SETELAH sekian lama semrawut disertai wajah bopeng ibarat
perempuan lanjut usia, tiba-tiba saja Denpasar seperti gadis
perawan. Aktif bersolek. Di jantung kota, di pusat pertokoan
yang memanjang sekitar Jalan Gajah Mada sudah ditetapkan sebagai
tempat yang bebas parkir alias tak boleh parkir. Kendaraan yang
biasa memadati jalan ini juga dibatasi. Kalau dulu cuma dokar
(bendi) yang dilarang, maka kini juga truk, bus dan juga bemo
roda empat. Jadi yang boleh lewat di jalan ini cuma bemo roda
tiga, mobil sedan dan sebangsanya plus sepeda motor. Dispensasi
diberikan pula buat semua jenis kendaraan yang mengangkut
wisatawan.
Dengan dibatasinya kendaraan ini ditambah larangan parkir yang
pengawasannya dilakukan sangat ketat oleh Hansip, sepanjang
jalan Gajah Mada yang baru saja ditinggikan ini nampak apik.
Apalagi sepanjang trotoir sudah dibangun tempat-tempat pot bunga
dan pohon-pohon bunga sudah mulai ditancapkan pemilik toko.
Tentang pot bunga ini, biaya penlbuatannya ditanggung,
masing-masing toko, tapi gambaranya diberikan PU Kabupaten
Badung. "Pemda tidak mencampuri pembuatan pot-pot bunga itu,
yang penting di depan toko harus dipajangkan bunga-bunga hidup,
entah bagaimana caranya," kata Kepala PU Kabupaten Badung ir.
Kertiyasa. Konon setiap toko mengeluarkan uang Rp 35.000 yang
diserahkan kepada pemborong untuk membuat pot-pot itu. Suatu
jumlah yang dirasa para pemilik toko "kok sangat tinggi."
Asal Cina
Tapi belum sebulan segala peraturan bebas parkir dan pembatasan
kendaraan dikeluarkan, tiba-tiba saja para pemilik toko
ramai-ramai mengeluh. Pangkalnya adalah, toko di sepanjang Jl.
Cajah Mada menjadi sepi pengunjung. Konsumen mulai mengalir
memasuki deretan tokotoko baru di Jl. Sumatera, lantaran di
jalan ini kendaraan boleh parkir dan orang bahkan bisa menaruh
sepeda motor di depan toko dengan gratis. Arus pengunjung juga
meningkat di Pusat Perdagangan Kumba Sari yang bertingkat tiga
itu, karena di sini selain boleh parkir, malam hari ada Pasar
Senggol - itu pasar buah-buahan tengah malam yang dulu lokasinya
di jalan Kartini. Siang hari, orang yang berduit pun mulai
merasa betah memasuki kios-kios di dalam Pasar Badung, karena
Jalan Sulawesi yang di depannya boleh parkir. Dokar pun dengan
bebas lalu lalang di jalan ini.
Apakah keluhan pemilik toko di sepanjang Jalan Gajah Mada itu
dilayani? Nampaknya tidak. Bupati Badung I Dewa Gde Oka menyebut
keluhan itu sangat sepele. "Ini kan baru mulai, lama-lama orang
akan senang memasuki toko di Gajah Mada, lagi pula kan bebas
dari polusi," ujar Bupati. Seorang stafnya menambahkan, "asal
yang mengeluh Cina, kebijaksanaan pemerintah tetap jalan, demi
keindahan kota "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini