Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Di Tengah Kultur Patriarki Partai

TITI Anggraini, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi, mengenal Firliana Purwanti sebagai figur yang progresif sejak masa kuliah.

9 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Firliana (kanan) saat sosialisasi calon legislatif di Sintang, Kalimantan Barat, Februari lalu. Dok. Pri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dia pro-keadilan gender dan isu-isu kemanusiaan lain,” kata Titi, yang pernah menjadi adik angkatan Firliana di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Di bidang politik, Titi mengatakan, Firliana merupakan pendukung utama tingkat keterwakilan perempuan sebesar 30 persen di parlemen. Ini dibuktikannya dengan melatih para calon legislator Partai Demokrat dengan muatan keterwakilan perempuan dalam materi pelatihannya sejak 2014. “Lebih dari 35 persen calon legislator Demokrat sekarang perempuan,” ucap Titi, Rabu pekan lalu.

Firliana mengawali karier politiknya di Demokrat pada 2010. Saat itu ia menjadi pengurus pusat di Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yang bertugas menyusun kebijakan pengarusutamaan gender dan membangun kapasitas kader perempuan.

Kini Firliana didapuk sebagai Sekretaris Dewan Pengurus Pusat Departemen Perencanaan Pembangunan. Ia juga dipercaya sebagai satu dari 20 komunikator politik Demokrat, yang dipilih langsung oleh Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono, sejak Maret 2017. “Itu dipilih dari ribuan kader,” ujar Firliana.

Perjalanan Firliana hingga sampai ke posisinya sekarang cukup berliku. Ia masih ingat saat-saat mengikuti sejumlah rapat partai pada masa awalnya sebagai kader. “Pesertanya laki-laki semua, kecuali saya. Saya pengin tunjuk tangan, tapi gak dilihat,” tuturnya. “Butuh waktu tujuh tahun bagi saya untuk ada di posisi sekarang.”

Sejak bergabung dengan Demokrat, Firliana belajar mengerem perkataannya. Dia tidak bisa lagi omong blakblakan tentang seksualitas seperti saat dulu masih bergelut sebagai aktivis perempuan. Menurut dia, isu seksualitas masih sensitif dalam partainya. “Gue, kalau berpendapat tentang hak atas kesehatan reproduksi atau seksualitas, bukan tempatnya ngomong di partai,” katanya.

Firliana mengakui kultur patriarki di lingkup internal Demokrat, seperti halnya di partai-partai lain, masih cukup kental. Tapi itu tak membuatnya surut untuk terus menyuarakan pandangannya dalam isu-isu perempuan. Hanya, dia harus lebih lihai memilih kata. “Secara pribadi sikap gue jelas ada di mana. Tapi gue sebagai kader partai kudu mikirin elektabilitas dan konstituen,” ucapnya.

Menurut dia, seni memposisikan diri menjadi urusan penting. Dalam isu poligami, ia mencontohkan, Demokrat memilih tidak lantang menolak, berbeda dengan yang dilakukan Partai Solidaritas Indonesia. “Menurut kami, itu gak strategis. Lebih enak bilangnya Partai Demokrat pro-monogami,” ujar Firliana.

Pernah suatu kali Firliana menggelar pelatihan bagi kader perempuan Demokrat. Pada hari kedua, ada dua ibu-ibu peserta meminta izin pulang padahal pelatihan baru separuh jalan. “Pas saya tanya, ‘Kenapa pulang?’, mereka bilang gak boleh sama suaminya,” ucapnya. Belakangan, Firliana tahu bahwa dua ibu itu adalah istri pertama dan kedua. “Kamu tak akan pernah tahu punya konstituen dan kader seperti apa.”

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Didik Mukrianto mengatakan Demokrat adalah partai yang sangat peduli terhadap perempuan dan menempatkan mereka dalam posisi yang cukup strategis. “Kami sadar perempuan mempunyai hak yang sama dengan kaum lelaki dalam mengakses semua hak, kebijakan, dan keberpihakan yang menjadi mandat konstitusi,” kata anggota Komisi Hukum DPR ini.

Titi Anggraini mengacungkan jempol atas kemampuan dan keputusan Firliana bertahan di Demokrat dalam waktu yang cukup lama, yang menurut dia tidak mudah. “Dia bisa diterima di lingkungan partai dengan pandangannya yang bagi kebanyakan orang dianggap liberal. Itu menandakan akulturasi dan pendekatan politik dia yang sangat baik,” ucapnya. “Konsistensinya berpartai patut dipuji.”


 

Firliana Purwanti

Lahir: Jakarta, 3 Juli 1977

Pendidikan:

S-2 Fakultas Hukum Utrecht Universiteit, Belanda

S-1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Pekerjaan:

Senior Development Program Coordinator Kedutaan Besar Selandia Baru (2011-sekarang)

Acting Director Hivos Asia Tenggara (2004-2011)

Peneliti Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia (2001-2003)

Partai: Demokrat

Daerah Pemilihan: Kalimantan Barat II

Nomor Urut: 2

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Š 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus