MARANDA Francisco, seorang bocah mungil berusia empat tahun, harus menghadapi masalah berat pada usianya yang dini. Radang otak yang dideritanya mengakibatkan berbagai kesengsaraan. Ia mendapat serangan kejang-kejang rata-rata 120 kali sehari, kadang-kadang berjarak tiga menit saja. Radang menyerang bagian kiri otak gadis cantik yang tinggal di Maryland, Amerika Serikat, bersama kedua orangtuanya itu. Seperti kita ketahui, otak manusia terdiri dari dua hemisfer (belahan). Belahan otak kiri dikenal mengontrol semua gerak tubuh bagian kanan, sementara belahan otak kanan mengontrol bagian yang kiri. Karena itu, serangan kejang-kejang pada Maranda terjadi pada tubuh bagian kanan, karena peradangan terdapat di belah otak kiri. Awal serangan biasanya berupa getaran kecil pada sudut kanan mulut. Lalu merambat ke hampir seluruh wajah bagian kanan. Akhirnya, seluruh bagian kanan tubuh menyentak-nyentak tak terkendali selama beberapa menit. Lalu mereda pelan-pelan. Terhitung sampai September lalu, sudah tiga tahun lamanya, Maranda mengalami penderitaan itu. Sebagai akibat, tangan dan kaki kanannya tampak layu. Maranda praktis tak bisa berjalan, dan pada usia empat tahun itu ia juga tak pandai bicara walau bisa mengucapkan beberapa patah kata. Kejang-kejang setiap tiga menit itu juga mengganggu pertumbuhan bocah itu karena makannya hampir selalu terganggu. Sekurangnya satu kali Maranda mendapat serangan ketika makan. Ini sering kali mengakibatkan makanan tersentak dan masuk ke saluran pernapasan. Siksaan itu membuat gadis malang itu enggan makan, dan lebih sering menolak. Ia lebih suka tidur, karena hanya ketika tidur serangan kejang-kejang itu mereda. Berdasarkan pemeriksaan yang teliti selama tiga tahun di Rumah Sakit John Hopkins, Baltimore, diketahui Maranda mengidap radang otak yang disebut Rasmussen encephalitis. Jenis radang otak ini ditemukan mula-mula pada tahun 1955 oleh Dr. Theodore Rasmussen, dari Lembaga Neurologi Montreal, Kanada. Penyakit ini memang kejam karena menimbulkan efek berat - seperti pada Maranda - di berbagai bagian tubuh. Walau tak langsung membunuh, ia menimbulkan kesengsaraan yang bisa berakhir dengan kematian. Theodore Rasmussen kemudian juga dikenal sebagai perintis pengobatan penyakit yang ditemukannya. Ia merintis pembedahan radikal: mengangkat sebelah otak penderita yang mengalami peradangan. Dan pengangkatan itu pula yang dilakukan pada Maranda. Gadis cilik itu termasuk dalam percobaan gabungan Lembaga Neurologi Montreal dan RS John Hopkins. Maranda adalah pasien keenam yang menjalani pembedahan radikal itu, dan yang termuda - terhitung sejak tahun 1970. Pengangkatan separuh otak Maranda terjadi pertengahan September lalu, dan berlangsung selama 10 jam di RS John Hopkins. Tengkorak kepalanya dibuka, otak bagian kirinya disayat dan diangkat, lalu tengkorak kepala ditutup lagi. Pada masa sebulan observasi, terhitung sampai Oktober ini, serangan memang hilang. Berbagai kemajuan pun tampak. Maranda mulai belajar bicara - pengenalan kata dan penyusunan kalimat dikuasainya dengan cepat. Daya ingatnya juga dinilai sangat baik. Dan yang terakhir, Maranda mulai mencoba pula berjalan. Melihat perkembangan itu, Dr. Benjamin Carson, kepala bagian bedah saraf anak-anak John Hopkins optimistis perihal masa depan gadis cilik itu. "Bila ia bisa bertahan, ia akan bisa hidup normal walau dengan sedikit kelemahan pada bagian kanan tubuhnya," katanya. Namun, risiko lain tetap ada. Theodore Rasmussen, yang memonitor terus perkembangan Maranda, menyebutkan bahwa rongga otak kiri gadis itu, yang kini melompong, teoretis mudah kena infeksi. Dan bila ini terjadi, akibatnya cukup mencemaskan. "Di samping itu, sampai kini, tak seorang pun tahu apakah dengan pengangkatan sebelah otak, rambatan peradangan ke otak yang sebelah lagi bisa dielakkan," ujar ahli bedah saraf itu. Tapi, bagaimana mungkin seseorang hidup dengan separuh otak? Seperti sudah umum diketahui, otak kiri dan otak kanan memiliki perbedaan sifat dan fungsi. Otak kiri biasanya disebut otak analisa, karena di bagian inilah berpusat kemampuan berpikir, logika penggunaan bahasa, dan kemampuan menganalisa. Pada pria, bobot otak kiri ini umumnya lebih berat daripada otak kanannya. Otak kanan, di sisi lain, bertanggung jawab akan hal-hal emosional dan artistik. Pada wanita bagian otak inilah yang umumnya lebih berat. Walaupun berbagai penelitian menemukan terdapat perbedaan prinsip antara otak kiri dan otak kanan, menurut Rasmussen dalam berbagai kegiatan, otak kiri dan otak kanan bekerja tumpang tindih. "Fungsi otak kiri kadang-kadang terbawa ke belahan otak kanan," ujarnya. Khususnya pada anak-anak, pembauran kerja dua belahan otak ini tampak benar. Sering kali, bahkan, sebuah belahan otak mengambil alih fungsi belahan otak lainnya. Seperti yang terjadi pada Maranda: berbagai penelitian menunjukkan, hampir semua fungsi otak kirinya telah diambil alih otak kanannya. Karena itu, pembedahan bisa dilakukan - dan Maranda bisa hidup tarus tanpa kelumpuhan tubuh di bagian kanan. Namun, pengalihan fungsi otak, menurut Rasmussen cuma bisa terjadi pada masa kanak-kanak. "Semakin tua Anda, semakin sulit proses pemindahan fungsi terjadi," katanya. Sampai usia berapa pengalihan fungsi bagian-bagian otak itu bisa terjadi, hingga kini masih belum diketahui dengan pasti. Tapi, menurut penelitian yang dilakukan di John Hopkins, batas usia itu diperkirakan 6-7 tahun. Batas usia itulah agaknya yang membuat para dokter di John Hopkins merasa yakin, otak Maranda bisa bekerja normal. Sementara ini, melihat kemampuan Maranda belajar, keyakinan itu tampaknya berdasar. J.S. Laporan P. Nasution (Washington)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini