SAYA tak tahan kesepian, saya ingin punya anak lagi. Itu ucapan
Sani, wanita 73 tahun, penduduk Desa Tempelan, Blora, kepada
beberapa tetangganya suatu ketika. Anak-anak berikut puluhan
cucunya memang sejak beberapa tahun belakangan ini tinggal
terpencar di desa-desa lain.
Satu-satunya tetangga yang sering datang menghibur adalah
Sugiartono, pemuda 18 tahun, pelajar SMA kelas 3. Mengingat
perbedaan usia yang menyolok, tentu saja tak seorang tetangga
pun yang pantas curiga, meski makin lama Sugiartono tambah
rajin mengunjungi si nenek. Namun sangkaan buruk mulai tumbuh
setelah secara tak sengaja tercetus lagi ucapan Sani kepada
seorang tetangganya: "Saya ingin punya anak dari seorang
jejaka."
Betul. Karena hubungan keduanya makin menyolok, perabot desa
sepakat menggerebek. Suatu subuh, bulan lalu, memang Sugiartono
dipergoki tidur di kamar si nenek. Keduanya dibawa ke balai
desa. Pak Lurah menawari keduanya agar nikah saja. Sang nenek
segera menjawab mau. Tapi Sugiartono menolak, "karena tak ada
bukti atau saksi kami berzina". Lurah menerima alasan pemuda ini
dan membebaskan mereka dengan syarat, "agar tidak berhubungan
lagi". Namun malang bagi Sugiartono, kejadian itu tercium oleh
kepala sekolahnya. Ia pun diskors, sampai bisa membuktikan bahwa
dia "benar-benar bersih".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini