Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ancaman Diundurkan Berulang LRT Jabodebek

Pengoperasian komersial LRT Jabodebek berpotensi kembali diundurkan karena persoalan teknis. Sudah dua kali tertunda.

7 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) di jembatan rel lengkung (longspan) LRT Kuningan, Jakarta, 3 Agustus 2023. Tempo/Hilman Faturrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Peluncuran komersial LRT Jabodebek berpotensi kembali tertunda.

  • Sumber Tempo mengungkap adanya gangguan rem darurat dan pasokan listrik.

  • Tim ahli dari ITB menjamin keamanan longspan.

JAKARTA – Peluncuran komersial atau commercial operation date (COD) Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi yang direncanakan berlangsung pada 18 Agustus 2023 berpotensi kembali tertunda. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Risal Wasal mengatakan, sertifikat kelaikan operasi LRT Jabodebek tidak akan diterbitkan sampai operator memenuhi semua persyaratan pengujian. Jika belum lulus, COD terpaksa diundurkan.

“Sejauh ini masih terencana di tanggal itu (18 Agustus), tapi mungkin juga pada akhir bulan nanti seperti kata Menteri Perhubungan,” ucapnya kepada Tempo, kemarin, 6 Agustus 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya telah membuka kemungkinan penundaan COD LRT Jabodebek. Berbicara di Kompleks Istana Kepresidenan seusai rapat terbatas ihwal penataan transportasi terpadu pada Kamis pekan lalu, dia mengulangi pesan Presiden Joko Widodo soal uji coba yang lebih ketat dan serius.

"Soal tanggal, kami tadi minta saran Presiden. Presiden bilang, 'Pokoknya kalian melakukan uji coba dulu.' Pada saat uji coba berhasil, kita buka,” ujar Budi. Ia mengimbuhkan, perwakilan PT Siemens Mobility Indonesia—anak usaha Siemens yang bermitra dengan PT Len Industri (Persero) untuk pengadaan dan pemasangan perangkat persinyalan—turut memantau jalannya uji coba LRT Jabodebek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim Divisi LRT Jabodebek dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) awalnya mengizinkan publik menaiki proyek kereta berbiaya Rp 32,5 triliun tersebut. Uji coba publik bertarif Rp 1 per penumpang itu dirancang berlangsung sepekan sejak 12 Juli 2023. Namun, ketika baru berjalan lima hari, uji coba publik mendadak disetop dan dikembalikan ke uji teknis internal.

Risal menuturkan, uji coba publik dihentikan karena KAI harus mengevaluasi sejumlah kekurangan pada peranti lunak LRT Jabodebek. Evaluasi itu menyangkut integrasi sistem automatic train protection, automatic train operation, serta automatic train supervisory—tiga aspek pelengkap kendali kereta berbasis komunikasi (communications-based train control).

Baca juga: Disetop Sementara Uji Coba LRT Jabodebek

Menurut Risal, uji coba dijadwalkan kembali dilaksanakan secara terbatas pada 25 Juli 2023 dan dilanjutkan dengan uji coba publik empat hari setelahnya. Nyatanya, sepur bersistem grade of automation (GoA) level 3 yang bisa berjalan tanpa masinis tersebut masih menjalani tes internal hingga saat ini. “Prosesnya masih berjalan. Bila ditemukan ketidaksesuaian, kami akan minta operator memperbaikinya,” tutur Risal. 

Uji coba operasional terbatas LRT Jabodebek di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, 12 Juli 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Belum kelar pengujian tersebut, proyek ini kembali diterpa kabar tak sedap soal indikasi kekurangan pada penyiapan sarana dan prasarananya. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo, dalam sebuah diskusi pekan lalu, mengungkapkan soal sisa masalah LRT Jabodebek yang ditengarai muncul akibat perancangan dan koordinasi yang kurang matang pada awal pelaksanaan proyek.

Salah satu hal yang dia soroti adalah perbedaan spesifikasi pada 31 rangkaian LRT yang dibuat oleh PT Industri Kereta Api (Persero) alias INKA. Hal itu menyebabkan penyesuaian ulang peranti lunak yang berimbas pada tambahan biaya. Kartika mengungkapkan pula soal keberatan yang disampaikan Siemens karena turut terkena dampak persoalan spesifikasi tersebut. Masalah yang sama membuat kereta belum bisa berhenti persis di garis antara pintu kereta dan pintu pembatas stasiun (platform screen doors).

Gangguan Rem dan Pasokan Listrik

Sumber Tempo yang memahami seluk-beluk LRT Jabodebek menceritakan pula beberapa persoalan teknis dalam tahap pengujian, baik ketika dynamic test atau pengujian armada maupun commissioning atau tes integrasi persinyalan. Rem otomatis LRT Jabodebek, kata dia, berulang kali menyala sendiri, padahal dirancang hanya berfungsi pada kondisi darurat. Persoalan berikutnya adalah pasokan daya listrik yang kerap terputus sendiri.

"Masih sering berhenti (pasokan listrik). Maka harus ada orang yang bersiaga, sewaktu-waktu mati harus dinyalakan kembali secara manual," ujarnya. Masalahnya, kata dia, kursi masinis sudah dicopot dari ruang kemudi karena pengoperasian LRT Jabodebek mengandalkan kendali otomatis. Ada juga informasi soal perbedaan pendapat antara kontraktor dan operator menjelang uji coba publik. “Siemens sebagai vendor sistem otomatis belum memberi jaminan keamanan.”

Tempo sudah menghubungi perwakilan Siemens Mobility untuk bertanya ihwal uji coba peranti lunak dan persinyalan LRT Jabodebek. Namun perwakilan Siemens Mobility yang menolak identitasnya disebut mengklaim pengujian berjalan lancar dan meminta Tempo bertanya lebih lanjut ke Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Ketika dimintai tanggapannya, Senior Manager Hubungan Masyarakat dan Kantor Perwakilan INKA, Agung Dwi Cahyono, hanya menyebutkan bahwa pembangunan rolling stock atau kereta LRT Jabodebek sudah sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta PT KAI. “Kami sudah membuat kereta tersebut sesuai dengan spesifikasinya,” ujar dia kepada Tempo.

Uji coba LRT Jabodebek dari Stasiun Dukuh Atas menuju Depo LRT Jabodebek Jatimulya, 6 Juli 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Masalah lain yang dibeberkan Kartika adalah kesalahan desain jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang membuat laju LRT Jabodebek melambat dari kisaran 40-80 kilometer per jam menjadi hanya 20 kilometer per jam. Jembatan layang yang memanjang dari Jalan Gatot Subroto ke Jalan Rasuna Said, Jakarta Pusat, itu memiliki radius lengkung 115 meter. Panjang bentang utamanya tercatat 148 meter dengan beban pengujian fondasi sampai 4.400 ton.

Menurut Kartika, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, yang membangun jembatan tersebut, belum menguji sudut kemiringan kereta. Emiten berkode saham ADHI itu dulunya merupakan pengelola pertama LRT Jabodebek, sebelum berpindah ke KAI. “Jadi, sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena semestinya tikungannya lebih lebar," ujar Tiko.

Menanggapi pernyataan tersebut, Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Farid Budiyanto, menyatakan bahwa manajemen perusahaan belum akan memberikan pernyataan terbaru soal LRT Jabodebek. “Sudah cukup dengan penjelasan-penjelasan dari Presiden, Menteri Perhubungan, dan ahli-ahli konstruksi sipil,” Farid mengungkapkan.

Adapun Arvilla Delitriana, tim ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang ikut merancang longspan tersebut, memastikan radius kemiringan jembatan sudah dibuat sedemikian rupa untuk alasan keselamatan. Jika lengkung diperbesar, kata dia, lintasan longspan akan mengenai gedung dan tidak akan bersambung dengan trase koridor yang sudah direncanakan,” ujarnya kepada Tempo, Sabtu lalu.

Dia juga menyatakan bahwa, setelah selesai dibangun, jembatan itu diuji coba dengan dilalui kereta yang bermuatan karung-karung pasir sesuai dengan persyaratan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kereta kemudian dijalankan dengan beberapa variasi kecepatan sesuai dengan perencanaan. "Hasil pengujian itu sesuai dengan desain. Tidak ada yang perlu diperbaiki sehingga keluar sertifikat layak fungsi,” kata dia.

Pernyataan Arvilla tersebut dibenarkan oleh Kepala Divisi LRT Jabodebek dari KAI, Mochamad Purnomosidi. Menurut dia, keamanan jembatan lengkung itu sudah disertifikasi oleh Komisi Keselamatan Jembatan.

Lebih Baik Ditunda

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi, Deddy Herlambang, meminta pemerintah lebih mengutamakan kemantapan operasional LRT Jabodebek daripada target COD pada momentum perayaan ulang tahun kemerdekaan RI ke-78. Dia mengimbuhkan, urusan keselamatan lebih penting ketimbang seremoni peluncuran. “Diundurkan jauh juga tidak masalah. Lebih baik daripada kejar tayang tapi sistemnya belum benar.”

Peluncuran LRT Jabodebek sudah dua kali tertunda. Kendala pembebasan lahan di beberapa titik operasi, termasuk depo di Kecamatan Bekasi Timur, membuat tenggat peluncuran diundurkan dari akhir 2021 menjadi Agustus 2022. Pengujian LRT Jabodebek juga diwarnai tabrakan antara dua rangkaian armada pada 26 Oktober 2021. Tambahan durasi untuk uji persinyalan kemudian membuat proyek itu molor lagi ke pertengahan tahun ini.

Hasil evaluasi tim Crossrail International Ltd—konsultan perkeretaapian asal Inggris—yang disodorkan kepada Kementerian Perhubungan pada April 2022 juga menyimpulkan bahwa proyek itu belum aman dioperasikan setidaknya hingga kuartal ketiga 2023. “Sistem yang ada masih jauh dari kondisi ideal siap beroperasi,” begitu bunyi bagian kesimpulan dalam salinan laporan Crossrail yang diperoleh Tempo.

Baca juga: Rangkaian Masalah Kereta Ringan

Guru Besar Bidang Transportasi Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, sebelumnya juga menyebutkan soal rumitnya integrasi persinyalan kereta api. Pasalnya, GOA3 baru pertama kali dipakai di jaringan sepur Indonesia. Dia menduga sertifikat operasi dari Kementerian Perhubungan tak kunjung terbit karena persinyalan yang belum presisi. “Butuh waktu untuk mencapai tingkat akurasi yang optimal,” ucap Sutanto, kemarin.

YOHANES PASKALIS | NOFIKA DIAN NUGROHO (MADIUN) | ANWAR SISWADI | CAESAR AKBAR | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus