Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Derita Juragan

Berliana, 51, warga jl. kertajaya ii, surabaya diarak massa dengan gerobak bersama 33 anjing piaraannya. gara-gara para tetangga merasa terganggu dengan lo longan anjing dan bau kotoran yang kelewat.

16 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOLEH sayang anjing. Tapi kalau tetangga malah pusing, wah, keadaannya tentu runcing. Maka, tak terelakkan lagi, Dra. Berliana, 51 tahun, pun terpaksa menggelinding. Wanita lajang ini, penduduk Jalan Kertajaya II, Surabaya, bahkan "diarak" ke luar kampung bersama 33 anjingnya pada suatu tengah malam, akhir Mei lalu. Bekas dosen IKIP Negeri Surabaya ini sudah sepuluh tahun tinggal di sana, di sebuah rumah kontrak. Dan selama itu dia nyaris tak menjadi perhatian para jiran. Tapi sekitar empat tahun silam Berliana memelihara anjing. Jumlahnya sampai 50 ekor. Anjing banyak, jika menyalak bukan hanya membuat telinga pekak, bahkan kata seorang tetangganya, "Akibat lolongannya, kami tak bisa tidur." Selain itu, bau kotoran yang kelewat semerbak. Mereka minta Berliana memindahkan anjingnya. "Kalau cuma satu dua ekor, tak apalah," kata mereka. Namun, sang juragan keberatan. "Saya tak bisa dipisahkan dengan anjing-anjing itu," kata Berliana. Cintanya kepada para anjing itu begitu menggebu, sampai gajinya juga ia relakan jadi jatah piaraannya itu. Malah, sejak punya anjing, ia tak memperhatikan hidupnya. "Dia tidur telanjang bersama anjingnya," kata penduduk. Dia seakan menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Bahkan sewaktu masih menjadi dosen ia tak mau memberikan nilai jelek pada mahasiswanya. "Karena memberi nilai baik dianggap beramal," kata sumber TEMPO. Itulah sebabnya maka statusnya diturunkan menjadi staf biasa di IKIP Surabaya. Kembali pada soal piarannya, masyarakat sepakat ramai-ramai menggusur anjing itu ke kavling Berliana di daerah Dukuh Kupang. Cuma ada kesulitan. "Para sopir tak mau mengangkut anjing," kata Bandi, 46 tahun, Ketua RT, kepada Zed Abidien dari TEMPO. Meski mobil tak ada, rencana gerakan massa itu tak tertunda karena ada gerobak sampah penggantinya. Tepat di Hari-H moncong gerobak dihadangkan di muka pintu rumah Beliana. Lalu sejumlah anak muda masuk ke pekarangan untuk menggiring anjing. Ada 33 ekor semua, dan tak satu pun yang mau naik gerobak, kecuali mendekam di kaki Berliana. Baru setelah juragannya masuk di gerobak, anjing-anjing itu ikut masuk. Dan entah siapa yang memberi komando, gerobak itu langsung didorong ke jalan raya. Sementara itu, malam makin larut. Tapi arak-arakan ini memancing ribut. "Soalnya, Berliana menjerit minta mobil," kata saksi mata. Gerobak lalu dibelokkan ke Jalan Flores. Keriuhan kian menjadi-jadi ketika gerobak terguling. Nona Berliana bersama anjingnya tumpah, kucar-kacir, sampai sejumlah anjing ngacir ditelan malam. Penduduk di sekitar lokasi kemudian memberi tahu polisi. Mobil patroli dari Polsek Gubeng datang. Berliana beserta sembilan ekor sisa anjingnya langsung diamankan. Ibu-ibu PKK di lingkungan Kertajaya banyak yang menjenguk Berliana di kantor PoIsek. "Saya tidak merasa sakit hati," kata wanita yang sudi menderita demi anjing ini. Ia berharap dalam waktu dekat memperoleh tempat baru untuk piaraannya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus