SESUDAH Bitung menjadi kota administratif, kini tampaknya
Tomohon boleh bersiap-siap. Sebab Tondano sekalipun menjadi
ibukota Kabupaten Minahasa, dipandang kurang yantas dibanding
Tomohon kota sejuk yang digelari kota siswa ini. Tomohon lebih
luas, begitu juga penduduknya lebih banyak.
Alasan lainnya, tentu pula karena Tomohon hanya berjarak 25 km
dari Manado, sekaligus menjadi kota transito pertama yang harlls
disinggahi setiap kendaraan yang menuju kota-kota pedalaman di
Minahasa tengah dan selatan maupun daerah Kabupaten Bolaang
Mongondouw. Adapun Tondano masih 17 km di sebelah timur Tomohon,
suatu jalak yang dirasa amat jauh olch orang-orang Tonsea
(Minahasa utara).
Dengung yang menginginkan agar Tomohon menjadi ibukota Minahasa
sebenarnya sudah cukup launa terdengar. Bahkan kabarnya Gubernur
Worang pernah belbi ke telinga Taroreh yang pernah jadi Camat
Tomohon, "supaya berusaha membangun agar Tomohon dapat menjadi
ibukota Minahasa." Apakah niat Worang itu sungguh-sungguh atau
hanya sekedar dorongan agar kota itu cepat dibangun, yang pasti
wajah gubernur itu selalu tak cerah setiap kali mengunjungi
Tondano. Malahan Worang keray menyemprot Bupati Minahasa soal
kelambanan pembagunan Tondano sebagai ibukota Minahasa yang
terkenal kaya cengkeh itu. Sebaliknya Gubernur Morang suka
memuji kebolehan orang Tomohon dalam segala hal. Termasuk juga
karena rajin bekerja dan jago makan.
Sekalipun begitu tak berarti Tomo hon sudah siap menggantikan
Tondano. Dan soal perkembangan penduduk memang kota ini maju
pesat, sehingga dua buah rumah sakit yang ada harus memperluas
ruang bersalinnya. Penduduk Tomohon sendiri sekarang mendekati
angka 70.000 jiwa. Tapi sebaliknya pembangunan kotanya sendiri.
Hampir tak ada.-Kalaupun terlihat tentulah hasil kerja badan
gereja Katolik dan GMIM, seperti rumah sakit atau sekolah --
dengan biaya gulden. Atau yang terbangun karena keringat
penduduk dengan nama swadaya masyarakat. Misalnya puluhan km
jalan dan lorong di kawasan kota Tomohon. Seluruhnya diaspal
atas kesadaran penduduk yang umumnya petani sayur dan kembang.
Bendi
Pembangunan dengan biaya pemerintah masih sulit dicari di
Tomohon. Padahal misalnya, pasar tak pernah dibenahi sejak
dibuat di niasa Permesta dulu. Sedangkan tempat belanja ini
makin ramai saja, terutama di saat-saat petani panen. Bahkan
akhir-akhir ini menjadi tempat hijrah para pedagang kaki lima
yang tergusur di kota Manado. Akibatnya pasar ini meluas secara
liar dan merampas jalan di sekitarnya.
Di saat musim panen cengkeh, Tomohon bertambah ramai sebab
dijadikan semacam kota traulsito perdagangan cengkeh. Artinya
yang lain, kendaraan yang lalu lalang semakin padat, lalu-lintas
macet. Terminal darurat buruburu dibuat. Tapi hanya dalam bentuk
garisgaris putih pada aspal jalan sebagai tempat parkir
kendaraan sambil membuang arus lalu-lintas ke lorong-lorong yang
sepi.
Bendi ternyata masih menjadi angkutan kota satu-satunya di
Tomohon. Tercatat ada sekitar 300 buah bendi yang tergabung
dalam PBB (Persatuan Bendi-Rendi) Tomohon. Kendaraan hermotor
dari jenis bemo, taksi atau bangsanya pernah masuk ke sini,
tapi segera terusir. Para kusir selalu mengepung kendaraan
bermotor itu dengan bendi-bendi mercka sehingga tak mampu
bergerak. Lama-lama bemo atau sejenisnya itu tak betah dan
melarikan diri. "Tapi kalau ada yang berani memasukkan Bemo atau
Daihatsu ke Tomohon sekarang, keamanannya saya jamin," janji
Keyala Seksi Lalu-lintas Komsek Polri Tomohon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini