Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dari Krisis ke Krisis

27 Oktober 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1971
Bakrie & Brothers menjadi perseroan terbatas.

1986
Mengakuisisi Uniroyal Sumatera Plantation. Namanya diubah menjadi Bakrie Sumatera Plantation.

1989
Bakrie & Brothers masuk bursa. Mulai merambah sektor telekomunikasi.

1993
Unit usaha telekomunikasi mendapatkan lisensi tetap nirkabel. Meluncurkan stasiun televisi ANTV.

1997-1998
Krisis moneter menghantam Indonesia. Nilai tukar rupiah 17 ribu per dolar. Gara-gara itu, utang Bakrie & Brothers melar dari Rp 2,7 triliun menjadi Rp 9,7 triliun.

1999

Maret
Bank Nusa Nasional milik keluarga Bakrie terimbas krisis. Bank ini harus ikut program rekapitalisasi senilai Rp 3,6 triliun dan mendapat suntikan modal dari pemerintah. Keluarga Bakrie menyuntik Rp 700 miliar.

Desember
Bank Nusa Nasional ditutup. Keluarga Bakrie harus mengembalikan utang rekapitalisasi Rp 3 triliun ke negara. Keluarga Bakrie menyerahkan aset-asetnya ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional.

2000
Memulai program restrukturisasi utang dengan kreditor dalam dan luar negeri. Keluarga Bakrie menjual Bakrie Kasei.

2001

November
Kesepakatan restrukturisasi utang diteken lewat pola pengalihan utang jadi saham dan pembayaran utang dengan aset. Bakrie Sumatera dan Bakrie Electronic dijual. Saham keluarga di Bakrie & Brothers tinggal 2,92 persen. Bakrie melalui Bumi Recourses mengembangkan bisnis batu bara dengan mengakuisisi Arutmin US$ 185 juta dari BHP Billiton.

2003
Bumi Resources membeli Kaltim Prima Coal (KPC) US$ 500 juta dari Rio Tinto dan BP Plc.

2004
Mengambil alih kembali Bakrie Sumatera Plantation. Meluncurkan layanan tetap nirkabel bernama Esia.

2005
Menerbitkan saham baru (rights issue) Rp 1,9 triliun untuk merestrukturisasi utang perusahaan pipa, ekspansi telekomunikasi, dan akuisisi perkebunan.

2006

Februari
Menjual saham Bakrie Telecom ke publik.

Mei
Lumpur menyembur di Blok Brantas milik Lapindo, unit usaha Energi Mega Persada milik keluarga Bakrie.

Agustus
Bumi berencana melepas Arutmin dan KPC ke Renaissance Capital lewat PT Borneo Lumbung Energi, US$ 3,2 miliar (Rp 29 triliun). Tapi Renaissance Capital, milik pengusaha Malaysia, Samin Tan, mundur dan transaksi batal.

September
Energi Mega Persada melepas Kalila Energy Ltd. dan Pan Asia Enterprise Ltd. ke Lyte.

2007

April
Menurut Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, Lapindo Brantas harus membayar Rp 3,8 triliun kepada masyarakat Sidoarjo yang terkena dampak semburan lumpur.

Juni
Bumi menjual 30 persen saham KPC kepada Tata Group India senilai US$ 1,3 miliar (sekitar Rp 10 triliun). Dipakai untuk membayar utang sekitar US$ 900 juta.

2008

Januari
Bakrie and Brothers menerbitkan saham baru Rp 48,4 triliun. Dana itu untuk akuisisi internal 35 persen saham Bumi Resources, 40 persen saham Energi Persada, 40 persen saham Bakrieland Development dari keluarga Bakrie.

Juni-Agustus
Untuk mendapatkan pinjaman baru, Bakrie & Brothers menggadaikan 26,4 persen saham Bumi Resources, 31 persen saham Energi Mega Persada, 19,4 persen saham Bakrieland, Bakrie Plantations, dan Bakrie Telecom.

7 Oktober
Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham Bakrie & Brothers, Bakrieland, Bumi Resources, Energi Mega Persada, Bakrie Sumatera Plantations, dan Bakrie Telecom, karena harga saham ambruk 30 persen. Rumor gadai saham menjadi pemicunya.

12 Oktober
Saham kelompok Bakrie terus terjun bebas. Bakrie & Brothers kesulitan menebus saham unit usahanya yang digadaikan ke kreditor. Rasionalisasi dilakukan dengan menjual sebagian saham di anak-anak usahanya untuk menutup utang Bakrie & Brothers senilai US$ 1,2 miliar (sekitar Rp 11 triliun) yang terkait gadai saham itu.

13 Oktober
Keluarga Bakrie dikabarkan meminta bantuan para pengusaha dan investor untuk menutup utang triliunan rupiah. Beberapa investor, seperti Avenue Capital, Putera Sampoerna, Tomy Winata, dan Ancora, dikabarkan ditawari saham Bumi Resources. Konsorsium perusahaan negara Aneka Tambang, Bukit Asam, dan PT Timah dikabarkan juga akan ”membantu” membeli saham Bumi.

16 Oktober
Bakrie & Brothers menjual 15,3 persen saham Bakrieland kepada Avenue Luxembourg SARL senilai US$ 46 juta dan 5,6 persen saham Bakrie Sumatera kepada Longines Offshore melalui The Royal Bank of Scotland senilai US$ 10 juta. Saham Bakrie Telecom, Bakrie Sumatera, dan Bakrieland diperdagangkan lagi. Saham Bumi dan dua lainnya masih di-suspend.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus