Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dendam turunan mafioso

Mafia sicilia telah meninggalkan etika-etika dan terjun ke bisnis heroin. (sel)

4 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRANCESCO Librizzi, 48 tahun, pengusaha kaya raya dari Sisilia Selatan, melangkah ke luar dari pintu gerbang penjara pusat Palermo. Ia segera disambut sahabatnya, Gaetano Di Bilio. Keduanya bersuka cita hari itu. Setelah paginya, hakim pengadilan setempat membebaskan mereka dari tuduhan terlibat perkara penyelundupan dan penyebaran heroin. Polisi di Desa Raffadali, tempat kediaman Librizzi, dalam laporannya menyebut laki-laki baya itu sebagai "pemimpin Mafia yang berpengaruh," di samping menjadi anggota jaringan penyebaran obat terlarang di kawasan itu. Tetapi semuanya sulit dibuktikan. Tidak seorang pun penduduk Raffadali bersedia menjadi saksi yang memberatkan terdakwa. Hakim akhirnya tidak punya pilihan lain, kecuali membebaskan Librizzi, juga Bilio, dari segala tuduhan. Berada kembali di luar penjara, Librizzi tampak riang. Bersama teman dan seorang kemanakan, ia, mengendarai kereta kuda, langsung menuju Kota Palermo. Tapi suka cita Librizzi itu hanya berlangsung sepuluh menit. Di tengah keramaian kendaraan bermotor dan para pejalan kaki, dua anak muda menembakkan pistolnya, kaliber 38, ke arah kereta kuda yang ditumpangi gembong Mafia tersebut. Setelah itu keduanya lalu melompat ke mobil yang sudah menanti, dan menghilang dalam keramaian lalu lintas. Librizzi, luka parah, tersungkur ke lantai kereta dalam keadaan sekarat. Temannya, cuma cedera berat, terjungkal di sampingnya. Sang keponakan sehat walafiat. Karena begitu peluru pertama berdentam ia langsung melompat turun. Ia kabur, dan sejak itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Ketika kedua mobil polisi datang sambil meraung tak henti-hentinya, Librizzi sudah tak bernyawa. Dan tak seorang pun saksi mata membantu polisi mengenali para pembunuh. Sunday Times Magazine, terbitan 1 Mei, menyajikan cerita, lengkap dengan foto-foto, pembantaian yang dilakukan Mafia Sisilia: dua pembunuhan dalam satu minggu selama tiga tahun terakhir. Tulisan dan potret perang gang di Sisilia adalah karya Tana de Zulueta dan Letizia Battaglia. Mengenai pembunuhan Librizzi, pihak polisi reskrim hanya yakin satu hal: gembong dunia hitam dari Palermo itu adalah korban Perang Mafia di Sisilia -- di mana sesama gang bertempur hidup mati untuk menguasai perdagangan heroin. Pembunuhan Librizzi itu dimaksudkan untuk meniadakan tantangan, dan juga untuk menakut-nakuti pengikutnya. Dulu, ketika Mafia Sisilia masih terikat kuat kepada nilai-nilai kehormatan, kesetiaan, dan keluarga rakyat dengan sukarela mematuhi ketentuan "pajak" yang mereka keluarkan. Tapi kini kepatuhan itu didorong oleh rasa takut. Apalagi para mafioso, julukan untuk anggota Mafia, yang dulu didongengkan sebagai berpantang membunuh wanita, kini sudah main hantam kromo. "Jumlah pembunuhan meningkat karena memburu uang," tulis Tana de Zulueta. Demi memburu uang pula, selama 10 tahun terakhir Mafia Sisilia telah meninggalkan etika-etika dan menjadi pedagang heroin terbesar di dunia. Daerah pemasaran utama mereka adalah Amerika. Dan yang menjadi penyalur adalah keluarga Sisila yang mukim di negeri Paman Sam itu. "Dengan terjunnya Mafia ke bisnis obat bius, berarti mereka telah mengubah dirinya sendiri," tulis Zulueta. Selama ini cara-cara mereka beroperasi tidak pernah begitu brutal dan selalu menjauhi heroin. Perubahan dalam tubuh Mafia Sisilia bermula dengan usainya Perang Dunia II. Mereka yang dulu tinggal di daerah pertanian sembari mengutip pajak dari tuan tanah, turun dari bukit-bukit menuju kota seiring ledakan pembangunan. Dan tetap berkuasa. Di kota, mereka ikut campur tangan ke segala macam soal dan urusan. Dari mengelola pasar ikan lokal, penyelundupan rokok, pemerasan, dan penculikan -- akhir-akhir ini juga bisnis obat bius. Permainan para mafioso memang hebat. Mereka bisa membuat perbatasan AS begitu mudahnya ditembus para penyelundup dari Sisilia. Semua itu berlangsung pada 1960-an, ketika jaringan pengedar heroin French Connection, sedang jaya-jayanya dan sewaktu para bandit Marseilles masih leluasa menyuling heroin di AS. Tapi sepandai-pandai penjahat Sisilia menyimpan heroin, sesekali kecium polisi juga. Begitulah, pada bulan Agustus 1980, kepolisian Italia, berkat bantuan hakim Marseilles, Pierre Michel, berhasil menggerebek dua kilang penyulingan heroin baru di peluaran Palermo. Diperkirakan setiap kilang mampu menyuling 50 kg heroin murni per minggu. Pengelola kedua kilang heroin itu adalah seorang ahli kimia Prancis, Andre Bousquet, yang menyewanya dari sindikat Mafia Sisilia. Untuk mengelabui pemerintah Italia, Bousquet seolah-olah sedang berlibur di sana bersama istri dan anak-anaknya. Taktik itu ketahuan oleh polisi. Bousquet ditangkap bersama para pembantunya tanpa sempat mengganti pakaian pantainya. Ia ditahan di penjara terkenal, I'Ucciardone. Bagi polisi Palermo, kakap terbesar yang pernah mereka jaring adalah Godfather Sisilia, Gerlando Alberti. Tokoh ini ditangkap di kawasan kilang penyulingan juga. Begitu pentingnya Alberti di mata polisi, ketika pengadilan terhadapnya dilangsungkan Desember kemarin, ia sampai ditempatkan di ruang yang jendelanya tahan peluru. Untuk pembongkaran kegiatan penyulingan heroin di Palermo itu, Hakim Michel telah menebusnya dengan nyawa sendiri. Persekutuan bandit Italia-Prancis telah memberondongnya, dan mati seketika, di Marseilles, setahun kemudian. Dengan tertangkapnya Alberti, polisi Italia berhasil menyingkap jaringan perdagangan obat bius yang terentang antara Sisilia dan Milan dan Trento. Mereka itu mangkal di hotelhotel pilihan di sekitar stasiun pusat Milan -- tempat Alberti dan anak buahnya biasa bertemu dalam membicarakan bisnis mereka. Sebelum penggerebekan pada pertengahan 1980, orang-orang Sisilia sudah sempat menikmati masa gemilang perdagangan heroin. Empat penyulingan yang digerebek polisi di Palermo pernah menghasilkan sekitar œ 400 juta per tahun bagi keluarga Mafia. Menurut Bousquet kepada pemeriksanya di Marseilles bahwa sedikitnya ada 20 kilang penyulingan heroin beroperasi di Sisilia. Tak cuma soal jaringan yang terungkap. Juga nama tokoh-tokoh bawah tanah. Dan hasilnya, pihak penegak hukum berjaya menyeret sejumlah mafioso lainnya ke meja hijau. Pada 1980 itu juga disiapkan surat perintah penangkapan terhadap lima anggota keluarga Mafia di AS termasuk gembong Mafia New York, Carlo Gambino yang punya jalur operasi antara Sisilia dan AS. Kecurigaan terhadap Gambino bermula pada 1978 -- ketika anggota polisi Boris Giuliano menyita sebuah koper kecil, yang tidak di kenal pemiliknya, di tempat pengambilan barang bandar udara Palermo. Di dalamnya ditemukan segepok uang kertas baru senilai US$600 ribu yang dibungkus rapi dalam celemek yang biasa dipakai tukang masak pizza. FBI segera mengidentifikasikan bahwa restoran-restoran pizza umumnya dikuasai oleh keluarga Gambino. Dua titipan heroin yang disita di lapangan terbang Kennedy, New York, selang beberapa waktu kemudian, mengukuhkan kecurigaan para pelacak narkotika bahwa obat bius itu disuling di Pulau Sisilia. Dan dipesan oleh sindikat Gambino. Tapi sebelum pelakunya ketahuan, Mafia sudah bergerak cepat. Juli 1978, Giuliano, orang yang pertama kali membongkar jaringan, dibunuh ketika sedang memesan kopi di sebuah bar. Sejak itu pelacakan berlangsung lamban. Tapi tidak mandek. Setahun kemudian, pihak kepolisian meminta Hakim Gaetano Costa, 64 tahun, untuk meneken 33 surat perintah penangkapan tehadap orang-orang Mafia. Belum sempat perintah itu dijalankan, esoknya, ketika Costa melenggang di jalan utama Palermo, seorang anak muda menembaknya dengan pistol kaliber 38 dalam jarak dekat. Sang hakim mati di tempat. Tak heran bila kini Hakim Giovanni Falcone, 35 tahun, pengganti Costa, menjadi orang yang paling dilindungi keselamatannya di Sisilia. Ke mana pun ia pergi, selalu menggunakan mobil tahan peluru yang diapit dua mobil pengawal. Jika Falcone ingin makan malam sejumlah tukang pukul menyertainya duduk di sebuah meja di dekatnya. Apabila orang gagah itu berenang di Mondello, kawasan wisata Palermo empat perwira polisi berbaris di teras di sepanjang pantai. Di dalam pelukan mereka ada senapan mesin, yang siap meledak kapan diperlukan. Pengawalan ketat itu dimaksudkan untuk menyelamatkan nyawanya dari balas dendam mafioso. Tapi semua itu tidak menahan bandit-bandit Mafia untuk menjajalnya. Paling tidak untuk menakut-nakuti para pengawal dan jaksa. Begitulah, sehari sebelum pengadilan terhadap seorang anggota Mafia berlangsung, November kemarin, seorang jago tembak mereka memberondong polisi dan anggota paswal Falcone. Falcone ternyata tak kecut lantaran itu. Ia maju terus tanpa bantuan para saksi setempat. "Untuk mengganyang Mafia, kita harus tahu jalan pikiran mereka. Harus tahu bisnis apa yang ditanganinya. Harus tahu bagaimana para manajernya menjalankan usaha. Dan untuk menggulungnya, harus tahu tentang asset dan passiva-nya," kata Falcone. Asset bisnis istimewa ini meningkat 30% dari jumlah heroin yang diserap AS -- pasar terbesarnya di seluruh dunia. Dan berkat jaringan Gambino, 80% heroin Sisilia berhasil didaratkan dan disebarkan di New York. Karena tiadanya saksi, atau yang bersedia tampil sebagai saksi, Falcone mencoba menjaringnya melalui pemeriksaan rekening bank untuk melacak dollar yang mengalir ke Sisilia. "Pernyataan bank adalah saksi kami," ujar Rocco Chinici, atasan Falcone. Berkat pelacakan lewat bank itu, sedikitnya lima kepala keluarga Mafia berhasil diseret ke pengadiian. Dan keluarga Inzerillo, saudara sepupu Gambino di Sisilia, telah diganyang habis. Termasuk kepala keluarga mereka, Antonio, Inzerillo -- yang lebih dikenal sebagai Toto. Toto Inzerillo, yang mengendarai mobil Alfetta kebal peluru, ditembak dengan senapan mesin, oleh penembak gelap dari sebuah van yang sedang diparkir, ketika baru melangkah dari mobilnya untuk memeriksa lokasi bangunan keluarga. Yang membuat keluarga Mafia lain iri terhadap keluarga Inzerillo adalah sukses Toto sebagai penyalur perlengkapan penyehatan (sanitasi) dan bahan bangunan. Omset usahanya menurut dokumen pemeriksaan, meliputi ratusan juta pound. Dengan prospek penghasilan melimpah ruah demikian, tak heran jika Mafia Sisilia kalap dan mengamuk. Ikut pula dihabisi adalah saudara laki-laki Toto di New York. Ia dikirim pulang ke Palermo dalam keranda yang dipaku mati. Polisi Palermo kini membagi Mafia dalam kelompok yang menang dan yang kalah," tutur Tana de Zulueta. Semua terdakwa, jumlahnya 75 orang, dalam perkara Gambino-Inzerillo-Spatola adalah di pihak yang kalah. Akibatnya, para pemeriksa, juga terdakwa, harus memperoleh perlindungan, kalau tidak mereka bisa mati konyol. Itulah makanya pengacara, kenalan, kerabat, dan khalayak harus melalui metal detector sebelum diizinkan masuk ke ruang sidang. Jenderal Carlo Alberto Dalla Chiesa menganggap dirinya tahu benar tentang Mafia. Ayahnya, bertugas dalam Mori yang berpengaruh dan bertangan besi, dikirim oleh Mussolini ke Sisilia untuk menghancurkan para gang. Chiesa sendiri kemudian memimpin carabinieri, polisi Italia, di Palermo. Karena itu ia diincar para mafioso. Suatu hari pada musim semi 1982, ia pergi makan bersama istrinya ke sebuah restoran di Palermo. Keluar dari restoran, seorang laki-laki yang membonceng pada sepeda motor memuntahkan peluru Kalashnikov ke arah mereka. Kedua suami istri itu mati di tempat. Penembakan Chiesa telah membuat politisi Italia bangun dari tidurnya. Mereka, sekalipun dengan takut-takut, mulai menyerang kaum vested interest di Sisilia. Peraturan dan hukum baru yang dengan sia-sia dituntut almarhum Jenderal Chiesa selama berbulan-bulan, kini diberlakukan dalam waktu seminggu. Inilah yang memberi kekuasaan kepada polisi untuk menyadap telepon, juga kewenangan untuk menyibak rahasia bank dan menjaring rekening anggota Mafia dan keluarganya. "Keluarga" senantiasa unit terpenting operasi Mafia. Di antara hal yang sempat disingkap polisi dari rekaman pembicaraan telepon "ibu-ibu" Mafia terdapat kata-kata yang seolah-olah tak ada hubungannya dengan dunia kejahatan. Misalnya: "masakan", "rebusan", dan "dapur". Kata-kata ini sesungguhnya kata-kata sandi -- yang berkaitan dengan kegiatan penyulingan heroin di Palermo. Cara bekerja Mafia pun sudah modern. Persekutuan besar Gambino-Inzerillo-Spatola dikelola seperti sebuah perusahaan multinasional. Ada hubungan teleks, yang berisi perintah dan laporan, antara kantor di New York dan Milan. Ada perjalanan eksekutif dengan pesawat Concorde. Ada investasi, di bidang restoran, di dunia olah raga ski, sampai perkebunan besardi Brasil. Para manajer yang mengelola jaringan berskala dunia itu terdiri dari orang dengan berbagai kemampuan berbahasa. Namun berbeda dengan perusahaan biasa, hubungan mereka lebih dari sekadar hubungan dagang atau jenjang kepegawaian. Setiap anggota, lebih-lebih pimpinan kelompok, harus memiliki hubungan kekeluargaan, baik dekat atau jauh. Jika mungkin, rekrutan baru dipererat dengan tali perkawinan. Mafia hanya percaya pada hubungan darah. Sejauh ini hubungan antar orang-orang Sisilia memang diikat oleh hubungan darah. Dan dengan prinsip omerta (gerakan tutup mulut) mereka melindungi usaha perdagangan heroin. "Kesulitan mereka adalah," kata seorang yang pernah menjadi hakim di Palermo, "mereka begitu cepatnya berkembang sehingga tidak lagi memiliki orang yang dapat dipercaya penuh untuk mengelola seluruh jaringan usaha." Akibatnya, jaringan mereka menjadi lebih mudah ditembus. Kongsi mereka juga, Ricardo Cozzolino, yang pertama memberikan informasi kepada Lembaga Anti Narkotika AS (DEA) tentang aktivitas jaringan obat bius Sisilia-Brooklyn. Dan seorang kurir Belgia, Eric Charlier, yang memberikan perincian lengkap tentang harga dan transaksi obat bius antara Eropa, AS, dan Timur Tengah. Palermo, di luar soal kekerasan terhitung kota makmur. Toko-toko yang berbaris di Viale della Liberta dapat bersaing dengan yang ada di Roma dan Milan. Pengunjung akan terkesan pada jumlah bar mewah, dan mobil yang besar-besar. Dan ketika resesi ekonomi menghantui seluruh negeri Italia, Palermo masih saja menikmati ledakan pembangunan. Mafia, tampaknya, lebih menyenangi bank kecil lokal ketimbang bank berskala nasional. Tak heran, sementara bank gedean mengalami stagnasi, bank kecil justru mengalami kenaikan putaran dari 300 sampai 400%. Tidak heran bila Trapani, kota kecil di Sisilia Barat, yang berpenduduk hanya 70 ribu, mendirikan satu bank baru lagi. Sementara di Milan, kota dagang utama Italia, tidak mengalami tambahan bank. Meski tampak makmur, Palermo ternyata juga menyimpan kaum penganggur muda. Tercatat 25 ribu anak muda, yang tanpa pengalaman, mencari pekerjaan. Hanya 22 dari tiap 100 penduduk Kota Palermo memiliki pekerjaan. Pendeta Ennio Pintacuda, yang mengelola pusat kegiatan sosial bagi kaum muda Palermo, mengecam meningkatnya tindak kejahatan Mafia. Tahun lalu, gereja Sisilia, dalam pesannya yang dibuatkan oleh uskup setempat, mengingatkan para mafioso bahwa pembunuhan dan Mafia telah menempatkan anggota-anggotanya di luar gereja. Romo Pintacuda menyiarkan seluruh khotbah anti-Mafia di stasiun radio lokal yang dikelolanya. "Dan," kata Pintacuda, "kita harus ingat bahwa Mafia menyediakan lapangan kerja. Sebelum Mafia dicabut sampai ke akar-akarnya, seseorang harus menyediakan lapangan kerja bagi rakyat kita. Karena kemiskinan dan pengangguran adalah akar sosial Mafia." Sementara itu kekerasan tampak makin membudaya di Sisilia. Bahkan anak-anak pun sudah menganggapnya sebagai kejadian rutin hari-hari. Bagi mereka, menirukan cara-cara yang dilakuan polisi untuk menandai lokasi seseorang yang terbunuh sudah menjadi mainan yang mengasyikkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus