ujar Yanti.
Selain mengikuti ceramah Khalid, Yanti gemar menyimak ceramah ustad lain di Instagram dan Facebook. Tren ceramah di media sosial memang menjamur sehingga masyarakat tinggal memilih untuk mengikuti akun yang disukai. Yanti, misalnya, mengikuti akun Instagram Ustad Hanan dan Ustad Yusuf Mansur. "Lebih praktis dan jadi pengingat setiap saat."
Yusuf Mansur juga termasuk ustad yang punya banyak pengikut di Instagram: 1,6 juta!
Pendiri gerakan Shift PemudaHijrah yang bermarkas di Bandung tersebut memang terkenal sebagai pendakwah yang gaul. Ia menyampaikan petuah ayat suci lewat media yang kini digemari anak muda: Instagram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo