Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamis, 3 Agustus
Naskah laporan Presiden RI tentang pelaksanaan ketetapan MPR rampung. Tim penyusun: Susilo Bambang Yudhoyono (koordinator), Sekretaris Kabinet Marsillam Simanjuntak, Erna Witoelar, Jaksa Agung Marzuki Darusman, Ryaas Rasyid, Menteri Eksplorasi Kelautan Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, dan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Yusril Ihza Mahendra. Wapres Megawati terlibat dalam proses penyusunannya.
Sabtu, 5 Agustus
Tiba-tiba Presiden Abdurrahman membatalkan keputusannya: laporan tahunan bukan dibaca oleh Mega, melainkan Marsillam. Dua jam kemudian, Gus Dur berubah pikiran lagi, tapi Mega menolak. Ryaas membujuknya, tapi sia-sia.
Minggu, 6 Agustus
Gus Dur memperoleh bocoran naskah pemandangan umum fraksi-fraksi yang siap ”memban-tainya”. Ia kembali meminta Mega membacakan laporan. Giliran Erna Witoelar yang membujuk Mega. Lagi-lagi tak berhasil.
Senin, 7 Agustus
Sidang tahunan MPR dimulai. Presiden menyampaikan pidato Laporan Pelaksanaan Tap MPR. Malamnya, ia dan Wakil Ketua DPR dari PPP Tosari Wijaya membicarakan perihal keterlibatan fungsionaris PPP dalam kabinet.
Selasa, 8 Agustus
Dalam acara Pemandangan Umum, enam fraksi—PDI-P, Golkar, PPP, Reformasi, PBB, dan PDU—mendesak Presiden menyerahkan tugas sehari-hari pemerintahan kepada Wapres.
Tim Sebelas, yakni Bambang Yudhoyono, Alwi, Erna, Marzuki, Marsillam, Yusril, Sekretaris Negara Djohan Effendi, Menteri Keuangan Bambang Sudibyo, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (ad interim) Surjadi Soedirja, dan Sekretaris Dewan Ekonomi Nasional Sri Mulyani, lalu menyusun naskah jawaban Presiden. Usai sesi Pemandangan Umum, pada pukul 23.30, Gus Dur kembali ke kamarnya, nomor 1280, Hotel Jakarta Hilton. Tim sebelas dikumpulkan. Selama 30 menit, Gus Dur memberi pengarahan tentang jawaban Presiden, termasuk mencantumkan penugasan kepada Wapres untuk memimpin kabinet sehari-hari.
Rabu, 9 Agustus
Pagi, melalui perantara Alwi Shihab, Gus Dur bertemu Ketua Fraksi PPP MPR, Faisal Baasir. Ia menawarkan dua kursi kabinet untuk PPP.
Pukul 10.00, Ketua MPR RI Amien Rais menemui Megawati di kedia-man Wapres, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Selain soal perombakan kabinet, ia menanya-kan kesediaan Mega mengganti-kan Presiden Abdurrahman jika laporannya ditolak majelis.
Siang, Mega mengikuti rapat kabinet di lantai 12 Hotel Hilton. Di hotel ini pula, ia sekali lagi bertemu Amien. Setelah itu, Mega juga berbicara dengan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung untuk persoalan yang sama.
Pukul 16.00, di kamarnya di Hilton, Gus Dur bertemu Mega-wati, Ketua Fraksi PDI-P di MPR Sophan Sophiaan, dan Ketua DPP PDI-P Theo Sjafei. Saat itu, Theo dan Sophan berdebat sengit. Theo mendesak pemisahan tugas kepala negara dan kepala pemerintahan. Sophan menentangnya.
Pukul 19.30, Presiden menyampaikan jawaban atas pemandangan umum fraksi.
Pukul 22.00, selama satu setengah jam, di kamar Megawati, nomor 1279, Hotel Hilton, Gus Dur berbicara dengan Wapres tentang perombakan kabinet dan penempatan Yudhoyono sebagai menteri pertama. Mega berkeberatan, tapi ia cuma bilang, ”Terserah Mas Dur saja.” Saat itu, keputusan presiden tentang peran wapres juga dibicarakan.
Kamis, 10 Agustus
Gus Dur berkunjung ke Bandung dan Banjarmasin. Di Bandung, Gus Dur menyatakan menolak rencana pembuatan tap MPR tersendiri tentang pembagian tugas presiden dan wapres.
Pukul 14.00, Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri Kwik Kian Gie mengundurkan diri.
Dua jam setelah tiba kembali di Jakarta pada pukul 18.00, Gus Dur bertemu Rizal Ramli di Jalan Irian Nomor 7, Jakarta Pusat. Selain mendiskusikan susunan kabinet dan pengunduran diri Kwik, Gus Dur menanyakan kesiapan Rizal untuk ”menerima tugas yang lebih berat”.
Pukul 22.00, di Hotel Hilton, Gus Dur menerima Kwik, yang melaporkan pengunduran dirinya.
Jumat, 11 Agustus
Pada penutupan Rakornas Nahdlatul Ulama di Jakarta, Gus Dur menyatakan Mega akan dibantu seorang menko. Menurut sejumlah sumber, pos ini akan diisi Yudhoyono.
Pukul 20.00, di Jalan Irian No. 7, Gus Dur kembali merancang susunan kabinetnya bersama orang-orang kepercayaannya. Draf ini akan dibawa Gus Dur untuk didiskusikan bersama Mega.
Sementara itu, rencana Mega mengundang ketua-ketua partai untuk membicarakan pembentukan kabinet batal.
Karaniya D., Adi Prasetya, A. Karina Anom, Rommy F.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo