NANI dan Herman akhir Desember lalu memasuki sebuah losmen di Kota Solo. Nani, ibu satu anak ini, ingin menangkap basah suaminya, yang katanya sering membawa gadis ke hotel itu. Agar tak dicurigai petugas hotel, Nani mengajak tetangganya, Herman, berpura-pura kencan. Keduanya menyewa kamar di hotel itu, agar penyamarannya lebih komplet. Celakanya, si Herman menjadi lain setelah di kamar berduaan. Ia justru berusaha menjamah Nani dan ingin berbuat serong. Nani menolak. "Mas Herman, kamu itu saya ajak kemari untuk menangkap suami saya," kata Nani. Dasar ngebet, Herman bagai serigala lapar. Tapi Nani bisa melawan. Terjadi perang sesaat. Lalu Nani bisa membuka pintu dan berlari ke luar kamar. Di luar kamar Nani tertangkap tangan lelaki. Bukan tangan Herman, tetapi tangan Sarto. "Bangsat kamu, sejak tadi kamu sudah saya kuntit," teriak Sarto. "Kamu juga asem. Aku sudah lama menguntit kamu," teriak Nani takkalah garang. Ketika Sarto menarik tangan Nani ke tempat parkir sepeda motor, perempuan itu mau saja. Cuma masih ngomel. Sarto kemudian menghidupkan sepeda motornya, Nani duduk di boncengan. Sepeda motor kabur. Tapi keduanya tetap omel-mengomeli. Sarto dan Nani memang suami-istri yang sah. Cerita Nani kemudian, di atas sepeda motor yang melaju itu ia masih sempat memarahi suaminya. "Kamu suka menyeleweng," kata Nani. "Kamu yang berbuat serong," teriak Sarto. Karena saling serang dan saling tuduh serong, motor pun betul-betul melaju serong. Byur... sepeda motor kecebur ke Kali Pepe. Beberapa penduduk yang hendak menolong pada bengong. Bukan orang kesakitan yang ditemui, eh, orang bertengkar. Nani dan Sarto tetap bertengkar dari darat sampai ke air. Bahkan dalam keadaan sama-sama basah kuyup dan ditonton banyak orang, Sarto menempeleng istrinya. Nani pun ikut mencakar. Nah, sampai di sini penonton pun mendamaikan perang ini. Keduanya lalu dibawa ke kantor Lurah Kestalan. Pak Lurah, Soedjono, setelah mengusut latar belakang peperangan itu, akhirnya memberi nasihat panjang lebar. Setelah itu keduanya diperbolehkan pulang. Lantas kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO, Nani pun bercerita seperti di atas. Tambahannya, "Wah, saya dongkol sekali," kata Nani. Ia, katanya, sudah lama curiga kepada suaminya. Suka pulang subuhlah, bau parfumlah, gaji tak utuhlah. Lalu, ia mencari informasi di mana suaminya suka "jajan". Dan bagai dalam film-film detektif ia ingin menangkap basah suaminya sendiri. "Saya ingin melabraknya di losmen," kata Nani. Rupanya, detektif wanita dari Sukoharjo ini kalah lihai. Suaminya justru lebih dulu mencium bahwa Nani pergi dengan lelaki lain. Sarto pun ingin menjebak ... dan terjadilah semua itu. Tapi sudahlah. Toh Nani selamat dari cengkeraman Herman. Yang penting, Nani dan Sarto sudah rukun, dan tak pula menaruh sakit hati pada Herman, misalnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini