Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dicuri "tuyul"

Sudarno selalu kehilangan rokok diwarungnya, ia menyangka tuyul. setelah dijebak, ternyata tetangganya subianto. ia beroperasi di tengah malam dengan cara menjulurkan batang singkong yang dilumuri getah.(ina)

26 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDARNO, 32, mulanya menduga, tikuslah yang menyebabkan rokok-rokok sering berantakan di kedainya. Pernah, memang, tikus menggondol beberapa bungkus rokok - lalu dibuat sarang di langit-langit. Tapi, belakangan ini Sudarno menaruh syak. Bungkusan rokok yang sudah ditata rapi kian sering saja morat-marit. Dan selalu ada yang hilang - dua atau tiga bungkus. Padahal, "Kami cuma pedagang gurem, yang cuma untung Rp 25 per bungkus," ujar ayah satu anak yang tinggal di Desa Krecek, Pare (Jawa Timur) itu. Sudarno lalu berpikir: tak mungkin tikus begitu doyan rokok. Tuyul? Ya, siapa tahu. Biar tikus, tuyul, atau hantu kepala botak, Sudarno kini tidak peduli. Ia sudah tak tahan dirongrong terus-terusan. Akhir September lalu ia, bersama istrinya, Aminah, sepakat untuk melakukan jebakan. Setiap petang, kedai yang terletak di samping rumahnya itu ditutup seperti biasa. Bungkus-bungkus rokok pun tetap diletakkan di tempatnya. Sudah tiga hari begadang, yang dipergoki Sudarno dan istri hanya lelah dan kantuk. Tapi, di malam keempat, menjelang pukul 00.00, jantung suami istri itu seperti mau copot. Ini: dari celah lubang angin tiba-tiba menjulur benda kecil panjang, menyerupai tongkat. Ujung benda itu bergerak kian kemari. Tiba di atas tumpukan rokok, ajaib sekali, sebungkus rokok terangkat ke atas - seperti besi menempel pada magnet. Sudarno, cepat bagai kilat, menerjang pintu. Sekelebatan ia melihat sesosok bayangan berlari ke kebun. Pentungan nyaris melayang, kalau saja bayangan tadi tidak berteriak agar Sudarno jangan memukul. Bayangan itu rupanya bukan tuyul, bukan dedemit atau jin setan peri perayangan. Ia manusia biasa - Subianto, ya, Subianto, 20 tahun, tetangga Sudarno. Subianto mengaku: memang, selama ini dialah yang menjadi "tuyul" dan mengambili rokok di kedai. Caranya: menjulurkan batang singkong yang disambung dengan bilahan bambu. Ujung bambu itu ia lumuri dengan getah nangka, yang sebelumnya ia keringkan lalu ia rendam dalam air supaya daya lengketnya bertambah. "Kalau cuma getah nangka biasa, tidak bisa mengangkat sebungkus rokok," kata Subianto menerangkan metodenya. Ia kini ditahan polisi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus