Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERSAFARI di Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah pada akhir Januari lalu, Sandiaga Salahuddin Uno berkali-kali dirubungi ratusan pendukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Sambil mengacungkan “salam metal”, mereka memekikkan nama Joko Widodo ketika Sandiaga melintas. Saat meninggalkan Wonogiri, bekas Wakil Gubernur Jakarta itu digiring tujuh mobil berstiker banteng moncong putih hingga di perbatasan.
Gubernur Jawa Tengah yang juga politikus PDIP, Ganjar Pranowo, menyebutkan respons pendukung partai banteng sebenarnya sudah lebih kalem. Para kader awalnya mengusulkan mencegat iring-iringan mobil rombongan Sandiaga, tapi Ganjar melarang. “Saya minta kader dan relawan mencari cara yang lebih ramah,” kata Ganjar, Rabu pekan lalu.
Suhu kampanye pemilihan presiden 2019 di Jawa Tengah mendidih sejak Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendirikan markas di Jalan Letnan Jenderal Suprapto di Sumber, Solo, pada 11 Januari lalu. Pos kampanye tersebut hanya berjarak sekitar 500 meter dari rumah Jokowi.
Wakil Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Ferry Juliantono, mengatakan tim Prabowo sengaja memilih Surakarta sebagai kantor pusat kampanye karena ingin mengimbangi suara Jokowi. Di kampung halaman inkumben yang juga anggota PDIP itu, Prabowo hanya meraup suara 15,7 persen pada pemilihan presiden 2014. “Kami ingin langsung masuk ke ‘kandang banteng’,” ujar Ferry.
Pembukaan pos Prabowo di Solo membetot perhatian Jokowi. Tiga pekan setelah peresmian markas Badan Pemenangan, Jokowi mengakui elektabilitasnya di Jawa Tengah melorot sekitar 2 persen. Menurut Ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto, tingkat keterpilihan Jokowi berdasarkan survei internal mencapai 70,4 persen pada Oktober 2018, tapi turun menjadi 68,8 persen pada Januari 2019.
Melorotnya elektabilitas membuat Jokowi memanggil tim kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin wilayah Jawa Tengah. “Kami mengharapkan pertemuan ini bisa menyebarkan harapan sehingga angka-angkanya bisa sesuai dengan target,” kata Jokowi saat menghadiri acara Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah di Semarang, 2 Februari lalu.
Seperti kebetulan, setelah markas Prabowo-Sandiaga berdiri di Solo, sekelompok orang menggelar demonstrasi memprotes ornamen mirip salib di depan Balai Kota Solo. Salah satu unjuk rasa digerakkan massa yang menamakan diri Dewan Syariah Kota Surakarta pada 18 Januari lalu. Lima hari sebelum demo itu, kelompok ini adalah salah satu penggagas acara Tabligh Akbar Persaudaraan Alumni 212 di Solo, yang menyeret Ketua Umum PA 212 Slamet Ma’arif sebagai tersangka pelanggaran kampanye karena menyinggung “2019 Ganti Presiden”. Slamet menjabat wakil ketua umum di Badan Pemenangan Prabowo-Sandi.
Ketua Divisi Advokasi Dewan Syariah Kota Surakarta Endro Sudarsono mengatakan acara yang dibuat organisasinya tak bertujuan mengacaukan suasana Solo. “Format acaranya jelas dan selalu berjalan tertib,” ujar Endro, yang mengaku sebagai pendukung Prabowo-Sandiaga. “Kami juga tak berpihak ke salah satu pasangan.” Juru bicara Badan Pemenangan, Andre Rosiade, membantah anggapan bahwa kubunya menggunakan strategi provokatif di Jawa Tengah. “Kami anti memakai cara-cara seperti itu,” ucap Andre.
Sekretaris Gerindra Jawa Tengah Sriyanto Saputro mengatakan isu andalan Prabowo-Sandiaga di Solo Raya—yang meliputi Kota Solo, Boyolali, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Wonogiri, dan Karanganyar—adalah ekonomi. Di Sragen dan Wonogiri, misalnya, Badan Pemenangan berjanji mengevaluasi pemberlakuan kartu tani, yang dianggap menyulitkan petani memperoleh pupuk.
Menurut Sriyanto, tim kampanye menjual isu kartu tani di dua wilayah itu karena 30 persen penduduknya bekerja sebagai petani. Dengan mengail suara dari ceruk kelompok tani, ia memperkirakan suara Prabowo-Sandiaga di Sragen dan Wonogiri bisa melampaui pemilihan presiden 2014, yang waktu itu berkisar 23 persen.
Prabowo Subianto menyampaikan pidato kebangsaan di Semarang, 15 Februari 2019. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Bergeser ke daerah di pantai utara Jawa Tengah, seperti Brebes dan Tegal, tim Prabowo-Sandiaga menggunakan amunisi pelarangan alat tangkap cantrang yang diterbitkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Awalnya, kebijakan tersebut dibuat Susi untuk melindungi ekosistem laut. Namun nelayan mengeluh karena tangkapannya berkurang.
Isu itu mulai dimunculkan Sandiaga ketika ia mengunjungi Tempat Pelelangan Ikan Tegalsari, Tegal, Oktober tahun lalu. Sandiaga mengatakan akan mempermudah perizinan di sektor perikanan dan membolehkan penggunaan cantrang.
Sriyanto Saputro mengatakan isu cantrang efektif menggaet pemilih di kawasan pesisir. Berkat cantrang, Sudirman Said, yang diusung Gerindra, pada pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018 meraih suara hampir 60 persen di Brebes dan Tegal. “Kami mencatat keluhan para nelayan,” ujar Sriyanto.
Digempur isu cantrang di pantai utara Jawa, kubu Jokowi-Ma’ruf menerjunkan tim Cakra 19, yang beranggotakan para jenderal purnawirawan, untuk membilas tuduhan lawannya. Sekretaris Jenderal Cakra 19 Eko Wiratmoko menyebutkan timnya sudah menyisir kawasan pesisir utara Jawa dan mendata aspirasi nelayan.
Dari safari di pesisir utara itu, Eko mencatat bahwa nelayan ingin pemerintah mempermudah izin kapal dan menghapus pelarangan cantrang. Menurut Eko, permintaan nelayan langsung dia sampaikan ke pembina Cakra 19 yang juga Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Tak sampai sebulan, di hadapan nelayan Tegal, Luhut mengumumkan bahwa cantrang bisa digunakan saat melaut. “Tugas kami mencegah suara Jokowi tergerus di kandang sendiri,” ujar Eko.
Belakangan, tim kampanye Jokowi-Ma’ruf juga mewaspadai manuver Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga di Banyumas. Sebenarnya, pada 2014, Jokowi unggul dengan 63,91 persen. Pada pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018, Ganjar juga menang dengan 58,7 persen. “Namun di Banyumas sedang diembus-embuskan bahwa daerah itu tanah leluhur Prabowo,” kata Ganjar.
Sriyanto menyebutkan timnya memang sedang membangun narasi Banyumas sebagai tanah kelahiran nenek moyang Prabowo. Bertajuk “Prabowo Menyapa”, bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu rutin menyambangi Banyumas dan sekitarnya. “Beliau nyekar ke makam leluhur sambil bertemu dengan masyarakat untuk berbicara soal ekonomi,” tutur Sriyanto.
Mencegah narasi bahwa Banyumas kandang Prabowo, Ketua PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto menggelar Jambore Kader Komunitas Juang di Gedung Olahraga Satria Purwokerto, Banyumas, pada 10 Februari lalu. Ditemani anaknya, Puan Maharani, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri datang ke acara yang dihadiri 3.333 kader Komunitas Juang itu. “Kami merapatkan barisan di Banyumas,” ujar Bambang.
RAYMUNDUS RIKANG, STEFANUS PRAMONO, AHMAD RAFIQ (SOLO)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo