Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Di Bawah Bayangan La Nyalla

10 Agustus 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Belasan pemuda berkumpul di rumah jembar bercat loreng jingga di Jalan Dharma Husada Indah Utara, Surabaya. Ada yang berombong menyeruput kopi di teras rumah. Sebagian lain, mengenakan seragam organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila, mengawasi setiap tamu. "Tidak ada, saya tidak tahu ke mana," kata seorang penjaga ketika Tempo menanyakan pemilik rumah, Haries Purwoko, pada Kamis pekan lalu.

Haries Purwoko, Ketua Pemuda Pancasila Surabaya, menghilang menjelang penutupan pendaftaran calon Wali Kota Surabaya, Senin pekan lalu. Haries dipasangkan sebagai calon wakil Dhimam Abror, menggunakan perahu koalisi Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional. Pendaftaran mereka sempat memunculkan harapan pemilihan bisa dilakukan pada Desember, serentak dengan 260-an daerah lain. Mereka akan melengkapi satu-satunya pasangan yang telah mendaftar, yakni Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana dari PDI Perjuangan.

Kenyataannya, Haries tak ketahuan keberadaannya segera setelah tiba di kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah Surabaya. Setelah satu jam lebih, Abror baru mengetahui Haries meninggalkan gelanggang: membatalkan secara sepihak pencalonannya. Pemilihan pun terancam gagal karena hanya ada satu pasangan calon di Surabaya. Haries segera menjadi pusat pemberitaan.

Karier politik Ketua Umum Persatuan Pengusaha Periklanan Indonesia Jawa Timur ini seolah-olah menjadi bayangan Ketua Pemuda Pancasila Jawa Timur La Nyalla Mattalitti. Ia antara lain aktif dalam La Nyalla Academia, yang didirikan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia itu. Hubungannya dengan Gubernur Jawa Timur pun mengikuti sikap politik patronnya itu.

Pada 2008, La Nyalla mendukung pasangan Khofifah Indar Parawansa-Mujiono, melawan Soekarwo-Saifullah Yusuf. Haries mengambil langkah serupa. Lima tahun kemudian, La Nyalla berbalik mendukung Soekarwo-Saifullah untuk melawan Khofifah-Herman Surjadi Sumawiredja. Haries pun membantu La Nyalla berkampanye untuk Soekarwo.

La Nyalla memasang aneka atribut kampanye untuk pasangan yang diberi akronim Karsa itu di seluruh pelosok Jawa Timur. Ia memasang iklan di media massa, menggelar aneka pertemuan dengan dunia usaha, sampai mengatur pertemuan Soekarwo dengan tokoh-tokoh Madura. "Yang penting Karsa menang, dan akan bermanfaat bagi dunia usaha," ujar La Nyalla setelah kemenangan pasangan itu.

Di kepengurusan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Jawa Timur, La Nyalla juga mengajak Haries sebagai salah satu wakil ketua umum. La Nyalla mengakui Haries anak buahnya. Namun ia menolak dikaitkan dengan kisruh politik Surabaya. "Saya mengurusi PSSI saja pusing, kok, ikut politik segala," kata La Nyalla. Dia naik pitam saat disebut sebagai dalang pengunduran diri Haries. "Saya enggak ikut-ikut," katanya.

Haries mengatakan penetapannya sebagai calon Wakil Wali Kota Surabaya berlangsung kilat. Dia mengaku ditawari Dhimam Abror dan setuju mencalonkan diri pada Kamis dua pekan lalu. Namun dia mengatakan tak ikut mengurus aneka persyaratan yang, menurut dia, sudah dibereskan Abror. Ia mengatakan sudah diwanti-wanti istri, ibu, dan mertuanya tentang kemungkinan disebut sebagai calon boneka. "Konotasinya boneka pasti bisa diatur dan dibeli," kata Haries.

Haries mengatakan marah ketika di gedung KPUD ada seseorang nyeletuk, "Nah, ini bonekanya datang." Ia mengaku tak langsung bereaksi dan duduk menunggu proses pendaftaran berdampingan dengan Abror. Ketika itu, Wakil Ketua DPRD Surabaya dari Partai Demokrat, Ratih Retnowati, menyorongkan telepon seluler kepadanya. Sejurus kemudian, dia bergegas ke luar gedung. Sejak itulah Haries tak diketahui rimbanya. Kepada media, Haries beralasan telepon ibu dan mertuanyalah yang membuatnya kabur.

I Wayan Agus Purnomo (Jakarta), Avit Hidayat, Artika Rachmi Farmita (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus