Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WHO belum menerbitkan rekapitulasi kasus flu burung di dunia selama 2006. Namun, sejak akhir November, posisi Indonesia di puncak peringkat sukar disalip. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mewanti-wanti, Indonesia bisa menjadi tempat pertama ledakan pandemi virus ini.
Pandemi terjadi ketika flu burung menyebar semudah flu biasa, cukup melalui bersin atau batuk. Jika ini terjadi, 30 persen—kira-kira 66 juta jiwa—penduduk Indonesia bakal terinfeksi. Sekitar 3,3 juta di antaranya tak tertolong. Rumah-rumah sakit bakal kekurangan ranjang karena harus merawat 16,5 juta pasien pada waktu yang nyaris bersamaan.
Ancaman pandemi bukan tak bisa ditangkis. Vietnam tahun lalu menjadi pemegang rekor serangan virus ini pada manusia dengan 61 kasus. Tahun ini tak satu pun warganya yang terinfeksi virus mematikan itu. Tetangga lainnya, Thailand, juga berhasil menekan kasusnya (lihat infografik).
Kegagalan Indonesia meredam amuk flu burung, menurut Bank Dunia, akibat jurus pemerintah yang kurang jitu. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menolak tudingan ini. Dia berkilah, penanganan flu burung di Indonesia lebih sukar dibanding negara lain karena jumlah penduduk yang besar. Sudah begitu, wilayah Indonesia berpulau-pulau.
Tapi pemerintah bahkan gagal mengampanyekan tindakan preventif kepada warga. Adang, warga Cinunuk, Bandung, tidak curiga ketika ayam-ayamnya mati mendadak. Ia baru mengetahui ada penyakit yang bernama flu burung setelah kedua keponakannya sakit payah dan terlambat ditolong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo