Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dan Ikan Toba pun Tunduk

10 Januari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESOHORAN Lukas Barayap yang mampu memanggil ikan tersiar ke seluruh pelosok. Bupati Samosir, Sumatera Utara, Mangindar Simbolon, berminat mengundang Lukas untuk menjajal kemampuannya di Danau Toba. Atraksi Lukas bisa dipakai untuk menarik lebih banyak wisatawan.

Mangindar terpesona oleh cerita Mochtar Pakpahan, yang antusias menceritakan apa yang dilihatnya di Manokwari. ”Saya takjub, ikan-ikan begitu jinak kepada Pak Lukas,” kata Mochtar dua pekan lalu. Ketua Umum Partai Buruh ini berkunjung ke pantai Bakaro pada 5 Januari 2008. Seorang kader partainya di sana mengajaknya melihat kemampuan Lukas.

Awalnya Mochtar tak percaya ada orang yang bisa memanggil ikan di laut. Biasanya binatang atau hewan yang akrab dengan manusia karena ditangkar dan dilatih terus-menerus. Tapi di laut? ”Saya baru mendengarnya,” katanya. Ia pun setuju mampir ke Bakaro di sela kampanye menjelang Pemilihan Umum 2009 itu.

Mochtar takjub melihat ikan-ikan langsung berkerumun ketika Lukas masuk laut dan meniupkan peluit. Ikan-ikan seperti sudah tahu ada makanan di tangan Lukas begitu guru jemaat ini memanggilnya dengan bunyi peluit. Tapi yang menghampiri itu ikan kecil yang jumlahnya ribuan. ”Ikan besar kok tidak datang?” tanya Mochtar.

Lukas menjelaskan ikan bertubuh besar hanya berkerumun di tengah. Lukas menyilakan Mochtar melihatnya ke tengah laut. Dengan memakai perahu cadik, Mochtar mengayuh ke tengah. ”Wah, benar. Ikan-ikan sebesar paha berkumpul di tengah,” katanya.

Menurut Lukas, ikan yang lebih besar tak berenang ke pinggir karena malu ada orang asing. Ketika pertama kali Lukas memanggil ikan-ikan itu pada 1995 pun, mereka hanya menonton ia melempar rayap. Karena itu, Lukas meminta ikan-ikan tersebut mendekat. Ia menyelam dan berbicara kepada mereka.

Setiap hari selalu saja ada ikan baru yang datang. Mereka juga tak langsung mendekat tapi memantaunya dari jauh. ”Setelah beberapa hari, mereka mendekat dan bergabung,” katanya. ”Tapi saya tak mengerti bahasa ikan.”

Lukas mengakrabi mereka seperti menyayangi anak-anaknya. Kaarena itu, ia melarang siapa pun menangkap ikan ini ketika dikumpulkan. Ia hanya membolehkan nelayan melempar kail di tengah laut. Penduduk di pantai Bakaro sudah tahu soal peraturan tak tertulis itu.

Tiga bulan setelah kunjungannya yang pertama, Mochtar datang lagi ke Manokwari. Kali ini ia mengundang Lukas agar bersedia datang ke Danau Toba untuk mempertontonkan kemampuannya. Keahlian Lukas bisa dipakai untuk pertunjukan bagi para pengunjung, meski Toba diisi ikan air tawar.

Lukas setuju dan ia terbang ke sana. Tapi ia diminta tak membawa peluit dan rayap dari rumahnya. Bupati menyediakan dua alat pemanggil itu di sekitar Danau Toba. ”Rupanya Pak Bupati curiga rayap dan peluit ini sudah diberi mantra,” kata Lukas.

Pertunjukan pun dimulai. Karena baru percobaan, waktu yang dipilih bukan hari libur agar pengunjung tak membeludak. Hanya Mochtar, para pejabat Kabupaten Samosir, dan sekitar 100 pengunjung yang menyaksikan ”atraksi” Lukas.

Seperti yang dilakukannya di Bakaro, Lukas meniup peluit dan melempar rayap untuk memanggil penghuni Danau Toba. Tapi ikan-ikan tak datang. Mereka tak terpanggil oleh bunyi peluit dan godaan rayap. ”Kami menyangka ikan-ikan itu tak akan datang,” kata Mochtar. ”Mungkin karena di Toba ikan air tawar, berbeda dengan Manokwari yang laut.”

Dugaan Mochtar keliru. Setelah tiga-lima menit Lukas meniup peluit dan melempar rayap, ikan-ikan lele mulai menghampiri, berkecipak malu-malu, lalu berebut rayap yang terjauh. Lama-lama mereka mendekat dan terus mendekat. Di belakang lele, ikan mas dan mujair antre. Sementara itu, ikan-ikan lain berseliweran di kejauhan.

Para penonton pun terperangah ketika kian banyak ikan yang mendekat seiring dengan makin seringnya Lukas meniup peluit dan melempar rayap. Bupati Mangindar langsung bikin program menggelar atraksi Lukas sepekan dua kali. Waktunya dipilih pada hari-hari libur.

Tapi rencana hanya tinggal rencana. Kesibukan Lukas di Manokwari melayani jemaat dan ketidakpastian acara di Danau Toba membuat program itu tak pernah terlaksana. Lukas hanya datang sekali itu ke Samosir. ”Ternyata repot mengaturnya,” kata Mochtar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus