Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Azmi memutuskan menetap di sana dan merawat ayahnya yang sedang sakit.
Segala urusannya di Tangerang Selatan ia tanggalkan. Ia sempat pula berniat memindahkan Museum Pustaka Peranakan Tionghoa dari Tangerang Selatan ke Aceh. “Niat saya pulang untuk merawat orang tua,” ujar Azmi, Rabu pekan lalu.
Kepulangan tersebut mempertemukan Azmi dengan kawan lamanya, Kamaruddin, yang menjabat Ketua Partai Solidaritas Indonesia Aceh. Mereka mengenal satu sama lain sejak masa kuliah. Keduanya kerap turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang rezim Soeharto. Saat itu Azmi sebagai Sekretaris Jenderal Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara, organisasi pergerakan mahasiswa dan pemuda Aceh di luar wilayah Aceh.âŻ
Dalam pertemuan, Azmi diajak Kamaruddin bergabung ke PSI. “Saya bilang ke dia, ‘Bang, apa lagi yang Abang cari? Ini ada partai anak muda yang sesuai dengan semangat perubahan kita’,” ucap Kamaruddin.
Azmi tak langsung mengiyakan ajakan tersebut. Ia belum berpikir untuk aktif lagi di kancah politik. “Saya belum kepikiran ke situ karena niat saya ke Aceh untuk merawat orang tua,” kata Azmi.
Partai politik bukan hal baru bagi Azmi. Pada 2014, ia tercatat sebagai Ketua Barisan Pendukung Partai Aceh. Ia keluar karena kecewa terhadap keputusan sepihak pemimpin Partai Aceh dalam menjalin koalisi pada pemilihan presiden 2014.
Partai politik bukan hal baru bagi Azmi. Pada 2014, ia tercatat sebagai Ketua Barisan Pendukung Partai Aceh. Ia keluar karena kecewa terhadap keputusan sepihak pemimpin Partai Aceh dalam menjalin koalisi pada pemilihan presiden 2014.
Setelah ayahnya wafat pada akhir 2017, Azmi mulai memikirkan kembali tawaran Kamaruddin. “Saya pikir, kalau saya di Aceh, keberadaan saya sudah enggak maksimal lagi karena orang tua sudah tidak ada,” tuturnya. Ia pun memutuskan menerima ajakan kawan lamanya.
Sebenarnya bukan cuma PSI yang mengajaknya bergabung. Azmi mengklaim ada dua partai lain yang mendekatinya. Tapi ia memilih PSI karena menganggap nilai-nilai toleransi yang digaungkan PSI sejalan dengan misinya menyebarkan semangat pluralisme.
Setelah bersedia bergabung dengan PSI, Azmi diajak Kamaruddin bersua dengan Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni di kantor PSI di Jakarta pada Februari 2018. Saat pertama kali bertemu dengan Azmi, Juli langsung kepincut menjadikan Azmi calon legislator dari partainya. “Dia ini unik. Seorang keturunan Gayo, tapi kencang membela etnis Tionghoa hingga membuka museum,” kata Juli.
Namun Azmi tak ujug-ujug diterima sebagai calon legislator PSI. Ia mesti mengikuti serangkaian seleksi oleh tim independen sebagaimana kandidat lain. Setelah dinyatakan lolos, Azmi ditempatkan di daerah pemilihan Banten III dengan nomor urut 8.
Selama berkampanye, Azmi banyak membobol tabungannya yang bersumber dari usaha jual-beli rumah. “Bukan broker, tapi saya beli lalu jual lagi,” ucapnya. Partai dan sejumlah kolega Azmi menyumbang dengan mencetak spanduk dan brosur. Azmi menolak sumbangan uang tunai. “Jangan sampai kita malah terikat karena sumbangan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo