PARA pedagang kecil di kios-kios joglo di selatan Pusat
Perdagangan Sasana Triguna Yogyakarta hari-hari ini sedang
dicekam ketidak-tenteraman. Sebab tanpa ada konsultasi atau
pemberitahuan resmi langsung kepada mereka, tahu-tahu awal Mei
lalu pecah kabar di koran-koran bahwa kios-kios mereka harus
dibongkar. Sedangkan mereka sendiri akan diperintahkan pindah ke
tempat yang baru, yang masih dalam penggarapan, di timur gedung
megah itu.
Tentu saja mereka menampiknya.Bukan saja terhadap cara
pemunculan kabar tersebut, tapi juga rencana Pemda Yogyakarta
secara keseluruhan. Ini mereka lakukan setelah mereka yang
tergabung dalam Persatuan Pedagang Pusat Perbelanjaan Sasana
Triguna (P4ST) berunding. Dalam sepucuk surat yang mereka
layangkan kepada Walikota mereka menulis: menolak mentah-mentah
pembongkaran kios dan emoh pindah ke kios yang baru". Sebab,
"kios itu telah dikontrak selama 20 tahun sejak 1973 dan sudah
bosan pindah ke sana ke mari hanya karena menurut selera
penggede Yogyakarta".
Para pedagang buku, koran dan majalah yang kesemuanya pribumi
itu, semula menempati kios di jalan Panembahan Senopati. Lalu
digiring ke Taman Hiburan Rakyat, karena tempat tadi akan
dijadikan taman. Di THR pun mereka kemudian dianggap kurang
layak, lalu diminta angkat kaki dari sana. Kemudian pindahlah
mereka ke bekas stanplat di Jalan Sriwedari, depan PHB.
Kebetulan bersamaan dengan pusat perbelanjaan Sasana Triguna
(PPST) rampung. Maka Onggo Hartono cukong PPST. menawarkan
kepada mereka untuk menempati kios-kios joglo itu. Lagipula
bekas stanplat tadi selain dijadikan tempat penampungan
sementara pedagang dari pasar Bringharjo yang sedang dipugar.
juga direncanakan akan dibongkar. "Jelas kami maslk ke mari
bukan secara liar. tapi sesuai dengan prosedur dan diperkuat
perjanjian kontrak sewa selama 20 tahun". ucap L. Pasaribu,
seorang pedagang di sana. "Para pedagang dulu pindah ke sini
karena ingin mendapat tempat permanen". tambah Mawardi. Ketua
P4ST.
Ada Tambahan.
Tapi Walikota Yogyakarta Achmad berpendirian lain. Selain
menerangkan bahwa tempat bekas para pedagang itu akan dijadikan
taman buat rekreasi kanak-kanak, juga dijamin mereka tak bakal
dirugikan. Sebab, katanya, selain di tempat baru nanti akan
lebih ramai, uang kontrak masih akan diperhitungkan. Lagipula,
menurut drs. Wiyanjono Wakil Direktur Sasana Triguna dan juga
anggota DPRD Kodya Yogya."mereka diberi prioritas menempati 15
dari 63 kios baru". ''Tentu saja ada tambahan pembayaran",
ucapnya.
"Yang sangat mengerikan kami ialah pengalaman berpindah-pindah
itu", tukas Pasaribu. "Bukan saja modal kami kecil, tapi juga
menderita rugi moril dan materil dan kehilangan langganan yang
lama telah dibina". Tapi bagi Walikota Achmad tentunya itu bukan
soal. Sebab yang penting buatnya ialah Sasana Triguna itu,
"menarik untuk berbelanja". Karena memang selama ini belum
mampu menarik pengunjung. Lagipula menurut L. Sumartono, Ketua
DPRD Kodya yang mendampingi Walikota dalam pertemuan dengan
wakil para pedagang. "pembongkaran kios itu termasuk pola
Kotamadya". Apakah pembangunan Sasana Triguna tak termasuk pola
Kodya Yogya di bawah Walikota Sujono AY? Rupanya setiap walikota
berganti, berubah pula itu pola. Hingga tempat pindahan yang
baru pun, mungkin akan berobah pula. Apalagi di sebelah
timurnya akan didirikan hotel, kabarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini